30 - Sebuah Janji

3.9K 282 86
                                    

"Cepetan lo mau ngomong apa?!" desak Acha kesal. Pasalnya mereka berdua kini tengah berada di sebuah danau yang letaknya cukup strategis. Sudah hampir setengah jam lamanya mereka disini, namun Zean tidak kunjung membuka suara.

Zean menoleh ke samping. Entahlah, ia merasa sedikit gugup. Keduanya sama-sama merasa canggung.

Zean menarik napas panjang. "Gue nyerah, Cha! Bahkan, satu hari pun gue nggak bisa buat jauhin lo! Gue tersiksa sama ini semua. Cinta gue sama lo udah terlanjur besar, Cha. Dan nggak semudah itu buat gue ngelupain lo!" jelas Zean tulus.

Acha terdiam. Perasaan Acha sedikit melega. Gadis itu pun merasakan hal yang sama. Sama-sama tidak bisa jauh. Kalau jauh kangen, kalau dekat bertengkar.

"Gue tau mungkin lo belum bisa maafin perlakuan gue sama lo, mungkin juga lo nggak nyaman kalo gue terus ganggu hidup lo. Tapi please, kasih gue satu kesempatan, Cha. Gue ingin memperbaiki semuanya. Dari awal,"

Acha menoleh. Ia tersenyum tipis. "Gue nggak bisa, Ze!"

Bahu Zean melemas. Jawaban itu bukan seperti prediksinya. Ternyata jawaban Acha sangat berbanding terbalik dengan apa yang ia pikirkan.

"Tapi kenapa?"

Acha mengulum bibirnya. "Nggak bisa nolak, maksudnya."

Zean duduk tegak. Ia menatap Acha dengan senyum lebarnya. "Beneran?! Lo maafin gue? Lo kasih gue satu kesempatan?!"

Acha mengangguk kuat. "Setelah gue pikir-pikir, gue juga salah di sini. Nggak seharusnya gue bersikap sok tahu gitu sama lo. Dan nggak seharusnya juga gue ngeluarin kata-kata yang kasar buat lo!"

"Nggak tau kenapa, gue tuh kayak nggak rela kalo lo beneran jauhin gue. Kalo lo itu bakal pergi ninggalin gue. Awalnya gue ragu sama perasaan gue sendiri, tapi gue akan coba," lanjut Acha mantap.

Zean tersenyum hangat. Ia menggenggam tangan Acha di pangkuannya. "Makasih banget karena lo udah kasih gue kesempatan lagi."

Acha membalas senyuman Zean.

Tiba-tiba, terlintas di pikirannya untuk bertanya kepada Zean, ada hubungan apa laki-laki itu dengan Lintang? Apakah Zean masih menyukai gadis itu? Jika memang benar begitu, maka Acha akan mundur alon-alon.

"Ze,"

"Hm."

"Lo ... Masih suka sama Lintang?"

Zean mengernyit bingung. "Kok lo tanya gitu?"

Mata Acha menatap entah kemana. Ia menjadi gugup sendiri. "Y-ya, tadi g-gue nggak sengaja liat lo sama Lintang di UKS," balas Acha pelan.

Zean tertawa keras. Hal itu membuat Acha kesal. "Ih, apanya yang lucu sih?!"

Zean menggelengkan kepalanya. "Enggak papa," Zean berdehem keras. "Gue sama Lintang itu nggak ada hubungan apa-apa. Ya, gue emang pernah suka sama dia, tapi itu dulu. Sebelum gue kenal sama lo, dan sekarang? Gue kan udah punya bidadari yang ngisi hati gue!"

Acha menepuk lengan Zean pelan. "Idih, receh banget gombalan lo!" ucap Acha sambil terkekeh.

"Tapi suka, kan?"

Acha mendengus pelan.

"Cha," panggil Zean dengan nada serius.

"Kenapa?"

Zean menatap manik mata coklat itu dalam. Seolah menyalurkan rasa rindu yang ada di dalam diri mereka.

"Gue emang bukan cowok yang romantis, bahkan gue jauh dari kata itu. Gue juga bukan orang yang nggak cemburu kalo liat milik gue deket sama cowok lain."

Story Of The Twins (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang