4 - Kemarahan Nathan

13.2K 727 64
                                    

Acha dan Dara memasuki kelas secara bersamaan membuat perhatian kelas tertuju kepada mereka berdua, namun itu tidak berselang lama, mereka kembali melanjutkan aktivitasnya masing-masing.

"Wih anjay gue dapet Hero baru dong!" sombong Darren, sahabat Nathan.

Sahabat Nathan yang satunya melongok keponsel Darren kemudian berdecak pelan. "Baru dapet Hero itu?" tanya Farrel tidak percaya. "Gue dong, liat nih!" Farrel menyodorkan ponselnya pada Darren.

Darren mencibir pelan.

Darren Syahreza atau akrab disapa Darren, dia merupakan sahabat Nathan yang memiliki wajah tampan kebarat-baratan. Darren bersahabat dengan Nathan semenjak mereka masih kecil. Darren mempunyai sifat yang hampir sama dengan Nathan, yaitu humoris dan juga friendly. Darren mempunyai hobi menggambar, maka jangan heran jika gambaran Darren banyak diminati dan dikagumi oleh banyak orang.

Next, Farrel.

Farrel Adam atau akrab disapa Farrel, dia juga sahabat kecil Nathan. Berbeda dengan Nathan dan Darren, Farrel justru mempunyai sifat yang sangat dewasa meskipun terkadang, Farrel menunjukkan sikap konyolnya demi menghibur kedua sahabatnya. Farrel memiliki wajah tampan dengan bulu mata yang lentik, alis tebal, bibir pink tipis serta rahang yang tegas. Farrel memiliki hobi menyanyi, tidak heran jika Farrel mempunyai suara merdu yang membuat siapapun mendengarnya langsung baper.

Mereka bertiga sudah menjalin persahabatan semenjak mereka umur lima tahun. Maka jangan heran jika mereka sudah mengetahui sifat dan aib masing-masing. Tidak ada rahasia apapun diantara mereka, Nathan ingin kedua sahabatnya dan juga dirinya bisa bersikap terbuka. Dan jika ada masalah, maka mereka harus bercerita, entah itu tentang keluarga, percintaan ataupun yang lainnya.

Nathan tidak menghiraukan kedua sahabatnya. Fokusnya saat ini adalah Acha, ah, tepatnya pipi sebelah kanan Acha yang tampak memerah.

Dengan sigap, Nathan langsung saja menghampiri dan duduk di kursi depan Acha. Acha dan Dara sempat terkejut akan kehadiran Nathan, namun mereka berdua kembali berekspresi seperti biasa.

Nathan menatap Acha lekat. Tentu saja Acha yang di tatap seperti itu oleh kembarannya sendiri merasa risih. "Nathan, lo kenapa liatin gue kayak gitu sih?!" decak Acha sebal.

"Lo abis di tampar siapa?" alih-alih menjawab, Nathan malah balik bertanya.

Sontak, Acha memegang pipi kanannya lalu tersenyum canggung. "Eh, kata siapa gue abis ditampar? Orang gue tadi abis nabrak tembok kok, ya nggak, Dar?" alibi Acha.

Dara yang tidak tahu harus menjawab apa hanya mengangguk kaku. Namun, Nathan bukanlah orang yang mudah dibohongi. Apalagi oleh hal sepele seperti ini.

"Lo abis di tampar siapa?" tanya Nathan lagi, kali ini Nathan menekan setiap ucapannya.

Acha tertawa kaku. "Apaan sih, Nath? Orang gue nggak ditampar siapa-siapa!" Acha masih belum mengaku.

Hal itu membuat emosi Nathan meluap. Nathan menggebrakkan meja membuat seisi kelas langsung menoleh kearahnya dengan raut wajah terkejutnya.

Nathan menatap Acha tajam. "Gue nggak suka dibohongi, Natasha! Lo tau itu!" Acha menelan ludahnya dengan susah payah. Jika diantara keluarganya sudah memanggil dirinya Natasha bukan Acha, maka sudah di pastikan bahwa mereka tengah marah terhadap dirinya.

Acha menundukkan kepalanya sembari memainkan kukunya. "G-gue abis di tampar sama—"

"Nesya?" potong Nathan cepat. Acha langsung mendongak dan menatap Nathan sendu.

"Tapi tolong jangan apa-apain dia, Nath, gue mohon sama lo!" sangat kentara sekali seorang Acha memohon kepada Nathan hanya demi Nesya.

"Orang kayak gitu tuh perlu dikasih pelajaran tau nggak!? Harusnya lo balas dia juga!" teriak Nathan marah. Kedua sahabatnya sudah berada disamping Nathan, berjaga-jaga supaya Nathan tidak hilang kendali.

Story Of The Twins (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang