35 - Dia Pelakunya!

3.9K 322 50
                                    

Zean memarkirkan motornya di garasinya. Ia melangkah pelan menuju pintu utama rumahnya.

"Assalamualaikum!" seru Zean sambil membuka sepatu sekolahnya lalu ia letakkan pada rak sepatu.

"Waalaikumsalam. Eh, Abang udang pulang," kedatangan Zean di sambut hangat oleh Kinara-Mama Zean. Wanita itu tersenyum hangat seperti biasanya.

Zean mengangguk dan membalas senyum Kinara. "Papa sama Varo kemana, Ma?"

"Papa lagi kerja, belum pulang. Varo adik kamu lagi di dalem kamarnya. Nggak tau dia lagi telponan sama siapa," ujar Kinara sedikit curiga.

Zean mengerutkan keningnya. "Telponan?" Kinara mengangguk. "Ya udah, biar nanti Zean yang cari tau. Zean masuk kamar dulu," pamit Zean dan diangguki oleh Kinara.

"Ze,"

Zean menoleh ke belakang sambil menunggu kelanjutan ucapan Kinara.

"Mama mau ke butik dulu. Kamu kalo mau makan siang, makanannya ada di tudung saji,"

"Iya, Ma,"

Kinara mengangguk dan tersenyum. Ia lalu melangkah pergi menuju pintu keluar. Sedangkan Zean, laki-laki itu kembali melanjutkan langkahnya menaiki tangga. Saat sampai di depan pintu berwarna coklat, ia menghentikan langkahnya. Seketika ucapan Kinara terngiang di telinganya saat Varo sedang berkomunikasi dengan orang lain.

Zean mengintip di celah pintu. Benar saja, Varo tengah duduk sambil tertawa dengan ponsel yang menempel di telinganya. Rasa penasaran Zean kian menambah saat Varo menyelipkan nada lembut di suaranya.

Zean maju selangkah namun suara decitan pintu berhasil membuat Varo menoleh ke sumber suara. Zean tersenyum paksa, laki-laki itu merutuki dirinya sendiri yang tidak berhati-hati.

Sudah terlanjur tertangkap basah, Zean masuk ke dalam kamar Varo sambil mengusap tengkuknya. Varo pun langsung mematikan sambungan teleponnya begitu mengetahui Zean tengah menguping pembicaraannya.

"Lo ngapain disini, Bang? Nguping, ya?" tuding Varo penuh selidik.

"Enak aja! Ogah banget gue ngupingin lo!"

Varo menatap Zean penuh curiga. "Nggak percaya gue! Kalo lo nggak ngupingin gue, lo ngapain berdiri depan pintu?! Mau jadi satpam kamar gue lo?!"

Zean mendengus kesal. "Kata Mama, lo tadi lagi asyik telponan sama seseorang tapi Mama nggak berani masuk takut ganggu. Makanya gue berdiri depan pintu buat mastiin aja,"

Varo memutar bola matanya. "Gue cuman telponan sama temen gue, elah!"

"Cowok atau cewek? Cewek, kan?"

Varo mengangguk.

"Tuh, kan bener! Lo udah mulai pacar-pacaran nih ceritanya?! Mau gue aduin Papa lo!?" ucap Zean sambil bangkit berdiri.

"Dengerin dulu, Bang! Jadi ceritanya gini, di sekolah gue nanti, kan bakal ada lomba-lomba. Nah gue di tunjuk buat wakilin kelas gue, Bang. Gue disuruh duet sama Starla, temen sekelas gue. Nah tadi gue telponan sama dia ya cuman bahas itu doang, udah."

Zean manggut-manggut. "Gitu,"

Zean mengambil gitar yang berada di pojok kamar Varo lalu mulai memetik sinar gitar itu. Laki-laki itu memejamkan matanya sejenak.

🎶 And I said, Romeo, take me
Somewhere we can be alone
I'll be waitibg, all there's left to
Do is run, you'll be the prince and
I'll be the princess it's a love story,
Baby, just say, "yes" 🎶

Story Of The Twins (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang