45 - Acha Keren!

3.8K 434 418
                                    

Bukan dia yang mengecewakan. Tapi ekspektasimu yang berlebihan.

***

"Sya, pulang ngapa. Lo nggak lihat udah malam?" usir Nathan jengah. Setelah bertemu di tempat nasi goreng tadi, Nesya terus saja membuntuti Nathan hingga sampai ke rumah sakit.

Nesya mengerucut sebal. "Jangan ngusir gitu terus dong. Aku tuh kesini niatnya baik loh, mau lihat keadaan kamu. Udah baikan belom? Siapa tahu, kan, Acha nggak becus jagain kamunya!" sindir Nesya sinis sembari melirik Acha.

"Apa-apaan lo lampir! Masih punya muka lo samperin gue sama Nathan, huh?!"

Nesya berdecak. "Ralat! Gue nggak nyamperin lo juga. Gue kesini cuman mau nyamperin Nathan doang. So, nggak usah ngarep bakal gue samperin!"

Acha memasang wajah seolah ingin muntah. Ini semua gara-gara Nathan yang mengajaknya makan di luar. Kalau tidak, mereka psti tidak akan bertemu dengan titisan setan itu. Nathan memberi kode lewat mata pada Acha seolah meminta pertolongan.

Acha yang paham maksud kode itu pun seketika mengangguk. "Heh, lampir! Daripada lo disini cuman ganggu waktu gue sama Nathan doang, lebih baik lo pulang! Lo nggak takut apa di marahin sama ortu lo? Atau nggak takut lo kalo tetangga lo itu pada ngerecokin lo karena lo pulang kemalaman? Lo itu cewek dodol!"

Nesya menepuk-nepuk roknya yang sedikit berdebu. "Mulut tetangga gue sama lemesnya kayak mulut lo! Jadi gue nggak heran lagi. Udah biasa nemuin tetangga se-spesies kayak lo itu!"

"Wah, sialan! Minta di adu nih orang!" Acha mengambil ancang-ancang melepas sepatunya dan melempar ke arah Nesya. Namun sayangnya salah sasaran. Sepatu Acha justru mengenai kepala Nathan membuat sang empu mengaduh kesakitan. Nesya yang melihat itu tertawa kencang, namun setelahnya ia berpura-pura merubah raut wajahnya menjadi panik tatkala Nathan terus saja meringis kesakitan.

"Lo kok lempar sepatunya ke gue sih?!" kesal Nathan sambil mengusap dahinya. Sudah dipastikan besok akan memar atau benjol.

Acha meringis. "Sorry, nggak sengaja. Target gue kan mau lemparin sepatu ke wajahnya lampir! Biar dia itu tahu diri, nggak sibuk ngurusin hidup orang lain dan sok tahu tentang segalanya!"

Nesya tidak membalas sindiran pedas Acha. Gadis itu malah bergelayut manja di lengan Nathan. "Ya udah iya aku pulang. Tapi besok aku kesini lagi, ya, buat jenguk kamu?"

Nathan menghela napas panjang. Ia melepaskan pelukan Nesya secara paksa membuat gadis itu berdecak sebal. "Iya, lo besok ke sini lagi buat jenguk gue."

Nesya tersenyum senang. "Yeay! Akhirnya ... ya udah, aku pulang dulu. Kamu jaga kesehatan, ya, makan juga jangan lupa. Besok aku ke sini lagi." Nesya beralih menatap Acha. Sinis. "Jagain Nathan gue! Awas kalo dia sampai kenapa-kenapa!" ancamnya. Tetapi tidak membuat Acha takut. Toh, Nesya bukan Tuhan yang harus Acha takutin.

"Daaahhh, Nathan...."

Setelah memastikan Nesya menghilang dari balik pintu, Acha akhirnya bisa bernapas lega. Gadis itu menatap Nathan tajam. Setajam silet. "Kenapa lo bolehin Nesya jenguk lo lagi sih?! Oh, atau lo udah mulai suka sama dia?! Iya kan? Ngaku lo!"

Nathan tertawa keras. Sebegitu pendekkah otak Acha sampai-sampai ia mengira kalau Nathan sudah jatuh hati pada Nesya? Gila saja. "Nggak mungkin lah gue suka sama Nesya!" kilahnya di sela tawanya.

Story Of The Twins (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang