Acha menghela napas untuk yang kesekian kali. Dara menatap Acha bingung, tidak biasanya Acha bersikap begitu kepada Zean. Meskipun terkadang Dara melihat Acha ketus, namun kali ini terasa lebih berbeda.
"Lo kenapa sih? Ada masalah sama, Zean?" Tanya Dara jengah.
Acha menoleh ke arah Dara sekilas lalu diam tidak menjawab.
"Gue itu sahabat lo, Cha! Kalo ada apa-apa cerita dong sama gue. Berasa nggak berguna banget gue kalo lo nggak mau cerita sama gue!"
Acha menunduk, entahlah, Acha merasa bingung. Apakah Acha harus menceritakan semuanya kepada Dara?
"Cha...."
Acha menghela berat. Ia mengangguk. "Iya, gue ada masalah sama dia!"
Dara menjetikkan jemarinya. "Nah, kan! Gue bilang juga apa!" Heboh Dara. "Tapi, masalah apaan? Perasaan kemarin masih baik-baik aja, kan?"
Acha mengedikkan bahunya. "Nggak tau lah! Gue juga bingung sama diri gue sendiri, emangnya gue siapanya Zean sih sampe berhak marah kayak gitu?" Ucap Acha sembari tersenyum getir.
Dara mengernyit bingung. "Maksudnya gimana sih, Cha? Gue nggak paham sumpah!"
Acha berdecak kesal. "Jadi kemaren waktu gue mau balikin jaketnya Zean, gue ketemu kan sama Arion. Ya lo tau sendiri lah dia itu orangnya kayak gimana kalo lagi sama gue," Dara mengangguk, mimik wajahnya tampak serius mendengarkan cerita Acha.
"Gue cuekin aja dia dong, dia jelek-jelekin Zean sih didepan gue! Emangnya dia siapa? Terus gue lanjut jalan lagi, eh di tengah jalan, gue denger ada yang nyebut nama gue, Dar!"
"Siapa?"
Acha menggeleng. "Gue nggak tau! Yang pasti, dia bilang kalo gue tuh cuman dijadiin bahan taruhannya Zean sama Arion! Disitu gue marah banget, Dar! Ya cewek mana sih yang nggak marah kalo tau dirinya di jadiin bahan taruhan?"
"Gue marah banget, Dar, sama Zean! Gue kecewa sama dia! Meskipun gue nggak tau itu bener apa enggak, tapi hati gue sakit!" Lirih Acha.
Dara mengangguk paham. "Lo belum dengerin penjelasan Zean itu kayak gimana, kan? Bisa jadi dia itu ada alasan lain kenapa dia jadiin lo bahan taruhan sama Arion!"
"Tapi kenapa harus gue? Apa salah gue?"
"Lo....udah suka sama Zean, ya?" Tebak Dara.
Acha membulatkan matanya penuh, ia menatap Dara tajam. "A-apaan sih, Dar! Lo ngaco deh! Mana mungkin gue suka sama dia!" Ujar Acha sambil tertawa dibuat-buat. Bola matanya menatap entah kemana.
Dara tersenyum, ia memegang tangan Acha. "Gue itu sahabat lo, Cha! Lo nggak bisa bohong sama gue. Lagian kalo lo suka sama Zean juga nggak papa. Toh, lo cantik Zean ganteng, jadi pas gitu!" Ledek Dara.
Acha memutar bola matanya. "Apaan sih, Dar! Ngaco banget pikiran lo! Btw, naik bianglala yuk! Gue kangen nih!"
Dara terkekeh pelan, ia mengangguk. "Ayo!"
Saat mereka membalikkan badan, mereka dikejutkan oleh kehadiran Nathan serta kedua temannya. Acha membulatkan matanya, apakah Nathan mendengarkan semua yang Acha ceritakan pada Dara?
Nathan menatap Acha lekat, sedangkan yang di tatap hanya bisa menampilkan senyum kikuknya. "Pulang!" Titah Nathan dengan nada tegas.
"Tapi, Nath! Gue belum—"
"Gue bilang pulang ya pulang!" Ujarnya dengan setengah membentak.
"Sabar, Nath! Jangan kasar sama Acha!" Peringat Darren. Laki-laki itu tidak menggubris Darren, Nathan malah menarik paksa tangan Acha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of The Twins (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction[SEQUEL MY CRAZY BOYFRIEND] DAPAT DIBACA TERPISAH FOLLOW SEBELUM BACA #1 TWINS 20-07-2020 Kembar? Selintas apa yang ada di pikiran kalian saat mendengar kata 'Kembar'? Mungkin anak Kembar itu selalu kompak dan selalu memakai pakaian yang sama. Akur...