"SUMPAH DEMI APA LO TADI KECELAKAAN?!"
Nathan menutup kedua telinganya saat mendengar teriakan melengking Acha. Saat ini mereka tengah berada di balkon kamar Acha, laki-laki itu menepati janjinya untuk menceritakan semua kejadian yang ia alami tadi pagi. Dan menurut Nathan, ekspresi Acha sekarang sangatlah berlebihan.
"Berisik, Cha, biasa aja!" Kesal Nathan.
Acha menyengir lebar, ia memukul pundak Nathan keras. "Kenapa Lo bisa kecelakaan, heh?! Lo pasti kebut-kebutan, kan!? Ngaku nggak Lo!?" Tuding Acha.
Nathan memutar bola matanya. "Enggak, Cha. Gue pelan banget malah nyetirnya!"
"Bohong!"
Nathan mendengus kesal. "Serah lo!"
Acha menggoyangkan lengan Nathan. "Ayo dong, cerita lagi. Janji deh gue nggak akan potong omongan Lo lagi!" Ucap Acha dengan mengangkat jemarinya membentuk huruf V.
Nathan menarik napas panjang. "Gue juga nggak tau, Cha, siapa yang udah sengaja nabrak gue! Gue nggak sempet liat mukanya soalnya dia pake helm full face. Untung muka gue nggak kenapa-kenapa, coba aja kalo lecet. Bisa beda urusannya ini mah!"
Acha mengetuk-ngetuk dagunya. "Lo punya musuh bukan sih?" Nathan menggeleng. "Kalo Lo nggak punya musuh, terus siapa dong yang udah beraninya nabrak Lo?" Nathan kembali menggeleng.
Nathan mengacak rambut Acha gemas. "Udah, nggak usah di pikirin. Pikirin aja tuh pangeran kodok Lo!"
Acha mengernyit. "Siapa?"
"Siapa lagi kalo bukan babang Zean?" Nathan menaik turunkan alisnya.
Acha bergidik. "Dih, ogah! Mending gue sama orang gila depan komplek aja deh!"
Nathan tertawa. "Yakin?"
"Enggak lah! Ya kali Lo ikhlas liat kembaran syantik lo bersanding sama orang gila! Ikhlas Lo?!"
Nathan mengangguk. "Ikhlas ikhlas aja sih," Acha membulatkan matanya, ia memukul lengan Nathan keras membuat lelaki itu tertawa terpingkal-pingkal.
"Mending lo balik sono! Buat mood orang rusak aja!" Acha menatap Nathan sinis.
Nathan terkekeh, ia mengusap puncak kepala Acha lembut. "Iya, gue balik ke kamar, ya. Lo jangan begadang, cepet tidur!" Ujar Nathan sambil bangkit berdiri. Acha bergumam malas.
Setelah Nathan pergi, Acha kembali menghadap ke atas. Tepatnya ke arah langit hitam yang bertaburan bintang. Sangat indah. Acha suka pemandangan seperti itu, namun Acha juga benci saat bintang itu tidak datang untuk menemani bulan.
Saat sedang asyik melamun, terlintas wajah Zean di pikirannya. Acha tersadar, ia menggelengkan kepalanya. Acha mengetuk-ngetuk kepalanya sendiri. "Cha, lo emang udah nggak waras deh!"
Acha memejamkan matanya namun bayangan wajah lelaki itu semakin terlihat jelas. Acha memekik. "Zean gila!!!"
"Dih, ngapain gue mikirin tuh bocah?"
"Nggak guna banget sih!"
Ting
Acha melirik ponselnya sekilas. Ia tidak berminat untuk melihat siapa yang saat ini sedang mengiriminya pesan. Paling juga operator, pikirnya.
Ting
Lagi dan lagi ponsel Acha bergetar. Tidak mau dirundungi rasa penasaran, buru-buru Acha menyambar ponselnya. Dua pesan dari Zean.
Zean Alvaro: Hai, Cha. Lo pasti lagi mikirin gue, ya?
Acha terkekeh pelan. "Dih, apaan sih! Kayak cenayang aja!" Tangan Acha dengan lincah menekan pesan yang satunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of The Twins (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction[SEQUEL MY CRAZY BOYFRIEND] DAPAT DIBACA TERPISAH FOLLOW SEBELUM BACA #1 TWINS 20-07-2020 Kembar? Selintas apa yang ada di pikiran kalian saat mendengar kata 'Kembar'? Mungkin anak Kembar itu selalu kompak dan selalu memakai pakaian yang sama. Akur...