42 - Kenapa Harus Dara?

3.7K 368 139
                                    

"Bumi itu berputar bukan cuman buat lo doang. Jadi, jangan egois."

***

"Bagaimana dok?" desak Arka mewakili semuanya. Karena tidak dapat dipungkiri kalau dirinya pun sangat ingin mengetahui kondisi putranya.

Dokter itu tersenyum lalu mengangguk. "Alhamdulillah, operasi Nathan berjalan dengan lancar meskipun tadi ada sedikit kendala tetapi kami dengan cepat mengatasinya. Dan sekarang Nathan akan segera di pindahkan ke ruang rawat,"

Semua orang yang mendengar penuturan dokter seketika menghela napas lega. Terutama Acha, gadis itu bahkan sudah kembali menjatuhkan air matanya. Bukan sedih, bukan. Justru Acha menangis haru karena Nathan akan segera sembuh dan kembali.

Acha memeluk Dara. "Nathan bentar lagi sembuh, Dar..."

Dara mengangguk seraya mengelus rambut Acha. Gadis itu juga ikut bahagia mendengar berita ini.

"Sekarang lo nggak boleh sedih lagi. Nathan bisa marah kalo liat lo kurusan dan kucel kayak gini."

Acha melepas pelukannya lalu tertawa di sela tangisnya. Bibirnya mengerucut ke samping. "Iya ih, lo juga kusut kali," Acha dan Dara tertawa bersama.

Acha membalikkan tubuhnya menghadap Arka dan juga Keyla. "Yah, Bun, Acha sama Dara pergi ke depan dulu sebentar, ya."

Keyla mengangguk. "Hati-hati, jangan lama-lama."

Acha tersenyum lalu mengangguk. Ia menggandeng tangan Dara untuk mengikuti kemana langkah kakinya pergi. Ternyata Acha membawa Dara ke taman rumah sakit. Tempat dimana Zean melontarkan kalimat yang begitu menusuk hatinya. Tempat dimana Zean sudah meruntuhkan tembok pertahanan Acha. Dan tempat dimana Zean meluapkan seluruh emosinya pada dirinya.

Acha dan Dara duduk berdampingan. Mereka sama-sama diam tenggelam dengan pikiran masing-masing. Angin sejuk menerpa wajah serta rambut kedua gadis itu.

"Kenapa lo bawa gue ke sini?"

Acha menoleh sekilas lalu menggeleng. "Nggak. Gue cuman pengen nyari udara seger aja,"

Dara mengangguk lalu kembali memutar tubuhnya menghadap ke depan.

"Siapa ya, Dar, orang yang udah jahat banget ngedit foto gue sama Arion," Acha berucap lirih. "Kenapa dia jahat banget sama gue? Emang salah gue apa?"

Dara menoleh. Ia tidak tahu harus merespon bagaimana jadi Dara memilih untuk diam dan menunggu kelanjutan ucapan Acha.

"Gue kira, Zean bukan tipe orang yang gampang percaya sama apa yang dia lihat sekilas. Tapi ternyata? Dia bahkan lebih percaya foto itu daripada penjelasan gue sendiri, Dar."

"Dia hina gue, maki-maki gue dan dia juga sebut gue sebagai cewek murahan. Sakit banget hati gue waktu Zean ngomong gitu."

Acha menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi. Matanya menerawang jauh. "Gue jadi sedikit ragu sama Zean. Sebenarnya dia beneran sayang sama gue atau cuman main-main?"

Acha menegakkan tubuhnya saat Dara hanya diam tidak merespon ucapannya. "Dar, lo kok diem aja sih?"

Dara menghembuskan napas pelan. "Ya, lo jangan overthinking gitu dong. Lo coba mikir positif aja, siapa tau Zean waktu itu cuman kalut doang. Dia emosi karena dia lihat foto lo sama Arion. Gue aja kalo jadi Zean pasti kayak gitu,"

Acha mendesah kasar. "Lo plin plan banget sih, Dar? Tadi aja lo dukung dan bela gue, tapi kenapa sekarang malah pindah haluan?"

Dara refleks menoleh ke arah Acha lalu menatapnya sinis. "Astaghfirullah hal adzim, kamu ini berdosa banget. Gue bukannya ngebalikkin bela Zean. Tapi mungkin aja faktanya kayak gitu, dia cuman emosi doang sama lo. Ya, lo tau sendiri kan orang kalo emosi mau sampai berbusa kita jelasin apapun juga nggak bakal percaya."

Story Of The Twins (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang