11 - Berkunjung

6K 370 17
                                    

Acha berjalan pelan menaiki tangga menuju kamarnya. Saat sampai diatas tangga, Acha melirik ke pintu kamar Nathan yang tampak sunyi. Acha mengernyit bingung, tidak biasanya Nathan seperti itu. Acha menempelkan telinganya di pintu kamar Nathan.

Hening. Acha tidak mendengar suara apapun, saat Acha akan membuka pintu kamar Nathan, niatnya urung seketika saat Nathan sudah lebih dulu membuka pintu kamarnya.

Nathan menatap Acha datar. Tentu saja hal itu membuat Acha salah tingkah sendiri, pasalnya Nathan tidak biasanya menatap Acha datar seperti itu.

"Nathan, Lo kenapa?" Tanya Acha hati-hati.

"Nggak papa!" Ketus Nathan kemudian langsung pergi dari hadapan Acha. Acha mengerjap polos, ada apa dengannya? Mengapa sikapnya berbanding terbalik dengan Nathan yang Acha kenal?

Acha mengedikkan bahunya. "Mendingan mandi, terus rebahan sambil baca novel! Lebih berfaedah dari pada ngurusin, Nathan!" Gumam Acha pelan.

*****

Nathan berjalan santai menuju ruang tengah, dimana bunda dan ayahnya tengah berduaan. "Bun, Yah!" Panggilan itu membuat Arka dan Keyla kompak menoleh, keduanya sama-sama melemparkan senyum.

"Loh, Nathan, kamu mau kemana, nak? Tumben rapi banget!" Tanya Keyla bingung.

"Mau jalan sama temen!" Jawab Nathan datar. Sungguh, mood Nathan kali ini benar-benar buruk.

Arka dan Keyla saling tatap. "Oh, ya udah. Hati-hati, pulangnya jangan kemaleman!" Peringat Keyla.

Nathan mengangguk, ia menyalimi kedua tangan orang tuanya. "Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam!" Sahut Arka dan Keyla. "Nathan, kenapa? Kok tumben ngomongnya datar gitu, ya?" Tanya Keyla bingung.

Arka mengedikkan bahunya. "Mungkin lagi ada masalah sama temennya kali!"

Keyla mengangguk pelan. Mereka kembali duduk dan menonton televisi dengan Arka yang berbaring di pangkuan Keyla.

Nathan memilih untuk mengendarai mobilnya ketimbang motornya. Nathan ingin pergi jalan-jalan untuk sekedar menenangkan hati dan pikirannya. Selepas kejadian tadi siang, Nathan benar-benar merasa frustasi. Setidaknya dengan jalan-jalan, Nathan bisa melupakan masalahnya sejenak.

Nathan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan ibu kota yang tampak padat sore ini. Nathan menyandarkan tubuhnya saat melihat macetnya jalanan ibu kota sekarang. Nathan terus saja meng-klakson mobil didepannya sehingga membuat sang empunya marah.

Namun Nathan tidak perduli, yang terpenting sekarang adalah Nathan sampai ke tempat tujuannya.

*****

Setelah menunggu selama hampir satu jam, kini Nathan tengah mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Pikirannya kosong, matanya tetap fokus lurus ke depan.

Ciiiitttt

Nathan refleks rem mendadak saat dengan tiba-tiba seorang gadis menyebrang sembarangan. Nathan menggeram kesal, ia turun dari mobilnya dan langsung memarahi gadis itu.

"Punya mata nggak sih, Lo!? Kalo mau nyebrang liat kanan kiri dong ada mobil apa enggak!? Kalo kecelakaan gimana!?" Teriak Nathan emosi.

Gadis itu mendongak dan itu sukses membuat Nathan terdiam. Naura. Gadis yang hampir ia tabrak dua kali dalam sehari.

"Nathan..." Lirih Naura.

Nathan tidak menghiraukan panggilan Naura, tatapannya datar, sangat datar. "Kalo mau nyebrang liat-liat! Punya nyawa sembilan Lo!?" Tanya Nathan dingin.

Story Of The Twins (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang