47 - Sudah Pergi

5.6K 386 69
                                    

Jangan lupa baca pengumuman di bagian PROLOG, ya!✨

"NATHAN! LO ITU MASIH SAKIT BEGO!"

Acha menggerutu saat Nathan tidak mengindahkan teriakannya. Gadis itu turun dari mobilnya dan bergegas mengejar Nathan yang sudah jauh berlari. Sebenarnya Acha masih bingung mengapa Nathan sampai segitunya mengajaknya ke bandara. Apakah Nathan ingin menemui teman lamanya? Atau bagaimana?

Nathan berlari kencang hingga menabrak beberapa orang yang berlalu lalang. Lelaki itu tidak perduli akan rasa sakit akibat jahitannya yang belum sepenuhnya mengering. Yang pasti untuk saat ini ia harus bisa mencegah Naura untuk pergi. Nathan tidak rela!

"NAURA! LO DI MANA?!"

Nathan menyapu pandangannya ke segala arah. Terlalu ramai sehingga membuatnya kesulitan untuk mencari Naura. Nathan tidak menyerah. Ia terus mencari Naura hingga ketemu. Nathan ingin memperbaiki semuanya. Nathan juga ingin meminta maaf atas sikap kasarnya kepada Naura selama ini.

Nathan mengelap peluhnya yang mulai bercucuran. Napasnya terengah-engah. Ia menunduk, mengambil napas dalam agar tidak terlalu sesak. Bagaimanapun juga Nathan harus segera menemui Naura. Sebelum terlambat.

Saat akan kembali berlari, Nathan melihat sebuah pesawat yang kini sudah mulai terbang di udara. Nathan menggelengkan kepalanya cepat. Ia mengejar pesawat itu secepat yang ia bisa. Nathan yakin kalau itu bukan pesawat Naura. Lelaki itu berlari secara brutal.

Nathan berhenti. Tatapan matanya sayu. "NAURA JANGAN PERGI!" teriak Nathan lantang. Membuatnya menjadi pusat perhatian. Bahu Nathan meluruh ke bawah. Kakinya serasa lemas. Sudah terlambat. Nathan tidak bisa mencegah kepergian Naura. Nathan menyesal.

"Jangan pergi, Ra ... gue butuh lo di sini...."

Dada Nathan sesak. Sepertinya Nathan sudah kehilangan Naura. "Maafin gue..."

"Nathan!" Acha mendekati Nathan dengan napas tersengal-sengal. Nathan berlari cukup jauh. Acha mengelap pelipisnya dengan punggung tangan. Ia ikut berjongkok di samping Nathan. Menyentuh pundak lelaki itu. Acha sudah tahu penyebab Nathan seperti ini.

"Nath, jangan di sesali. Sekarang kita pulang!"

Nathan menggeleng. Matanya memerah dan berkaca-kaca. "Enggak, Cha! Kalo aja gue nggak egois dan lebih mentingin ego gue, mungkin Naura nggak akan pergi! Mungkin sekarang gue sama Naura udah bahagia! Gue bodoh banget, Cha! Gue bego! Gue goblok!" Nathan memukuli dirinya sendiri. Frustasi.

Acha menatap penuh keprihatinan. Sepertinya Nathan sangat menyesal akan perlakuannya kepada Naura. Sehingga membuat gadis itu memilih untuk pergi menjauh.

Acha menghela napas pelan. "Tuhan menciptakan penyesalan biar kita tahu bahwa gak semua hal bisa diulang lagi. Karena setiap penyesalan adalah pengalaman, dan pengalaman akan membawa kita pada kebijaksanaan."

"Tapi kalo gue nggak egois, Naura mungkin nggak akan nyerah dan milih pergi, Cha. Gue bego!"

Acha tersenyum. Smirk. "Jangan terlalu senang mempermainkan hati yang benar-benar jatuh cinta sama lo. Karena suatu saat nanti setelah ia memutuskan untuk pergi, lo akan menyesalkan hal itu. Bener, kan? Lo kehilangan Naura untuk yang kedua kalinya hanya karena ego lo! Sekarang gimana? Nyesel? Nyesel aja gak guna, Nath. Kemana aja lo kemarin-kemarin? Bukannya lo benci banget kalo Naura gangguin lo terus? Sekarang dia udah pergi. Jauh. Harusnya lo seneng dong karena nggak ada yang gangguin lo lagi?" sindir Acha sinis. Sedikit kesal karena sikap Nathan.

Nathan pasrah. Mungkin semesta tidak ingin melihat Nathan terus menyakiti orang sebaik dan setulus Naura. Mungkin juga takdir mereka sudah seperti ini. Hanya di pertemukan lalu di satukan dan kembali di pisahkan. Karena terkadang, semesta sebercanda itu.

Story Of The Twins (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang