31 - Bolos

3.6K 297 72
                                    

Suasana di meja makan pagi itu sangat datar. Hanya ada suara dentingan sendok yang berpadu dengan piring. Arka dan Keyla saling melirik. Mereka mulai berbisik tetangga.

"Nathan sama Acha kenapa sih? Kok aku penasaran banget, ya?" bisik Keyla pelan.

Arka menggelengkan kepalanya. "Aku juga enggak tahu,"

Nathan melirik kedua orang tuanya sekilas lalu berdehem keras. Membuat Arka dan Keyla langsung duduk tegak di kursinya masing-masing.

"Nathan udah selesai. Nathan ke atas dulu," ujar Nathan datar. Tanpa menatap Acha, Nathan langsung berjalan meninggalkan meja makan. Acha melihat kepergian Nathan dengan bibir yang melengkung ke bawah. Entah sampai kapan Nathan akan bersikap dingin kepadanya. Kalau boleh jujur, Acha rindu dengan Nathan yang dulu.

Acha menghela napas panjang. Napsu makannya seketika hilang. "Acha juga udah selesai. Acha berangkat dulu," Acha merundukkan badannya lalu menyalimi kedua tangan Arka dan Keyla secara bergantian.

"Hati-hati ya, Sayang. Mau Ayah anter?" tawar Arka.

Acha menggeleng. "Enggak usah, Yah. Acha bisa naik angkutan umum atau ojek online kok,"

Arka mengangguk.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam!"

Acha berjalan keluar dari rumah. Gadis itu terus saja memikirkan sikap Nathan padanya. Acha sangat tidak nyaman dengan Nathan yang sekarang. Mereka berdua memang sering bertengkar, namun itu hanya berlaku selama satu hari saja. Tidak lebih.

Acha menendang batu kerikil di depannya. Acha benar-benar merasa bersalah. Apa yang harus Acha lakukan sekarang? Meminta maaf kepada Nathan atau... Ah, sudahlah!

Brrrmmm... Brmmm...

Acha menoleh dengan kaget. Ia menutupi wajahnya saat melihat motor yang melintas di depannya dengan cepat. Acha melirik seragam sekolahnya yang tampak kotor akibat genangan air tadi.

Acha menatap orang itu dengan mata yang berapi-api. "HEH! LO ITU KALO BAWA MOTOR HATI-HATI DONG! LIAT SERAGAM GUE JADI KOTOR, KAN, GARA-GARA LO!" teriak Acha murka. Namun percuma saja, orang itu telah pergi jauh di depan sana.

Acha mendengus kesal. Seragam putihnya kini telah berubah menjadi coklat. Tidak mungkin kan jika Acha pergi ke sekolah dengan seragam yang kotor? Bisa di marahin dia.

"Ck! Ya kali gue ke sekolah pake seragam kotor kayak gini!" decak Acha. "Apa, gue bolos aja?" lanjut Acha sambil berkacak pinggang.

Acha menghembuskan napas pelan. "Huft, ya udahlah. Dari pada gue ke sekolah pake seragam kotor, mending gue bolos aja! Itung-itung buat nenangin diri juga," sebelum melancarkan aksi bolos sekolahnya, Acha menyempatkan diri untuk memberi pesan kepada Dara.

Acha: Dar, izinin gue. Gue ada urusan!

*****

Dara menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Gadis itu menggigit bibir bawahnya cemas. Pasalnya, sudah jam segini namun Acha tidak kunjung datang.

"Acha, lo dimana sih?!"

Dara mondar-mandir di depan papan tulis. Membuat Darren dan Farrel langsung meledeki dirinya.

"Woy, Dar! Lo ngapain mondar mandir di sono? Mau jadi setrika dadakan lo?!" ujar Farrel membuat tawa Darren pecah.

Dara menatap Farrel tajam. "Diem ya, Jigong Onta!" Dara kembali melongok ke luar pintu. Berharap bahwa Acha akan datang saat itu juga.

Story Of The Twins (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang