"ACHA, LO NGGAK PAPA, KAN!?" Acha menatap pemilik suara itu dengan tatapan malas. Dapat kalian tebak bukan siapa yang paling sering mengganggu ketenangan Acha?
Kening Acha berkerut saat sesosok itu ternyata tidak sendiri melainkan bersama satu laki-laki, mereka tengah beradu mulut untuk masuk dan menemani Acha. Acha memijat pelipisnya yang terasa berdenyut, ternyata Zean dan Arion. Mereka tengah memperebutkan siapa yang akan menemani Acha hingga pulang.
"Apaan sih, orang gue yang sampe duluan!" Kesal Zean.
"Nggak bisa! Lo harus pergi! Gue yang bakal nemenin, Acha!" Timpal Arion.
"Gue yang bakal nemenin dia!"
"Gue, lah!"
"Lebih baik Lo pulang sekarang!"
"Acha itu nggak suka liat muka Lo!"
"Pergi sana!!"
"STOP!!" Zean dan Arion sama-sama berhenti. Acha pun tidak paham, Arion yang biasanya akan bersikap galak, kasar dan kejam kini seolah hilang. Yang Acha pikirkan sekarang adalah, mengapa mereka berdua sama-sama memperebutkan untuk menemani dirinya? Bukan kah sudah ada Dara di sini?
"Nggak usah berantem! Gue nggak mau di temenin sama kalian! Lagian udah ada Dara di sini!" Lanjut Acha sembari melirik Dara.
"Yah, tapi gue mau nemenin Lo, Cha!" Celetuk Zean.
"Gue juga!" Timpal Arion.
Acha menggeleng tegas. "Enggak boleh! Kalian lebih baik pergi dari sini! Kepala gue tambah pusing tau nggak dengerin suara kalian!?"
"Lo sih!" Zean menyenggol lengan Arion, begitu pun sebaliknya.
Arion menatap Zean tajam. "Lo duluan yang mulai!"
"Apaan sih, orang—"
"PERGI!" bentak Acha murka. Zean dan Arion saling tatap sebelum akhirnya mereka memilih pergi dari pada Acha bertambah marah pada mereka. Acha memijit pelipisnya lembut, entah kenapa kepalanya terasa sangat pusing sekarang.
"Lo tidur aja ya, Cha. Biar tubuh Lo enakkan!" Suruh Dara. Acha mengangguk, ia membaringkan tubuhnya di brankar UKS. Acha memejamkan matanya dengan tangan Dara yang mengambil alih untuk memijat pelipis sahabatnya itu.
Di lain tempat, tampak seorang laki-laki sedang menelungkup kan kepalanya di atas lipatan tangan. Napasnya teratur yang menandakan bahwa lelaki itu tengah tertidur pulas. Darren melirik ke arah Nathan yang masih terlelap, tidak terusik meskipun keadaan kelas saat ini tengah berisik.
"Nathan, kenapa?" Tanya Farrel bingung.
Darren menggeleng. "Enggak tau! Balik ke kelas dia udah kayak gini!" Farrel manggut-manggut mengerti.
Brakk
Pintu kelas 11 IPA-1 terbuka secara kasar, di sana dapat Darren dan Farrel lihat seorang gadis dengan wajah cemasnya kini tengah mendekati meja mereka. Gadis itu menatap Nathan dengan tatapan khawatir.
"Nathan, kamu nggak papa, kan??" Tanya gadis itu dengan cemas. Ia menggoyangkan lengan Nathan berharap laki-laki itu akan membuka matanya.
"Eh, upil kuda! Mendingan Lo balik ke kelas aja deh! Nggak guna banget Lo di sini kalo cuman mau teriak-teriak doang!" Kesal Farrel. "Lagian ntar kalo Nathan bangun, abis Lo di marahin sama dia!"
Nesya menatap Farrel sinis. "Gue kesini cuman mau nyamperin Bebeb gue doang! Tadi gue liat dia kehujanan sama cabe murah itu, kan!?"
"Heh, jaga ya omongan Lo! Tuh, mulut mau gue sumpel kaos kaki!?" Timpal Darren. Nesya tidak menggubris Darren dan juga Farrel, ia tetap menggoyangkan lengan Nathan agar laki-laki itu terbangun dari tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of The Twins (SUDAH TERBIT)
Novela Juvenil[SEQUEL MY CRAZY BOYFRIEND] DAPAT DIBACA TERPISAH FOLLOW SEBELUM BACA #1 TWINS 20-07-2020 Kembar? Selintas apa yang ada di pikiran kalian saat mendengar kata 'Kembar'? Mungkin anak Kembar itu selalu kompak dan selalu memakai pakaian yang sama. Akur...