Ketiga pasang mata itu saling melirik satu sama lain, tampak ragu untuk sekedar meminum alkohol pada botol mereka masing-masing. Pun dentuman kencang musik yang diputar oleh disk jokey di atas panggung, tidak berhasil mengenyahkan perasaan was-was mereka. Sebenarnya, mereka bertiga tahu bahwa seharusnya mereka menikmati waktu menyenangkan ini. Ya, jika saja salah satu sahabat mereka yang lain tidak berlaku aneh dengan tidak berhenti menegak minumannya meski berpuluh-puluh botol sudah berserakan di atas meja.
"Gas? Lu kenapa, sih? Cerita, lah sama kita. Maybe we can give you some suggestion," ucap pria dengan senyum manis mematikan itu, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Marvel. Sama seperti Dion dan juga Gibran yang menatap khawatir pada Bagas, ia pun juga demikian. Sudah rahasia umum jika Bagas suka minun-minum. Namun, kalau sudah menghabiskan berpuluh-puluh botol seperti ini, baik Marvel, Dion, ataupun Gibran tahu pasti sedang ada yang tidak beres dengan sahabatnya itu.
Kesadaran telah terenggut habis oleh minuman memabukkan di tangannya tersebut. Hingga Bagas hanya menggelengkan-gelengkan kepalanya, tanpa berniat menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Marvel. Justru, ia mengangkat botolnya tinggi dan mengajak ketiga sahabat yang telah mau ia repotkan datang ke club saat ini, untuk bersulang. Lalu menegaknya kembali sampai benar-benar habis. Membuat baik Dion, Gibran, ataupun Marvel memandangnya dengan ngeri.
"Vel, kita bawa balik aja, lah dia. Udah teler gitu, mana mau cerita," usul Dion yang sangat amat mengkhawatirkan kondisi Bagas. Kemudian, disetejui oleh Gibran, yang kini sudah beranjak dari sofa yang ia duduki dan hendak bergerak mengangkat tubuh oleng Bagas.
Akan tetapi, meski sudah tidak mampu sepenuhnya sadar, Bagas masih bisa menyadari apa yang hendak di lakukan oleh Gibran. Dengan kasar, ia menepis tangan pria itu bahkan tidak segan untuk mendorong tubuhnya hingga Gibran tersungkur jatuh begitu saja. Tidak ada permintaan maaf sama sekali, dan Bagas malah tertawa kencang melihat Gibran yang terjatuh. Karena menurutnya itu sangat konyol. Cukup ampuh untuk menghibur dirinya yang sedang kalut dan merasa kacau.
"Benar-benar, nih, orang!" Gibran yang memang terkenal tempramental, lantas bergerak menarik kerah kemeja Bagas, sementara satu tangannya yang lain telah terangkat dan akan mendarat dengan mulus di atas tulang pipi pria itu. Ya, jika saja Dion dan Marvel tidak lagi menyayangi Bagas. Karena kini, kedua sahabatnya tersebut pun sudah menarik tubuhnya untuk mundur, "Lu gila, Gib?!"
"Ya, kalau gak gini caranya, nih, anak gak bakal berhenti, Yon!"
"Tapi, jangan gini juga, lah, caranya! Kalau dia babak belur, lu yang repot nanti, berurusan sama nyokapnya! Lu mau, hah?!" balas Dion, yang masih menahan Gibran agar tidak lagi mengambil langkah maju. Pria bertubuh tegap itu tampak terdiam sesaat, sebelum akhirnya melepas paksa tangan Dion dari tubuhnya. Sedangkan kedua matanya masih enggan lepas dari Bagas, yang tetap tidak berhenti menegak minumannya walau telah mabuk habis-habisan.
Baik Dion, Gibran, maupun Marvel tidak ada lagi yang berani membujuk Bagas untuk pulang, atau paling tidak mendekati pria tersebut. Mereka hanya saling menghela napas, atau sibuk dengan gadget masing-masing. Membiarkan Bagas untuk memanfaatkan waktu yang ada saat ini. Mungkin, dia memang sedang ada satu masalah dan masih belum bisa menceritakannya pada mereka, pikirnya.
Selang lima belas menit kemudian, satu suara nyaring terdengar di antara mereka. Itu karena ulah Bagas yang membanting botol minumannya di atas meja, begitu saja. Lantas, ia nampak berusaha membuka matanya lebar-lebar, sebelum akhirnya beranjak bangkit dari sofa yang ia duduki.
"Eh? Gas? Lu mau kemana?"
"Bagas, lu mau kemana, woy?"
"Eh, tahan itu dia, bro!"
Marvel yang kebetulan duduk paling dekat dengan Bagas pun, langsung menahan tubuh pria itu. Namun, lagi-lagi, sama seperti yang ia lakukan pada Gibran, Bagas justru menepis tangan Marvel. Bahkan hendak melayangkan satu tinju karena merasa, sahabatnya tersebut telah menghalangi jalannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Sky [ C O M P L E T E ]
Random"Hai, Langit? Apa kabarmu hari ini?" Langit adalah salah satu hal favorit untuk seorang Claudia Issaura. Bagi gadis gempal itu, langit sangat menenangkan, indah, sekaligus mampu memberi kekuatan, untuk segala sesuatu yang sudah dilewatinya dan pasti...