"Kemana Bagas?"
Senyum yang terpantri pada wajah Lynn pun perlahan memudar. Ia membalas tatapan kebingungan Tuan Bagaskara padanya dengan tidak kalah bingung, lebih tepatnya tidak memiliki ide yang cukup baik untuk menjawab pertanyaan tersebut. Sedangkan kedua bola mata Tuan Bagaskara bergerak lincah menyisir seluruh penjuru lobby hotel begitu langkahnya terhenti tepat di depan pintu. Baru menyadari bahwa sang putra ternyata tidak ikut mengantarkan kepulangannya, setelah mereka terlibat dalam perbincangan yang lumayan serius.
Pria tua itu kemudian menoleh pada Revan, yang masih membuntutinya di belakang. Keningnya pun tampak mengkerut dalam, "Dimana Bagas, Revan? Bukannya dia bilang mau ke toilet? Kenapa lama sekali? Kemana dia?"
Ditodong pertanyaan sebanyak itu, tentu Revan cemas. Sebab, ia juga tidak tahu kemana Bagas pergi sebenarnya. Yang ia tahu adalah, atasannya tersebut izin ke kamar mandi, usai membicarakan kapan waktu yang tepat untuk pengumuman pernikahannya bersama Lynn dan Tuan Bagaskara di coffee shop tadi. Dan sekarang, Bagas nyatanya tidak kunjung kembali. Padahal, pria itu harusnya mengantar Papanya paling tidak sampai ke mobil baru setelahnya bisa pergi.
Bagas pasti pergi tanpa sepengetahuan mereka, dan Revan yakin itu.
Lantas, disertai ekspresi datar seperti biasanya, Revan pun menjawab, "Saya akan mencari Pak Bagas terlebih dulu, Tuan."
"Ya, ya. Cepat cari dia. Kasihan Lyanna. Bagas harus mengantar Lyanna pulang."
"Om, itu tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri, kok," sahut Lynn, yang sejak tadi termenung dalam kebingungannya sendiri. Ia bahkan telah memaksakan senyumannya, hanya agar Tuan Bagaskara mau mengerti penolakan yang ia berikan. Namun, pria di hadapannya justru menggeleng cepat. Selaras dengan tatapan tegas, nampak sekali bahwa dia tidak bisa mentolerir hal semacam itu, "Bagas harus mengantar kamu pulang, Lyanna. Ini sudah terlalu malam. Tidak baik untuk kamu pulang sendirian."
Ucapan Tuan Bagaskara terhenti, karena kini ia kembali menatap Revan yang terlihat sibuk dengan ponsel di tangannya, "Hey, Revan! Cepat cari Bagas. Jangan mengandalkan telfon saja. Cepat cari dia sekarang."
"Baik, Tuan."
Bak anjing yang diberi titah, Revan segera berlari meninggalkan lobby. Masih sambil mengutak-atik ponselnya, berusaha menghubungi Bagas, ia juga mencari ke setiap tempat. Kaki yang panjang cukup memudahkannya untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain, bahkan tidak terhitung sudah berapa kali ia naik turun tangga untuk memeriksa semua tempat yang memungkinkan didatangi oleh Bagas.
Ballroom tempat pesta ulang tahun Dion berlangsung pun sudah sangat sepi, hanya menyisakan beberapa staff hotel yang tengah membersihkan kekacauan yang tersisa. Di lounge VVIP yang tadi juga dijadikan tempat private untuk perayaan ulang tahun Dion, sudah kosong dan tidak menyisakan apapun kecuali gelas-gelas kotor yang berserakan. Tiap toilet laki-laki yang ia datangi, nyatanya juga tidak menandakan adanya Bagas. Bahkan, nomor telfon pria itu, tidak kunjung bisa dihubungi. Membuatnya lantas menautkan kedua alis dalam-dalam, hal yang selalu ia lakukan setiap merasa kesal.
Namun, Revan tentu tidak bisa menyerah semudah itu. Ia terus mencari hingga akhirnya ia sampai di basement, baru saja terpikirkan untuk memeriksa, apakah mobil Bagas masih berada di tempatnya atau tidak.
Hembusan napas tersenggal-senggal yang sejak tadi tertahan karena dikejar waktu untuk mencari Bagas, sekarang mampu terdengar. Revan berhasil menangkap keberadaan Sedan Porsche berwarna hitam yang di kendarai Bagas, dan nyatanya masih ada di sana. Pertanda bahwa pria yang dicari-carinya itu, belum beranjak keluar dari hotel, ataupun pergi kemana-mana.
Lantas, kemana Bagas pergi?
Tidak bisa berdiam di sana hanya untuk menunggu Bagas mengambil mobilnya, Revan langsung memutar langkah. Ia baru akan menuju lift untuk naik ke lobby hotel, jika saja ia tidak melihat kehadiran Marvel yang tengah berjalan santai menuju mobilnya. Sehingga, tanpa pikir panjang, Revan membelokkan langkah. Memilih untuk menghampiri sahabat atasannya tersebut, barangkali mengetahui dimana keberadaan Bagas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Sky [ C O M P L E T E ]
Random"Hai, Langit? Apa kabarmu hari ini?" Langit adalah salah satu hal favorit untuk seorang Claudia Issaura. Bagi gadis gempal itu, langit sangat menenangkan, indah, sekaligus mampu memberi kekuatan, untuk segala sesuatu yang sudah dilewatinya dan pasti...