:: Bab II ::

2.1K 154 16
                                    

"Bang, nasi gorengnya satu, ya."

Usai memberitahukan pesanannya, Claudia memilih duduk di salah satu bangku yang disediakan. Ia kembali menghela napasnya, entah sudah yang keberapa kalinya hari ini. Hal tersebut ia lakukan, seraya kedua matanya menatap kosong ke langit malam yang sudah menggelap. Berusaha untuk membuat suasana hatinya agar menjadi lebih baik.

Langit saat ini memang terlihat begitu gelap. Akan tetapi, ada banyak bintang yang bertebaran di sana, serta rembulan yang membentuk lingkaran sempurna dengan cahayanya yang terang benderang. Memberikan sedikit penerangan di antara kegelapan tersebut, serta semakin mempercantik pemandangan favorit Claudia itu. Yang sekaligus berhasil menenangkan hatinya yang sejak tadi terasa kacau balau, setelah begitu banyak kesialan yang menimpanya hari ini.

Mulai dari terlambat kelas, mengacaukan perpustakaan, sampai akhirnya terkena omelan pelanggan karena dirinya tidak sengaja menabrak pelanggan tersebut. Bahkan, setelah ia sudah terus memohon-mohon supaya diberikan maaf, Claudia tetap harus terima jika gajinya dipotong begitu saja, untuk ganti rugi pakaian pelanggan tersebut yang jadi kotor karena kecerobohannya. Padahal, ia sudah merencanakan untuk menyimpan beberapa bagian uang gajiannya tersebut untuk biaya ujian Chalissa dan selebihnya untuk memenuhi kebutuhan dirinya bersama sang adik. Namun, ia tentu tidak bisa mengelak apa yang sudah ditakdirkan padanya, bukan? Sekarang, gadis gempal itu hanya bisa berharap, jika hari esok bisa berjalan dengan lebih baik dari pada hari ini.

Saking asiknya memandangi langit, Claudia sampai tidak sadar bahwa nasi goreng pesanannya sudah matang. Dengan sedikit canggung, ia pun memberikan selembar uang sepuluh ribu dan selembar uang dua ribuan kepada penjual nasi goreng tersebut, sebelum akhirnya kembali melanjutkan perjalanan pulangnya menuju rumah yang tersisa sedikit lagi.

Setelah beberapa saat, langkahnya lantas terhenti, tepat di depan sebuah rumah kontrakan yang kecil dan terlihat lusuh. Ia kemudian membuka gerbang yang berkarat tersebut, lalu masuk ke dalam rumah setelah melepaskan sneakersnya di depan pintu. Akan tetapi, keadaan di dalam rumah yang nampak sepi pun berhasil membuat Claudia mengerutkan keningnya keheranan.

"Ca? Ica?" seru Claudia seraya melepaskan tasnya dan meletakkan sebungkus nasi goreng yang tadi ia beli di atas meja. Tetap tidak ada sahutan apapun dari sang adik, yang seharusnya berada di rumah saat ini. Ia lantas menggerakan kedua kaki besarnya itu menuju kamar Chalissa yang tertutup rapat. Tangannya terangkat, menurunkan kenop pintu hingga akhirnya terbuka sedikit. Memberikannya celah untuk mengetahui keadaan di dalam kamar dengan ornamen serba merah muda tersebut, dan menemukan gadis cantik itu sedang terlelap sambil memakai sheet mask pada wajahnya serta menyumpal telinganya menggunakan earphone. Pantas saja dia tidak kunjung menyahuti panggilan Claudia tadi.

"Ca? Bangun, yuk. Makan malam dulu," gumam Claudia, berusaha membangunkan Chalissa dengan menepuk pelan kakinya. Dilihatnya gadis itu yang langsung mengerjapkan kedua matanya sesaat, sebelum akhirnya terduduk dengan sisa-sisa rasa kantuknya, "Kok, Kakak udah pulang?"

"Iya, tadi shift-nya dipercepat. Bangun, yuk. Kakak beli nasi goreng, tuh."

Meski merasa sedikit malas, Chalissa pun memilih tetap mengikuti ajakan kakaknya itu karena perutnya juga sudah kembali keroncongan sekarang. Setelah melepas sheet masknya dan membuangnya ke tempat sampah, serta mematikan musik yang diputar oleh ponselnya, ia berjalan lebih dulu keluar dari kamar, baru kemudian diikuti oleh Claudia yang tersenyum melihat sikap menggemaskannya itu.

Mereka duduk bersebrangan di meja makan kecil tersebut. Di hadapan Chalissa sudah ada sebungkus nasi goreng yang telah dibukakan oleh Claudia. Sedangkan gadis gempal itu tidak memiliki apapun sebagai makan malamnya saat ini. Ia tidak memiliki banyak uang untuk membeli dua bungkus nasi goreng, sebab ia harus tetap menghemat paling tidak sampai ia mendapatkan sisa gajinya nanti. Jadi, ia hanya membelikan satu untuk Chalissa, agar adik kesayangannya itu tidaklah kelaparan. Lagipula, ia sudah memakan satu bungkus roti saat di cafe tadi dan setidaknya itu sudah cukup untuk mengganjal perutnya sampai besok pagi.

Let Me Be Your Sky [ C O M P L E T E ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang