"Tolong turunin saya."
Suara yang menyiratkan kemarahan itu, akhirnya terucap dari bibir Claudia. Ia masih enggan memalingkan pandangan tajamnya, dari sisi samping pria yang terlihat sibuk dengan setir kemudi. Tidak berniat sedikitpun untuk mengindahkan permintaannya, sama sekali.
Jalanan yang mereka lewati tampak lengang. Tidak seramai biasanya, kini hanya ada beberapa mobil atau kendaraan yang berlalu lalang. Pun orang-orang yang sepertinya sudah tidak akan keluar, memilih meringkuk di balik selimut begitu mengingat waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam.
Sedangkan Bagas masih membungkam mulutnya rapat-rapat. Bukannya mengikuti apa yang gadis gempal di sampingnya katakan, ia justru menambah kecepatan mobilnya sampai batas maksimal. Membelah jalanan malam yang lumayan sepi dengan suara mesinnya yang berderu kencang.
"Tolong berhenti dan turunin saya!"
"..."
"Turunin saya!"
"..."
"Turunin saya atau saya loncat?!"
Sedetik setelah Claudia mengeluarkan ancamannya, mobil mewah itu menepi dengan cepat dan secara mendadak. Cukup berhasil menciptakan decitan bising akibat gesekan antara aspal dan ban yang kuat, setelah melaju dengan sangat cepat. Sementara Claudia yang tidak menyangka bahwa pria itu berani melakukan hal yang jauh lebih gila seperti ini, langsung mencengkram sabuk pengaman yang mengelilingi tubuhnya. Napasnya tercekat, efek terlalu terkejut. Jantungnya bahkan serasa copot dari rongga dada, meluncur jatuh ke bawah kaki karena apa yang dilakukan Bagas baru saja.
"Kamu mau turun, kan? Silahkan. Dan saya bisa pastikan mereka akan menangkap kamu lagi setelah ini." Bagas pun menggumam. Suaranya terdengar dingin dan ketus, tanpa mau repot melirik ke arah Claudia yang masih susah payah menormalkan kerja jantungnya. Hanya mengedarkan pandangannya ke arah lain, kemana pun asal tidak ke arah gadis gempal itu.
Butuh waktu beberapa lama untuk Claudia mampu menguasai dirinya kembali. Ia lantas menatap pria itu lekat-lekat, sesaat merasakan ketakutan yang lagi-lagi muncul di dalam hatinya ketika Bagas menggumam. Namun, Claudia berusaha memantapkan keputusannya. Tidak peduli jika Agnes beserta komplotan pria paruh baya tadi akan mengejarnya, lebih baik ia keluar dari mobil Bagas sekarang juga. Ketimbang mengorbankan harga dirinya sendiri jika tetap bertahan di sana.
Dengan cepat, Claudia melepas sabuk pengamannya, berusaha tidak memperdulikan Bagas yang bahkan nampak enggan untuk meminta maaf padanya, sama sekali. Tangannya pun sudah bergerak, hendak membuka pintu mobil di sampingnya. Akan tetapi, pintu itu tidak kunjung terbuka, walau sudah berkali-kali ia mencoba. Mulai tidak sabar, ia pun menghentak pintu mobil tersebut dengan keras. Dan hasilnya tetap nihil. Pintu tetap tidak terbuka, seakan tidak semudah itu membiarkannya keluar.
"Apa kamu tidak pernah diajarkan cara berterima kasih?"
Pertanyaan tersebut pun menggerayang masuk ke dalam gendang telinga Claudia, sekaligus menghentikan pergerakannya. Gadis gempal itu langsung memutar kepala, dan membiarkan tatapannya dengan tatapan milik Bagas yang nyatanya sedang tertoleh ke arahnya pun, saling bertubrukan. Ia menatap pria itu dengan tajam, seiring dengan bayangan kejadian yang terjadi beberapa saat lalu, kembali terngiang di dalam pikirannya.
"Dia punya saya. Jadi, kalian tidak berhak menyentuhnya, sama sekali."
Orang itu, tidak lain dan tidak bukan adalah Bagas. Ya, Langit Bagaskara, dan Claudia benar-benar tidak salah lihat.
Sekuat apapun Claudia mencoba, apa yang ia lihat tetap tidak berubah. Wajah mengeras pria itu, mengiringi tatapan tajamnya yang menghunus tepat ke arah si pria paruh baya, yang sudah beranjak turun dari mobil setelah melihat kedua anak buahnya terkapar di jalanan. Tubuh Claudia pun tanpa sadar menegang, begitu merasakan genggaman tangan Bagas semakin kuat ketika pria paruh baya tersebut berjalan mendekati mereka berdua. Ada sesuatu yang memancing jantungnya untuk berdegup kencang, merasakan hangat tangan Bagas yang sedang menggenggam pergelangan tangannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Sky [ C O M P L E T E ]
Casuale"Hai, Langit? Apa kabarmu hari ini?" Langit adalah salah satu hal favorit untuk seorang Claudia Issaura. Bagi gadis gempal itu, langit sangat menenangkan, indah, sekaligus mampu memberi kekuatan, untuk segala sesuatu yang sudah dilewatinya dan pasti...