:: Bab LXIV ::

516 55 1
                                    

Finally, apa yang lu pengen kewujud juga, Nes.”

Ungkapan penuh kegembiraan itu disampaikan oleh Yesha seraya menyendok es krim vanilla miliknya. Lantas disetujui oleh Lova yang sedang sibuk menggulir layar ponsel untuk melihat kolom komentar media sosialnya yang dipenuhi komentar dari banyak orang. Terlihat dari gaya bahasa dan ketikannya yang lebih banyak mencaci maki, mereka nampak speechless dan tidak menyangka begitu melihat unggahan di dalam akun tersebut. Yang tidak lain dan tidak bukan adalah akun cadangan milik Agnes, yang seketika merekahkan seringai jahatnya.

“Gokil! Postingan lu udah nembus sembilan ratus ribu view, Nes! Mereka juga ninggalin komentar, keliatan banget gak nyangkanya kalau si gembrot itu lagi hamil!” kata Lova, memanas-manaskan suasana sehingga Agnes tidak bisa menahan gejolak kepuasan yang kini bersuka cita di dalam dirinya.

Gadis cantik itu menghela napas cukup dalam, sembari melipat kedua tangan di depan dada. Pembawaannya sangat amat tenang, di saat teman-teman satu kampusnya justru dihebohkan oleh video yang ia posting di akun media sosialnya, “I know right. Emang dasarnya si gembrot itu bego, gak bisa nyembunyiin barang sepenting testpacknya dia dengan baik. So, kalau barang itu berhasil gue temuin, that wasn’t my fault. But her fault.”

Yesha mengangguk-anggukan kepala mendengar pendapat Agnes, “Apalagi kalau lu ngasih tahu siapa yang ngehamilin dia, pasti bakal lebih seru lagi.”

“Tanpa Agnes ngasih tahu, juga udah banyak yang main tebak-tebakan, nih, gara-gara videonya Langit Bagaskara yang ngakuin si gembrot itu ceweknya, viral kemarin.”

Masih dengan jari jemari yang me-refreash tampilan layar ponsel untuk mengetahui komentar-komentar baru yang baru saja masuk, Lova kembali menimpali. Ia tampak begitu asyik membaca satu persatu ketikan netizen yang budiman di luar sana, yang kebanyakan menyudutkan dan menyalahkan objek perbincangan mereka kali ini, sebagai perebut calon suami orang lain.

Bahkan tak jarang ada yang mendoakan orang itu agar mendapatkan karma buruk serta tidak bisa hidup tenang untuk selama-lamanya. Dan hal tersebut menyebabkan Lova tidak bisa menahan diri untuk tidak cekikik geli.

“Tapi, Nes. Lu… gak takut ini ketahuan sama cowok lu? Kan, cowok lu sahabatan sama Langit Bagaskara,” tanya Yesha kemudian, merubah mimik wajahnya dengan penuh keraguan. Ia menatap Agnes disertai bibir yang mencebik bingung, sementara gadis yang ditatapnya hanya tertawa, “Ngapain harus takut? Kan, gue pakai second account gue dan Gibran gak follow akun itu. Lagipula, kalaupun ketahuan, dia juga gak berani macam-macam. Dia, tuh, bucin mati sama gue. Gak bakal berani buat mutusin gue. Paling banter cuma ngebentak, itu juga gak bakal bisa lama-lama.”

Untuk kesekian kali, Yesha mengangguk-anggukan kepalanya. Pandangannya kemudian teralih, dan dengan cepat terhenti tatkala menemukan seseorang yang sejak tadi tengah mereka bicarakan, ternyata sudah berdiri di belakang Agnes ditemani tatapan nanar di atas raut wajahnya yang datar.

Menggunakan matanya, gadis cantik bertubuh mungil itu pun memberi kode pada Agnes untuk menengok ke belakang. Mati-matian ia menahan senyum begitu memperhatikan wajah menyedihkan dari gadis gempal yang kini jadi pusat perhatian banyak orang di kantin tempat mereka beristirahat. Begitu pula dengan Lova yang langsung mengulum bibir rapat-rapat, takut melukai harga diri gadis gempal itu yang sebenarnya telah mereka jatuhkan habis-habisan.

“Oh, hai, Claudia. Mau makan siang, ya? Gabung di sini aja, yuk.”

Tanpa merasa bersalah, Agnes memberi sedikit ruang untuk Claudia duduk di sampingnya. Tatapan dengan segudang makna yang terpancar di dalam mata Claudia pun, ia abaikan begitu saja. Hati nuraninya seperti sudah dimatikan secara otomatis, ketika seharusnya ia merasa malu dan segera meminta maaf karena telah membongkar aib Claudia ke seluruh orang yang bisa menjangkau melalui akun media sosialnya. Hingga akhirnya, video berisi penemuan testpack bertanda positif di kamar Claudia yang dibuat olehnya sampai terdengar ke kantor rektorat.

Let Me Be Your Sky [ C O M P L E T E ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang