"E-eh?! Sky?! Aduh, jangan ditarik!"
"Udah! Lu ikut gue aja! Lu bisa lari, kan?"
"Hah?!"
"WOY! BERHENTI! ANAK KURANGAJAR! BERHENTI! GANTI RUGI DULU, WOY!"
Sayup-sayup, Claudia mampu mendengar teriakan sarat akan kemarahan dan derap langkah kaki yang saling beradu dengan trotoar. Dengan kebingungan, ia pun mencoba mencari sumber suara tersebut. Akan tetapi, niatnya mesti ia urungkan karena Sky sudah lebih dulu menggenggam tangannya dengan kuat, lantas menariknya untuk mengikuti kemana laki-laki menyebalkan itu beranjak pergi. Sambil berlari tentunya.
"Sky! Mau kemana, sih?! Kenapa harus lari-lari?!"
"Supaya gak ketangkep sama orang-orang jahat itu!"
"Emang mereka siapa?! Kenapa ngejar-ngejar kita?!"
"Mereka mau nyulik gue terus ngejual gue ke perdagangan manusia! Kalau kita ketangkep, lu bisa ikutan dijual juga!"
"Loh?! Kenapa bisa?!"
"Ya, bisa, lah! Kenapa gak bisa?!"
"Tapi—"
"Udah, deh! Pokoknya, jangan lepasin tangan gue! Gak usah takut, ada gue di sini! Oke?!" teriak Sky, ditengah-tengah napasnya yang saling memburu. Sementara Claudia tidak bisa lagi berkonsentrasi untuk menanyai remaja laki-laki itu. Sekarang, ia lebih fokus bagaimana caranya mempercepat larinya supaya segerombolan pria bertato dan berbadan besar yang tengah mengejar mereka berdua tidak bisa menangkapnya. Atau ia bisa dijual, seperti yang dikatakan Sky barusan.
Menerobos para pejalan kaki yang berlawanan arah, menyebrangi jalan raya tanpa memperhatikan rambu lalu lintas, bahkan sampai tidak sengaja membuat pedagang makanan gerobakan menabrak pohon karena harus menghindari mereka berdua. Baik Sky atau Claudia sudah tidak peduli lagi. Mereka hanya ingin bisa sesegera mungkin lepas dari kejaran orang-orang menyeramkan itu. Walau kini mereka sendiri pun sudah tidak tahu dimana mereka berada.
Sesekali, Claudia menghentikan pergerakan kakinya. Ia tidak sekuat Sky jika harus terus berlari tanpa henti. Napasnya pun sudah tersenggal-senggal, begitu pula tenggorokannya yang terasa kering. Akan tetapi, setiap kali Sky menemukan orang-orang itu masih mengejar mereka, dia semakin memperkuat genggamannya pada tangan Claudia dan menariknya dengan cepat untuk kembali berlari.
"Sky! Kapan berhentinya?! Aku capek!"
"Sama! Gue juga! Tahan sedikit lagi! Lagipula, lumayan, kan buat lu ngurusin badan!"
"Ih! Apaan, sih?!"
"Bener, dong, gue?!"
"Bodo amat!"
Alih-alih merasa bersalah, Sky justru masih sempat-sempatnya tertawa. Bahkan, tidak segan untuk menoleh ke arah Claudia yang masih di genggamnya untuk berlari bersama, memperhatikan wajah merenggut gadis gempal itu yang mulai kehabisan napas. Entah mengapa, hal tersebut sangat menghibur untuk dirinya, dan membuatnya semakin ketagihan untuk meledeki Claudia.
"Ayo, dong! Semangat! Sekalian olahraga!"
"Bawel!"
"Ayo! Ayo! Ayo!"
"Sky, diam!"
Kalau saja ia punya kekuatan bak penyihir, Claudia pasti sudah mengubah Sky menjadi seekor katak jelek yang bisa ia tendang ke lautan. Rasa bersalahnya pada laki-laki itu kini sudah hilang, tergantikan dengan kekesalannya atas segala sesuatu yang diucapkan atau dilakukannya.
Jika saja tadi ia tidak bertemu dengan Sky, mungkin Claudia tidak perlu kesulitan mendapatkan napas karena harus terus berlari mengikuti remaja laki-laki menyebalkan itu. Harusnya Sky tahu keadaannya, namun, malah menggunakannya sebagai ajang untuk terus meledekinya. Dan Claudia benar-benar tidak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Sky [ C O M P L E T E ]
Casuale"Hai, Langit? Apa kabarmu hari ini?" Langit adalah salah satu hal favorit untuk seorang Claudia Issaura. Bagi gadis gempal itu, langit sangat menenangkan, indah, sekaligus mampu memberi kekuatan, untuk segala sesuatu yang sudah dilewatinya dan pasti...