Pintu terbuka dengan kasar, menampilkan Bagas dalam raut wajah kelelahan berjalan menuju kursi kerjanya seraya melepas kancing jas yang ia kenakan. Pria itu lantas menghempaskan bokongnya di atas bantalan kursi yang empuk, kemudian menyandarkan punggungnya pada sandaran selagi kedua matanya terpejam erat. Rapat jajaran direksi baru saja berakhir, membahas berbagai kekurangan yang harus dievaluasi sejak penayangan perdana seluruh program yang ada di BGS-TV. Dan Bagas harus dibuat pening karena ada saja kekurangan yang malah menjadi masalah besar, membuatnya harus bekerja lebih keras untuk menuntaskan segala masalah yang ada.
Sejurus setelahnya, tangan pria itu tergerak meraih ponsel canggih yang tergeletak di atas meja. Menggulir layar dengan cepat, mengabaikan beberapa pesan lain yang baru saja masuk ke dalam notifikasinya hanya untuk mencari satu pesan dari seseorang yang sudah ia tunggu-tunggu kehadirannya sejak tadi. Namun, kedua alisnya tampak bertaut heran, saat melihat satu tanda ceklis masih setia menghiasi pesan yang ia kirimkan sejak pagi. Ditambah juga tidak ada keterangan yang menunjukkan, apakah orang tersebut sedang online atau tidak, saat ini .
Lantas, ia membanting ponselnya asal. Mengetukkan jari jemarinya pada layar, di saat kepalanya tengah memikirkan segala kemungkinan yang membuat orang itu tidak kunjung menjawab pesannya. Kegelisahan pun turut melingkupi wajah tampan Bagas, yang nyatanya berhasil menarik perhatian Revan untuk mempertanyakan penyebab dirinya nampak aneh seperti ini.
"Pak Bagas? Apa ada sesuatu yang mengganggu Bapak?"
"..."
"Pak Bagas?"
"..."
"Pak Bagas sedang menunggu seseorang?"
Bagas pun tidak tahu mengapa Revan bisa menebak seperti itu. Namun, ia semakin dibuat tidak mengerti oleh reaksi tubuhnya sendiri yang seakan membenarkan tebakan sang sekretaris. Ia langsung menegapkan tubuhnya, menyadari apa yang sedari tadi dirinya lakukan. Raut kegelisahannya bahkan telah tergantikan oleh keterkejutan yang begitu ketara. Terlihat jelas bagaimana ia sendiri juga terkejut akan hal tersebut.
Apa iya, Bagas sedang menunggu dia? Si gadis gendut tidak tahu terima kasih itu?
Kepalanya menggeleng cepat, menandakan Bagas tidak membenarkan tebakan Revan. Berpura-pura tidak membenarkan, maksudnya.
Untuk sesaat, pria itu pun berdehem pelan, berusaha menormalkan suaranya agar tidak terdengar mencurigakan. "Hm... tidak." lantas, tangannya terangkat menilik waktu yang tertera pada jam tangan mahal miliknya, "Ini sudah waktunya jam makan siang. Kamu tidak istirahat, Revan?"
"Apa ada makanan yang ingin Pak Bagas makan untuk menu makan siang?" Revan justru membalik pertanyaan, sambil tetap memaku pandang pada bosnya tersebut dari balik kacamata yang ia pakai. Dilihatnya Bagas yang nampak tengah berpikir, sehingga mau tidak mau ia harus menunggu sampai pria itu memutuskan ingin makan apa. Namun, keheningan yang ada di sana pun harus terganggu oleh dering telfon yang berasal dari saku celana Revan. Memaksanya untuk segera mengangkat panggilan masuk itu.
"Ya, halo?" suara Revan terdengar pelan, berusaha tidak mengganggu konsentrasi Bagas meski kini pria itu juga sudah memperhatikan dirinya dengan penasaran. Ia hanya terdiam, sesekali mengangguk mengerti akan apa yang dikatakan lawan bicaranya di sebrang telfon sana. Sebelum akhirnya, ia memutuskan panggilan tersebut setelah hanya mengambil sekitar tiga puluh detik untuk mendapatkan informasi yang ternyata berasal dari resepsionis yang berjaga di depan ruangan Bagas.
"Pak Bagas, ada Nona Lyanna sedang menunggu di resepsionis. Ingin mengantarkan makan siang untuk Bapak."
"Lynn?"
"Iya, Pak. Apakah Nona Lyanna diperbolehkan masuk?"
Tidak langsung menjawab, Bagas justru termenung sendirian. Ia sibuk berpikir, membiarkan otaknya bekerja untuk memutuskan apa yang harus ia lakukan saat ini. Diamnya Bagas pun hampir saja memancing Revan untuk mengulang kembali pertanyaannya. Namun, ia jauh lebih cepat membuka suara, memberitahu jawaban yang pada akhirnya ia pilih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Sky [ C O M P L E T E ]
Random"Hai, Langit? Apa kabarmu hari ini?" Langit adalah salah satu hal favorit untuk seorang Claudia Issaura. Bagi gadis gempal itu, langit sangat menenangkan, indah, sekaligus mampu memberi kekuatan, untuk segala sesuatu yang sudah dilewatinya dan pasti...