Derap langkah dari arah tangga terdengar begitu berisik. Cukup sukses membuat Bibi yang tengah sibuk menyiapkan beberapa menu makan malam pun terhenyak kaget. Pandangannya terburu-buru beralih pada anak laki-laki yang kini bergerak cepat menuju pintu utama rumah. Dan tidak lama, kembali masuk sambil membawa sebuah paket yang cukup besar pada tangannya.
"Sky? Itu apa?"
"Oh, ini monitor komputer Sky yang baru, Bi," jawab Sky, memamerkan paket yang sudah ia tunggu-tunggu sejak lama itu kepada Bibi diiringi senyumnya yang merekah sempurna. Lantas, ia berjalan mendekati wanita paruh baya tersebut dan menghirup aroma masakannya yang begitu menggugah selera, "Wih! Masak sup ikan!"
Melihat Sky yang begitu antusias dengan masakannya, Bibi tidak kuasa menahan senyumnya untuk ikut terbentuk. Tangannya bergerak meraih sebuah sendok, mengambil sedikit kuah sup yang sudah mendidih, dan menyodorkannya ke arah anak laki-laki itu, "Cobain, deh."
Tanpa pikir panjang, Sky mengambil alih sendok tersebut dari tangan Bibi. Uap panas yang terlihat jelas memaksanya harus mendinginkannya sesaat, sebelum akhirnya menyesapnya perlahan-lahan. Seketika, rasa gurih yang sangat nikmat menyebar di atas lidahnya, sekaligus memberikan kehangatan yang menjalar di dalam hatinya. "Masakan Bibi emang gak pernah mengecewakan!"
"Enak?"
"Banget!" sahut Sky seraya mengangkat kedua jempol tangannya setelah susah payah meletakkan paketnya di lantai. Memancing wanita di sampingnya itu untuk tertawa geli, "Bagus, deh. Ya udah. Taruh dulu paketnya di kamar. Nanti turun lagi untuk makan malam, ya?"
Kepala Sky mengangguk cepat, menuruti kata Bibi untuk segera kembali ke lantai atas. Akan tetapi, pergerakan langkahnya itu terhenti secara tiba-tiba, sebab kini ia sudah berada di posisinya semula yang tentunya cukup mengejutkan untuk Bibi, "Aduh! Sky! Kenapa belum naik?"
"Bi, Sky mau tanya, dong."
"Apa, anak ganteng?"
"Emangnya, Sky ini suka seenaknya, ya, Bi?"
Mendengar pertanyaan aneh itu, Bibi reflek menolehkan kepalanya ke arah Sky. Ia memaku pandang pada anak laki-laki tersebut, dan memperhatikannya dengan seksama, "Kenapa kamu nanyanya begitu?"
Sky mengalihkan pandangan dari tatapan menyelidik milik Bibi, berusaha untuk tetap tenang meski rasanya seperti sedang dicurigai, "Ya... gak apa-apa. Cuma mau nanya aja. Siapa tau ada yang diam-diam gak senang sama sikap yang Sky yang gak Sky sadari, gitu."
"Tumben kamu perduli sama pandangan orang, Sky?"
Respon pertama Sky adalah terhenyak kaget. Pertanyaan kesekian yang dilontarkan Bibi seakan berhasil membidik apa yang ia rasa dengan sangat tepat. Padahal, sebelum-sebelumnya, tidak pernah sekalipun Sky seperti ini, sibuk memikirkan pandangan orang lain tentang bagaimana sikap sembrono dan semua hal menyebalkan yang sudah dirinya lakukan. Pantas saja Bibi merasa aneh dengan perbincangan mereka saat ini.
Tangan Sky bergerak menggaruk bagian belakang kepalanya, yang tidak benar-benar gatal sekedar untuk menutupi kegugupannya sendiri, "Y-ya... kali-kali, Bi. Udah, cepet jawab. Emangnya Sky itu suka seenaknya, ya?"
"Mau jawaban jujur apa jawaban bohong?"
"Bibi...!"
Gelak tawa Bibi pun kembali mengudara saat Sky terus merajuk karena godaan yang ia berikan. Lantas, wanita tersebut mengelus lengan Sky dengan sayang, juga menatapnya lekat-lekat, "Terkadang, memang kamu itu suka seenaknya."
Wajah Sky semakin tertekuk begitu Bibi dengan mudahnya mengiyakan pertanyaannya tersebut. Menarik lebih kuat perasaan menyesal serta bersalah atas segala sikapnya selama ini, terlebih kepada Claudia sampai-sampai gadis gempal itu marah besar kepadanya tempo hari. Namun, elusan lembut yang diberikan Bibi menarik atensinya untuk membalas tatapan wanita itu kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Sky [ C O M P L E T E ]
Random"Hai, Langit? Apa kabarmu hari ini?" Langit adalah salah satu hal favorit untuk seorang Claudia Issaura. Bagi gadis gempal itu, langit sangat menenangkan, indah, sekaligus mampu memberi kekuatan, untuk segala sesuatu yang sudah dilewatinya dan pasti...