:: Bab XXV ::

884 91 21
                                    

Sudah sekitar empat jam Sky duduk di tempat yang sama, tidak sedikitpun berniatan untuk pindah tempat walau bokongnya kini terasa panas. Jari jemarinya pun terus menekan tombol yang sama, pada daftar kontak yang sama, berharap sambungan telfonnya yang sekarang akan dijawab oleh orang yang hendak dihubunginya. Namun, ujungnya tetaplah sama. Hanya suara operator yang menyuruhnya untuk mencoba kembali beberapa saat lagi.

Jarum jam terus berjalan, membuat waktu terus berlalu bersamaan dengan langit di luar sana yang semakin gelap. Sudah berulang kali Sky merapalkan, 'Sebentar lagi, Sky. Claudia pasti datang sebentar lagi.' tapi orang yang ditunggunya juga tidak kunjung datang. Bola matanya bahkan setia tertuju pada pintu cafe, meski Claudia tetap tidak terlihat di sana. Entah kemana gadis itu sebenarnya.

Kring! Kring! Kring!

Dering telfon pada ponsel yang digenggamnya sontak membuat Sky kegirangan. Bahkan tanpa repot melihat siapa yang menelfonnya sekarang, Sky langsung menempelkan benda pipih itu pada telinganya. Seulas senyum pun tidak mampu ia bendung, berpikir kalau Claudia-lah yang balik menelfonnya setelah sekian panggilan darinya tidak diangkat.

"Cla-"

"Dimana kamu?"

Dan senyum itu seketika luntur dari wajah Sky. Suara berat dari sebrang sana tentu bukan suaranya Claudia. Kecerahan yang tadinya nampak ketara pada ekspresi wajahnya lantas meredup. Tergantikan dengan ekspresi datar yang nampak malas untuk mendengar suara dari lawan bicaranya tersebut.

Siapa lagi kalau bukan Pak Adnan yang terhormat, alias Papanya?

"Di jalan."

"Kenapa belum pulang?"

"..."

"Pulang sekarang, Sky. Ada yang mau Papa bicarakan."

"Sebentar lagi."

"Sekarang juga, Sky."

"Ck, Pah-"

"Sekarang juga kamu harus sampai di rumah atau Papa akan suruh Pak Agus cari kamu."

Kedua bola mata Sky berputar jengah. Sebenarnya, tidak apa-apa jika Pak Agus mencarinya. Tapi, pria paruh baya itu sering sekali mendramatisir suasana supaya Sky mau ikut pulang bersamanya. Berlutut, memohon-mohon, sampai memelas karena diancam akan dipecat oleh Papanya jika ia tidak mau diajak pulang. Dan itu tentu memalukan, apalagi di tempat umum seperti sekarang. Sementara di satu sisi, ia masih ingin menunggu sampai Claudia datang.

"Sepuluh menit lagi, kamu harus udah sampai di rumah. Mengerti kamu?"

"H-hah?! Sepuluh menit?! T-tapi-"

Tut! Tut! Tut!

"Ck! Elah!"

Sky meremas ponsel di tangannya, dan hampir saja membantingnya karena merasa gemas. Jarak dari cafe menuju rumahnya lumayan jauh, bahkan baru akan bisa sampai dalam sepuluh menit, jika jalanan tidak sedang padat dan dalam kecepatan kendaraan maksimal. Sedangkan dirinya sebagai pengguna transportasi umum sudah pasti akan terkena macet. Warna merah lampu kendaraan bahkan memenuhi hampir keseluruhan jalan.

Tapi, di sisi lain Sky tahu bahwa ia tidak bisa mengulur waktu lebih lama. Berpikir bisa menemui Claudia besok, Sky lantas bergegas keluar dari cafe. Berlari secepat yang ia bisa menuju shelter, dan menaiki bus yang baru saja datang.

Bertepatan dengan kepergian Sky, dari arah sebaliknya, muncul gadis yang sejak tadi ia tunggu. Tergesa-gesa Claudia memasuki cafe setelah berdesak-desakan di dalam bus dan menempuh kemacetan yang cukup panjang. Langkahnya pun membawanya menuju counter, tidak memperdulikan tatapan aneh dari teman shift sebelumnya yang nampak tidak biasa dengan penampilan barunya itu. Claudia terlalu terfokus menuju loker untuk segera mengganti seragamnya, sebelum manajer menciduk keterlambatannya tersebut.

Let Me Be Your Sky [ C O M P L E T E ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang