:: Bab LXI ::

545 68 25
                                    

“Satu hal penting dalam penyiaran ialah…”

Suara dari dosen yang berbicara di depan kelas menggema ke seluruh penjuru ruangan. Keheningan menemaninya karena semua mahasiswa yang hadir tampak fokus dalam pemaparan yang ia berikan. Slide di layar pun berubah sesaat kemudian, yang memicu setiap anak segera mengangkat pulpen mereka kembali dan menyalin hal-hal yang dianggap penting ke dalam catatan.

Hal yang sama pun turut dilakukan oleh Claudia, walau ia mesti susah payah menyipitkan mata karena setiap tulisan yang terlihat kecil dan buram untuknya. Saking sibuknya, ia bahkan lupa untuk sekedar membeli sebuah kacamata. Padahal sudah jelas, bahwa benda yang satu itu adalah benda penting yang seharusnya bisa membantu dan melancarkan seluruh aktivitas yang ia kerjakan.

Dengan raut tanpa ekspresi, tangan Claudia bergerak menulis satu persatu huruf hingga menjadi runtutan kata dan kalimat yang sempurna. Ketika dosen bertanya dan meminta para mahasiswa untuk aktif bertanya, gadis gempal itu justru hanya diam. Tidak sedikitpun tergiur untuk bersuara menyahuti si dosen meski dengan adanya imbalan mendapat poin tambahan.

Hari ini adalah hari ketiga, yang Claudia lalui dengan sikapnya yang seperti itu. Ia jadi jauh lebih diam daripada sosok dirinya yang sebelumnya. Ia tidak pernah sedikitpun berinteraksi pada orang-orang di sekitarnya, dan hanya akan berbicara jika ada yang mengajaknya berbicara. Ia bahkan menjadi sosok yang tidak acuh meski ia tahu ada orang yang tengah membutuhkan bantuannya. Waktu yang begitu singkat nyatanya telah berhasil merubah sosoknya menjadi berbeda seratus delapan puluh derajat.

Ponsel yang bergetar di saku celana, lantas menarik perhatiannya. Claudia mengeluarkan benda pipih itu dengan malas-malasan, dan membaca nama yang tertera di layar dengan tatapan penuh makna. Hanya butuh sedikit pergerakan untuk ibu jarinya menggulir tombol hijau di sana sehingga panggilan tersebut bisa ia angkat.

Namun, alih-alih melakukannya, Claudia malah mematikannya dan segera memilih opsi ‘Blokir’ yang tersedia. Alhasil, si penelpon yang sudah tiga hari ini tidak berhenti menelponnya, tidak akan bisa lagi mengganggu Claudia dan mengambil waktunya untuk hal yang sia-sia. Sebab Claudia sudah terlanjur menutup hatinya rapat-rapat, meski sekedar untuk mencetuskan satu kata maaf.

Tok! Tok! Tok!

Bersamaan dengan Claudia yang menyimpan ponsel ke dalam tas agar tidak merusak konsentrasi belajarnya, ketukan terdengar dan berasal dari pintu masuk yang ada di depan kelas. Secara otomatis, semua pasang mata tertuju ke sana, hingga akhirnya proses pembelajaran dijeda sementara. Sedangkan si dosen segera mengayunkan langkahnya untuk membuka pintu, dan nampak kebingungan tatkala menemukan tiga laki-laki berbadan tinggi tegap dalam balutan setelan jas hitam berdiri di balik pintu tersebut.

“Apakah kami bisa bertemu dengan Claudia Issaura?”

Tanpa babibu, salah satu dari ketiga laki-laki yang berdiri di tengah langsung menodongkan pertanyaan. Membuat dosen tua yang menghadapnya tersebut gelagapan, dan buru-buru mengedarkan pandangan ke kawanan mahasiswa yang ternyata menguping pembicaraan mereka dengan penasaran.

“Ada yang namanya Claudia Issaura di sini?” tanya dosen tersebut, mengisi kesunyian akibat rasa ingin tahu. Mendengar nama itu disebutkan, semua mahasiswa otomatis menoleh pada Claudia yang duduk di barisan paling belakang. Mereka menatap gadis gempal itu lekat-lekat, dan menyebabkan Claudia merasa gugup karena diperhatikan oleh orang-orang yang satu kelas dengannya itu.

Tangan kanan pun ia angkat, seiring dengan tubuhnya yang berdiri dari posisi duduk, “Saya… Claudia Issaura, Pak.”

Untuk beberapa saat, dosen itu berdiskusi dengan laki-laki di hadapannya usai mengangguk untuk merespon pengakuan Claudia. Mereka terlibat dalam pembicaraan yang serius, dan Claudia harus menunggu sampai dosennya tersebut kembali memanggilnya. Untung saja, sampai dosen kembali memanggilnya, ternyata tidak membutuhkan waktu yang lama. Sehingga begitu tangan si dosen melambai sebagai kode, Claudia bergegas meninggalkan kursinya dan menghampiri mereka.

Let Me Be Your Sky [ C O M P L E T E ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang