:: Bab XX ::

1.2K 91 10
                                    

"Tante dengar, kamu lagi sibuk ngerancang pakaiannya si Dion untuk ulang tahunnya nanti, ya?"

Seraya bergandengan satu sama lain, Lynn beserta Nyonya Bagaskara, atau Mama Bagas, berjalan santai di koridor lantai paling atas gedung perusahaan BGS-TV. Senyum manis dipamerkan oleh Lynn, menjawab pertanyaaan yang baru saja dirinya dapatkan sembari membalas tatapan wanita setengah baya yang masih tetap cantik itu, "Iya, Tante. Kemarin Dion minta tolong sama Lyanna."

"Ah, kamu pasti sibuk banget, ya, Lyanna. Jadi, tidak ada waktu kencan dengan Bagas, dong," celetuk Nyonya Bagaskara kemudian, memasang raut wajah kekecewaannya. Meski begitu, tidak lama setelahnya, seulas senyuman pun hadir kembali, selagi tangannya mengelus punggung tangan Lynn dengan lembut dan penuh sayang, "Tapi, lebih dari itu, jaga kesehatan kamu juga, ya. Jangan sampai kamu sakit karena terlalu memaksakan diri kamu untuk bekerja. Oke?"

Kepala Lynn lantas mengangguk pelan, "Iya, Tante. Terima kasih untuk remindernya."

"Anything for you, darling."

Ketukan seirama antara hak sepatu yang mereka kenakan serta ubin marmer yang mereka pijak menjadi latar belakang yang cukup mampu mengisi keheningan. Namun, di dalam keheningan itu Lynn justru sibuk bergulat dengan pikirannya sendiri, tanpa diketahui oleh siapapun. Termasuk juga Nyonya Bagaskara yang sesekali masih menatapnya dengan penuh senyum dan kebahagiaan, selagi mereka berjalan.

Perasaan Lynn cukup kacau sebenarnya, terlebih setelah Bagas dengan tegas memberi keputusannya tentang perjodohan mereka. Walau hari demi hari terus berlalu, rasanya mustahil untuk dirinya mampu melupakan kata-kata pria itu begitu saja. Bahkan, efek keterkejutan serta sakit hatinya masih sangat terasa. Sehingga, agaknya sangat wajar jika Lynn jadi selalu menghindari Bagas, ataupun menolak untuk membahas topik-topik terkait perjodohan mereka, kecuali kalau dalam keadaan terpaksa. Seperti yang terjadi sekarang.

Ia pikir, menghindari Bagas kemarin malam akan menjadi hal terakhir yang harus dirinya lakukan sebelum ia menyiapkan diri, untuk berani menemui Bagas dan mulai membicarakan kembali apa yang mesti mereka lakukan saat ini. Akan tetapi, kehadiran Nyonya Bagaskara yang beberapa saat lalu, datang ke butiknya secara tiba-tiba dan mengajaknya untuk menengok Bagas yang sedang sakit pun tidak sempat ia hindari. Mau menolak, rasanya juga tidak enak. Nyonya Bagaskara nampaknya belum mengerti apa-apa tentang yang sebenarnya terjadi, sampai akhirnya Lynn tidak punya pilihan lain selain mengikuti wanita tersebut untuk berada di tempat itu saat ini.

Untuk kedua orang tuanya, Lynn juga masih belum berani mengatakan yang sejujurnya, tentang bagaimana keputusan Bagas yang sebenarnya. Mereka berharap begitu banyak pada hubungan di antara dirinya dengan Bagas, hingga ia tidak memiliki celah untuk sekedar menjelaskan. Yang lantas membuatnya semakin bingung, tidak tahu harus mengambil sikap seperti apa.

Akibat terlalu lama dipendam, rasa ingin memiliki di dalam dirinya pun justru semakin besar. Sementara di lain sisi, seharusnya Lynn bisa mengerti keputusan Bagas yang menolak perjodohan di antara mereka berdua. Ia tentu tidak bisa memaksakan kehendaknya pada pria itu begitu saja, meski pada kenyataannya ia sudah terlanjur menjatuhkan hatinya terlalu dalam dan seakan tidak mudah untuk menariknya kembali ke permukaan.

Ia benar-benar bingung harus bagaimana. Meyakinkan diri, menancapkan di dalam kepalanya kalau kata-kata 'aku menolak perjodohan kita' itu, tidak pernah dikeluarkan oleh bibir Bagas, terlalu sulit untuk ia lakukan. Setiap kali ia melakukan hal tersebut, selalu saja berhasil terpatahkan oleh pikiran-pikiran jahatnya yang langsung menyadarkan, jika Bagas memang serius dengan apa yang dia katakan. Bahwa Bagas memang menolak perjodohan yang ada di antara mereka, tanpa tahu apa alasannya.

Dua kubu di dalam batin Lynn terus berseteru, seakan tidak ada yang mau mengalah satu sama lain. Kubu yang satu, terlalu berambisi untuk menuruti ego dan keinginannya yang begitu kuat demi bisa memiliki Bagas. Sementara kubu yang lainnya, terus memaksa Lynn  untuk berjalan mundur, pasrah pada keadaan dan mengikuti apa yang Bagas inginkan, ketimbang berpotensi menyakiti dirinya sendiri di masa depan.

Let Me Be Your Sky [ C O M P L E T E ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang