"Claudia!"
Claudia yang tengah sibuk menghabiskan roti lima ribuan yang ia beli di minimarket depan kampus beberapa saat yang lalu pun, langsung mengadahkan kepala untuk mencari sumber suara. Hingga kemudian, ia bisa menemukan salah seorang teman sekelasnya yang menghampiri dirinya dengan menampakkan ekspresi muka sebal, tidak tahu kenapa, "Lu dari tadi dicariin kemana, sih?!"
Lantas, Claudia menjawab pertanyaan tersebut menggunakan nada suaranya yang terdengar pelan, "Hm, sorry. Tadi gue-"
"Lu dicariin kepala jurusan, tuh!"
"H-hah? Gue?"
"Iya! Budeg lu, ya?!"
"Gak gitu. Maksud gue-
"Udah sana temuin! Nanti gue yang malah kena omel kalau lu gak cepat-cepat ke sana."
"Tapi-"
Belum sempat Claudia mengelak, temannya justru sudah lebih dulu melenggang pergi begitu saja. Meninggalkannya yang masih kebingungan, berpikir untuk apa kepala jurusan memanggilnya pagi-pagi begini.
Claudia mengeluarkan ponsel bututnya dari dalam saku celana, memperhatikan waktu yang ditunjukkan pada layarnya. Sudah hampir pukul delapan pagi dan seharusnya ia segera masuk ke kelas saat ini. Akan tetapi, mengingat pesan dari temannya tersebut, malah berhasil membuatnya bingung. Ia tidak tahu harus memutuskan yang mana. Antara ia harus mengikuti kelas terlebih dahulu, atau tetap menemui kepala jurusannya, meski ia sendiri tidak mengerti atas alasan apa ia harus datang ke sana sekarang juga.
Butuh beberapa detik untuk Claudia memikirkan hal tersebut. Sedikitnya, ia tahu bagaimana perangai kepala jurusannya yang paling tidak suka melihat seseorang yang bergerak lambat atau menentang perintahnya. Membuat Claudia lantas mengambil keputusan final, untuk berjalan pergi menuju kantor kepala jurusannya terlebih dahulu.
Biarlah urusan jelas menjelaskan pada dosen mata kuliahnya pagi ini, ia yang akan mengatur. Claudia hanya mampj berharap dosennya mau mengerti alasannya bisa terlambat masuk ke kelas. Kemudian, tanpa pikir panjang, kaki besar Claudia langsung bergerak cepat menuju kantor kepala jurusan yang berada di gedung fakultasnya.
...
Tok! Tok! Tok!
"Ya! Masuk!"
Dengan hati-hati, Claudia membuka pintu kantor kepala jurusannya. Ia masih berdiri di belakang pintu, menunggu pria berkepala plontos yang merupakan kepala jurusannya itu untuk mempersilahkannya duduk. Namun, pria setengah baya itu nampak begitu sibuk dengan pekerjaannya, sampai-sampai tidak menyadari orang yang sedari tadi ia tunggu sebenarnya sudah datang. Membuat Claudia harus berdehem pelan, memberitahu pria itu bahwa dirinya sudah hadir sesuai dengan yang diperintahkan.
"Permisi, Pak Budi. Bapak mencari saya?"
Kepala pria itu pun otomatis terangkat, mendengar satu suara lain yang tiba-tiba sudah berada di dalam ruangannya. Ia kemudian mengangguk cepat, baru saja teringat kalau ia sendiri yang memanggil gadis gempal itu untuk datang ke ruangannya, "Oh, ya. Sorry, sorry. Silahkan duduk, Claudia."
"Terima kasih, Pak."
Gerak-gerik Claudia saat sudah terduduk di kursi khusus tamu yang ada di depan Pak Budi, nampak canggung. Jujur saja, Claudia merasa takut dan bingung tiap saat ia dipanggil ke kantor kepala jurusannya seperti ini. Terakhir kali ia datang ke sini adalah beberapa bulan yang lalu, untuk membicarakan masalah keterlambatannya yang sudah kelewat batas. Dan mengingat hal tersebut, Claudia lantas berpikir, bisa jadi kepala jurusannya itu memang mau membicarakan hal yang sama sekarang, sehingga rasanya mustahil bagi dirinya untuk tidak merasa takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Sky [ C O M P L E T E ]
De Todo"Hai, Langit? Apa kabarmu hari ini?" Langit adalah salah satu hal favorit untuk seorang Claudia Issaura. Bagi gadis gempal itu, langit sangat menenangkan, indah, sekaligus mampu memberi kekuatan, untuk segala sesuatu yang sudah dilewatinya dan pasti...