Bagas hanya diam, dan meniti fokus pada Claudia yang kini sibuk mengeluarkan berbagai barang dari dalam tas-nya yang besar. Sedangkan barang-barang lain yang berada di dalam paper bag, diletakkan oleh gadis gempal itu di atas meja.
Tas yang Claudia bawa, layaknya kantung ajaib Doraemon yang mampu mengeluarkan apapun untuk membahagiakan semua orang. Namun, sayangnya Bagas tidak mendapatkan hal yang membahagiakan. Melainkan kenyataan bahwa perjuangannya selama ini, akan berakhir percuma.
Claudia membuang napasnya dengan pelan begitu akhirnya, semua barang yang telah ia bawa, berhasil terjajar di atas meja. Ponsel, kartu ATM, dress cantik, sepasang sepatu mahal, dan juga tas ber-merk, ia tata dengan rapi tepat di hadapan Bagas yang termangu menatapnya. Dirinya tidak berbohong ketika ia berkata akan mengembalikan seluruh barang yang pria tampan itu berikan. Dan saat ini, adalah kesempatan yang sangat pas, sekaligus waktu paling baik untuk segera mengakhiri semuanya.
Benar-benar mengakhiri semua yang pernah terjadi di antara mereka.
Getaran pedih pun kembali merambat di dalam rongga dada tatkala irisnya tidak sengaja berserobok dengan bola mata sendu milik Bagas. Mata tajam pria tersebut seolah mengunci setiap syaraf tubuhnya hingga tidak mampu bergerak. Untuk beberapa saat, Claudia benar-benar terkelu tanpa ada satu patah kata pun yang bisa lolos dari tenggorokannya. Sementara matanya sudah mulai memanas, ketika hati kecilnya berteriak dan memintanya agar menghentikan apa yang ia lakukan sekarang.
Hening dan senyapnya café mendukung suasana penuh lara yang memagari dua insan di sudut ruangan. Ditemani atmosfer yang sangatlah tidak mengenakan, serta paksaan untuk memikirkan ulang keputusan masing-masing, keduanya terdiam cukup lama. Berbagi tatapan penuh kesedihan serta memori indah yang ajaibnya langsung terputar di dalam kepala tanpa diminta.
Bagas berani bersumpah, bahwa ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengenang bagaimana tiap-tiap waktunya yang menjadi sangat berharga semenjak bertemu kembali dengan ‘Cla’ kesayangannya. Begitu pula untuk Claudia yang langsung meremas pahanya, dalam diam meminta otaknya untuk bekerja sama agar jangan lagi menanyangkan kenangan indah yang harus ia lupakan. Baik Bagas maupun Claudia, tidak ingin memori kebahagiaan mereka muncul sekarang karena hal itu hanya akan memperdalam luka di dalam hati masing-masing dari mereka.
Lantas, menyadari waktu yang tidak akan mungkin bisa berhenti, Claudia membuat suara dengan cara membersihkan tenggorokannya yang seperti tercekik. Ia mengerjap, berusaha menghalau matanya supaya tidak semakin berkaca-kaca. Untuk kesekian kali, Claudia meyakinkan dirinya untuk tidak terpancing akan hasutan hati kecil yang menolak keegoisan menguasainya. Keegoisan yang membuatnya harus berpisah dengan ‘Kak Langit’ yang begitu dicintainya, ketimbang mengorbankan seluruh hidupnya yang mestinya bisa berbahagia.
Bahkan, meskipun ia harus merasakan sakit yang teramat sangat, Claudia sudah tidak memperdulikannya lagi. Yang perlu ia lakukan sekarang hanyalah mengatakan terima kasih serta… kata perpisahan terakhir.
“Ini, aku kembalikan,” ujar gadis tersebut kemudian, memberanikan dirinya untuk kembali menyelami tatapan Bagas yang tidak sedetik pun berpaling. Dia seolah sengaja melakukan itu untuk membuatnya menyesali keputusan yang telah dirinya pilih saat ini. Dan jika saja boleh jujur, Claudia mulai merasa bimbang akibat gelagat Bagas yang menyebabkan hatinya terasa pedih. Meski ia ingin egois, namun di satu sisi, Claudia juga tidak sanggup mengelak kalau ia tidak mau pergi.
Masih sama seperti sebelumnya, Bagas pun setia dalam mode diam. Ia hanya menatap gadis yang dicintainya itu, seolah-olah tidak ada pemandangan lain selain dia. Tanpa ekspresi, wajahnya begitu datar. Bibirnya yang terkatup rapat tidak memungkinkan suara untuk keluar dari sana. Sedangkan sorot matanya memancarkan banyak makna. Namun yang paling jelas, ialah kesedihan dan luka yang teramat ketara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Be Your Sky [ C O M P L E T E ]
De Todo"Hai, Langit? Apa kabarmu hari ini?" Langit adalah salah satu hal favorit untuk seorang Claudia Issaura. Bagi gadis gempal itu, langit sangat menenangkan, indah, sekaligus mampu memberi kekuatan, untuk segala sesuatu yang sudah dilewatinya dan pasti...