Seminggu yang di jadwalkan untuk operasi akan segera tiba. Keadaan Farah sudah stabil, pun dengan Serena. Gadis itu sedang membaca buku ketika pintu kamarnya bergeser dan menampakkan seorang gadis di sana yang tersenyum sambil mengangkat parsel berisikan buah. Serena menyunggingkan senyum cerianya seperti biasa.
Tak banyak yang berubah dari Amel, mantan rekan kerjanya dan berubah status menjadi sahabatnya. Entah sejak kapan. Setelah mengucapkan salam, Amel mendekati sofa, tempat Serena tadi berbaring. Serena bangkit dan memberi pelukan sambutan untuk Amel.
"Kamu nggak pernah bilang kalau sakit. Sampai masuk rumah sakit kayak gini lagi." Protes Amel. Ia sendiri baru mendapat kabar dari bosnya yang tiba-tiba bertanya tentang Serena kemarin sebelum pulang kantor.
Serena hanya membalas dengan cengiran. Ia mempersilahkan Amel untuk duduk yang langsung di turuti oleh gadis itu. Amel menyimpan parsel itu di atas meja di depan mereka.
"Jadi siapa yang memberitahumu?" Tanya Serena penasaran. Ia tidak merasa memberitahu siapapun kecuali kedua orang tuanya dan Rehan yang terlanjur tahu.
"Bos. Dia nanya tentang keadaan kamu kemarin. Lah, aku yang ditanya malah bengong dan kaget. Nyesel aku tuh minta tolong ke kamu, tak tahunya kamu sakit gini." Wajah Amel benar-benar menunjukkan rasa bersalah.
"No problem. Aku baik-baik aja. Justru senang, karena aku benar-benar bosan di sini." Balas Serena tak bohong. Bicara tentang bosnya, laki-laki itu tidak pernah lagi menunjukkan batang hidungnya di rumah sakit. Terakhir ketemu saat insiden tak mengenakkan itu yang berakhir dengan ia tak sadarkan diri. Efek masa lalu semengerikan itu ternyata. Serena meringis pelan mengingat ia tak bisa mengendalikan diri.
"Kok melamun? Sebenarnya kamu sakit apa sih?" Tanya Amel penasaran.
"Hanya ini dan itu." Jawab Serena Ambigu. "Do'ain supaya aku cepat sembuh, ya?" Imbuhnya.
"InsyaAllah, pokoknya kamu harus sembuh, Rena, dan kembali ke kantor lagi. Kantor sibuk akhir-akhir ini karena kasus penggelapan dana itu. Laporan yang kamu kirim benar-benar rinci. Aku sudah serahin ke bos." Amel menghela nafas pelan mengingat ia akhir-akhir ini pulang terlambat terus akibat lembur. Untung saja bosnya pengertian menjamin asupan gizi anak buahnya.
"Kerja memang seperti itu. Istirahat dulu di sini. Tidur juga boleh." Serena menatap temannya tersebut mengiba. Wajah amel benar-benar berantakan karena garis kelelahan dan mata pandanya yang terpampang jelas di sekitar mata.
Amel menyadarkan punggungnya di sofa, istirahat sepertinya bukan ide yang buruk. Buktinya sekarang ia sampai menjulurkan kaki dengan santainya di atas sofa seolah itu adalah rumahnya sendiri. Serena memilih untuk fokus kembali pada buku yang dipegangnya. Membiarkan Amel beristirahat dalam artian sesungguhnya. Ia bersyukur Amel tak memberondongnya dengan pertanyaan tantang sakit apa ia sekarang.
"Kantor kayaknya bakalan di rombak." Serena mengangkat alisnya. Apa tidak sayang jika kantor mereka dengan gedung masih kokoh tersebut dirombak. "Maksudku timnya terutama departemen keuangan. Karena dugaan bahwa ternyata orang di departemen kita terlibat sangat kuat mengingat apiknya cara main mereka." Dengan cepat Amel menambahkan. Akhirnya ia bisa bercerita panjang lebar setelah sekian lama ia kembali sendiri di kantor walaupun kadang-kadang rekan-rekannya yang lain sering menegur dan menyapanya.
Serena mengangguk paham sekarang. Sangat wajar jika dilakukan 'perombakan' kalau kata Amel. Organisasi sebesar apapun jika job engagement sudah tidak ada, maka itu tidak akan efektif lagi. Lagian percuma saja mempertahankan mereka yang tidak lagi layak untuk dipertahankan, apalagi sampai merugikan perusahaan. Bukan hanya segi financial yang mereka rugikan namun juga dampak moral yang berakibat pada ketidakmampuan atasan mendidik para bawahannya. Serena selalu menyayangkan hal-hal seperti itu terjadi. Tidakkah mereka bersyukur dapat bekerja di perusahaan besar seperti itu sedang mereka membalas dengan cara yang tidak wajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Buang Aku, Ayah!
General FictionSeperti halnya uang. Bahkan ketika lusuh sekalipun kau akan tetap berharga. Sekalipun dibuang oleh keluarganya, Serena menemukan keluarga baru sebagai pelipur lara. Gadis bernama lengkap Serena Latifa tersebut memliki keterbatasan dalam bicaranya. H...