Gadis yang selalu menegang bahkan tak sadarkan diri ketika bertemu dengannya. orang yang menyumbangkan ginjalnnya dengan sukarela kepada Farah. Dan Farah yang selalu mengatakan bahwa dia adalah Latifa, adik mereka. Ini terlalu rumit. Bertahun-tahun ia mencari keberadaan adiknya yang tak berjejak, tanpa ada petunjuk apapun yang bisa ia gunakan, melainkan hanya bermodalkan ingatan. Namun apa? Bahkan ingatannya tak berguna. Ia lupa jika mereka terus tumbuh, hingga adiknya yang dulu kecil juga ikut tumbuh di tempat yang tak pernah ia ketahui.
Diaz meremas rambutnya karena kepalanya hampir pecah. Sebulir air bening lolos dari sudut matanya. Diaz melirik ke arah rumah minimalis di seberang jalan sana. Rumah yang sempat ia datangi beberapa kali minggu lalu tapi gerbang itu tak pernah terbuka. Tidak untuknya yang menjadinya penyebab keadaan Serena kritis beberapa minggu lalu. Dengan perasaan kalut luar biasa, ia turun dari mobilnya mendekati gerbang tersebut. Baru langkahnya sampai di sana, ia melihat Serena keluar dari puntu rumahnya. Namun keberanian Diaz seolah sirna begitu saja, sehingga bersembunyi dibalik tembok yang entah dapat menutupi tubuhnya atau tidak.
"Sedang apa Anda di sini?" Diaz tak mendengar langkah apapun sejak tadi karena lamunan yang merenggut dunianya.
Diaz yang tadi membungkuk mendongak melihat wajah itu. Lalu tanpa berpikir dua kali ia benar-benar menjadikan tanah sebagai tumpuan lututnya, bersimpuh di hadapan Serena.
"Maaf." Lirih Diaz yang bahkan tak punya keberanian untuk melihat kembali wajah itu. Bayang-bayang mimpi buruk yang kerap menghantui tidurnya berputar bagaikan kaset rusak.
"Berdiri." Desis Serena tajam.
Diaz menggelengkan kepalanya.
"Aku bilang berdiri!" Tekan Serena. Laki-laki itu menuruti perintah tersebut kemudian menatap wajah adiknya itu dengan sendu. Inikah jawaban kenapa ia tak asing melihat wajah Serena ketika pertama kali bertemu dia kantor sahabatnya, Rehan? Inikah arti dari perasaan khawatirnya ketika melihat Serena tak sadarkan diri? Inikah sebabnya ada perasaan tidak tega untuk menyakitinya beberpa minggu lalu tapi pada akhirnya ia tetap melakukannya?
Dalam satu tarikan, ia mendekap tubuh yang baru ia sadari jika tubuh itu kurus. Tak ada lagi ketegangan ditubuh itu seperti yang lalu-lalu. Justru yang ia rasakan sekarang adalah aura dingin tak tersentuh. "Maaf." Lirihnya lagi.
"Maaf untuk yang mana?" Serena sedikit antipatif terhadap satu kata tersebut. Kata yang selalu menjadi favoritnya, namun sekarang menjadi kata yang tak ingin didengar. Tidak jika itu ditujukan untuknya. "Untuk membuangku lagi? Atau untuk tamparan kala itu? Atau untuk bentakan yang kerap Anda layangkan kepadaku dulu." Tanya Serena. Apa yang membuatnya trauma terhadap Refan adalah adalah bentakan dan tamparan yang dulu pernah ia rasakan. Bukan hanya pipinya yang sakit kala itu namun juga hatinya yang teriris. Dan Serena tidak tahu kenapa sekarang laki-laki yang belum juga melepaskan dekapannya itu mengganti panggilannya.
Jujur hati Serena semurah itu karena pada satu sudut di dalam sana ia merasa perasaannya menghangat. Namun tak juga membalas pelukan itu.
"Untuk semuanya. Untuk semua aku minta maaf." Berkali-kali Diaz mencium kepala adiknya.
Tanpa Diaz sadari, Serena tersenyum miris kepada dirinya sendiri karena perlakuan begini saja membuatnya lemah. Dekapan Diaz hangat, sehangat dekapan singkat yang ia rasakan kemarin sebelum mendorongnya kembali pada jurang yang membuatnya hancur berkeping-keping. Saat itulah Serena mendorong tubuh Diaz menjauh. Perasaan takut setelah kata maaf itu terucap. Diaz yang tak siap justru terhuyung sedikir ke belakang.
"Anda datang ke sini untuk membuangku lagi? Maaf Anda untuk membuangku lagi?"
"Aku sudah berjanji untuk kita, keluarga anda dan aku tidak terlibat satu sama lain dan semuanya akan berjalan seperti biasa. Kalian dengan hidup kalian dan aku dengan hidupku." Kali ini air mata Serena hadir lagi setelah ia mmengira matanya sudah kering dan hatinya yang sudah remuk redam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Buang Aku, Ayah!
General FictionSeperti halnya uang. Bahkan ketika lusuh sekalipun kau akan tetap berharga. Sekalipun dibuang oleh keluarganya, Serena menemukan keluarga baru sebagai pelipur lara. Gadis bernama lengkap Serena Latifa tersebut memliki keterbatasan dalam bicaranya. H...