BAGIAN 56

77.5K 6.8K 215
                                    

Nih aku up lagi buat kalian yang lagi gabut malam minggunya... hahahaha

Yok, spam komen.... :D :D

Ini udah OTW END.

***

Angin sepoi-sepoi bertiup pelan menerobos jendela yang dibiarkan terbuka oleh pemiliknya. Serena duduk sambil membaca buku yang dititip lewat Ghea untuk dibelikan. Senyumnya tampak mereka seiring dengan matanya yang terus melihat kalimat demi kalimat sambil membacanya dalam hati. Bagaimana tidak ia sedang membaca kisah romantis Rasulullah bersama dengan Bunda Khadijah, istri pertama Rasulullah dan merupakan salah satu wanita yang diberi gelar Sayyidatu nisa' il 'alamin atau yang bisa diartikan sebagai pemuka wanita seluruh dunia. Gelar itu merupakan gelar termulia dan paling tinggi yang disematkan kepada Bunda Khadijah. 

"Ren," Panggil Fatmah pelan setelah mngetuk pintu dan membuyarkan fokusnya dari buku yang ditengah di pegang oleh gadis tersebut. Serena menoleh ke arah Fatmah dengan senyum manisnya, buku itupun ia tutup untuk sementara. Fatmah duduk di sisi ranjang Serena, ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh Uminya jika Serena tidak salah.

"Umi, ada apa?" Tanya Serena pelan karena Fatmah meneliti wajahnya tak biasa.

Fatmah tersenyum, ia mengabil tangan Serena. "Nak, bagaimana perasaanmu?" Tanya Fatmah. Serena mencoba menebak kemana arah pembicaraan Uminya sekarang. Namun ia tak bisa menerka-nerka itu akan mengarah ke mana. "Rehan. Apa yang kamu rasakan tentang laki-laki itu, sayang?" Tambah Fatmah karena melihat wajah bingung anaknya. Fatmah sedikit takjub melihat perubahan warna kulit wajah anaknya itu menjadi merah. Tidak salah lagi anaknya itu memiliki perasaan yang tak biasa kepada laki-laki yang baru saja ia sebut namanya. 

"Umi kenapa tanya begitu?" Tanya Serena. Ia merasakan kulit wajahnya sendiri memanas. Lantas gadis itu menempelkan punggung tangannya ke wajahnya, bingung kenapa tiba-tiba dia menjadi seperti itu. Apa karena baru saja ia membaca kisah romantis di buku yang masih dipegangnya?

"Apa yang kamu rasakan tentang Rehan, sayang?" Tanya Fatmah lagi, pertanyaa itu justru semakin menambah merah wajah Serena. Fatmah hampir saja menyemburkan tawa, anaknya polos sekali. Bagaimana mungkin ia rela membiarkannya pergi?

"Aku tidak tahu, Umi." Ringisnya karena memang ia juga merasa bingung. "Tapi jantungku detaknya cepat sekali, kalau lihat Pak Bos. Aku tidak tahu kenapa, padahal sebelumnya tidak pernah. Aku merasa kesal lihat Pak Bos tterlalu dekat dengan Kak Farah." Cicitnya pelan pada kalimat terakhir yang ia ucapkan dengan sejujur-jujurnya. 

"Ya Allah, anak Umi sudah dewasa ternyata." Ujar Fatmah. "Kamu jatuh cinta, nak?" Tanyanya lagi.

"Tidak! Aku tidak jatuh cinta." Elaknya padahal ia sendiri tidak tahu.

"Iya Serena, kamu jatuh cinta." Tuding Fatmah sambil tersenyum.

"Nggak." Sangkalnya Serena lagi.

"Iya, Ren. Kamu jat...." Kalimat Fatmah menjadi tidak jelas akibat Serena membekap mulutnya. Serena membekap mulut Uminya dengan perasaan malu luar biasa. Tiba-tiba air mata mengalir di pipinya, tentu Fatmah kaget melihat Serena yang menangis. "Hei, sayang, kamu kok nangis?" Tanya Fatmah khawatir.

"Umi jangan ejek aku seperti itu. Aku malu, Umi." Protesnya dan menenggelamkan wajahnya di bantal. Astaga! Serena benar-benar jatuh cinta. Tapi Fatmah tidak bisa menyembunyikan tawanya melihat tingkah Serena, seperti anak SMP saja. Benar-benar menggemaskan.

"Nak," Panggil Fatmah memegang bahu anaknya. Tawanya sudah reda dan Serena masih menenggelamkan wajahnya, terisak kecil.

Jika Serena memang jatuh cinta, ada perasaan lain yang mengganggu gadis tersebut, ada perasaan takut yang menyusup dalam hati kecilnya yang membuatnya menjadi khawatir dan gusar.

Jangan Buang Aku, Ayah!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang