Spam komen yokkk...
****Diaz samar-samar mendgar suara tangis saat baru keluar dari kamarnya karena haus yang tiba-tiba melanda. Ia mengusap tengkuknya yang sudah meremang, haus yang tadi mendera sudah hilang begitu saja. Meski rasanya ia sedikit ragu, namun rasa penasarannya lebih besar. Dan sekarang ia melangkah pelan mengikuti arah datangnya suara, baru beberpa langkah dan tangis itu semakin jelas tepat berada di pintu yang tertutup di samping kamarnya.
Siapa kiranya yang menangis tengah malam begini? Diaz bergumam dalam hati. Ia mendekatkan telinganya ke daun pintu. Dugaannya benar bahwa suara tangis itu berasal dari kamar tersebut, kamar yang menjadi kamar Farah dulu sebelum adiknya memutuskan untuk pindah ke lantai bawah sejak sakit. Tiba-tiba Diaz teringat bahwa ada orang lain di rumahnya yang datang sore tadi dengan di antar oleh Tariq dan Fatmah. Dan ibunya menyuruh Serena untuk istirahat setelah berbincang ringan dan lebih di dominasi oleh Farah karena Serena yang tak banyak bicara, masih canggung karena mereka pertama kalinya bekumpul.
Diaz segera menekan tuas pintu itu dan dia cukup terpana menlihat Serena memeluk lututnya sendiri di lantai di pinggir ranjang. Serena masih sama. Masih sering duduk memeluk lututnya ketika gadis itu menangis. Belasan tahun silam juga demikian, dulu ia sering mendapati Serena seperti itu namun Diaz tak pernah menggubrisnya. Tidak lagi untuk sekarang. Dengan cepat ia mendekati Serena.
Serena yang tadi menunduk mangangkat wajahnya dan mendapati Diaz menatapnya dengan khawatir. Laki-laki itu tanpa bertanya apapun langsung memeluk Serena. Setelah Serena cukup tenang, Diaz melonggarkan pelukannya.
"Ada apa, hm?" Tanya Diaz pelan. Seran masih melihatnya seakan ragu untuk menjawab pertanyaan tersebut. "Tidak apa-apa. Bicara saja." Pinta Diaz dengan mengukir senyum tulusnya.
"Rindu Umi." Jawab Serena akhirnya, dengan kepala menunduk takut. Sebenarnya kadatangan Serena sore tadi atas sedikit paksaan dari Fatmah agar ia sesekali mengunjungi Delia. Serena yang juga merasa sedikit tidak enak untuk menolak pun menyetujui ide tersebut. Padahal selama ini ia mengabaikan undangan tersebut jika pihak keluarga kandungnya ada yang memintanya untuk datang ke rumah mereka, hari ini bahkan Fatmah menyiapkan baju untuknya karena berencana untuk menginap tiga malam saja. Tapi siapa yang sangka Serena akan mengalami hal seperti ini, tiba-tiba ia terbangun karena merindukn Fatmah. Sebelumnya ia kuliah di beda negara saja tak pernah seperti ini sebelumnya.
Diaz menatap Serena yang masih menunduk dengan sedikit kecewa, namun ia mencoba untuk memahami hal tersebut. Memangnya apa yang berani ia inginkan setelah ia keluarga kandungnya sendiri yang membuang adiknya dan ia ikut andil dalam hal tersebut. Ikut menorehkan trauma yang berdampak besar pada adiknya. Wajar saja jika Serena lebih mementingkan keluarga yang mengurus dan merawatnya sejak kecil ketimbang keluarga kandung yang dulu tak pernah mengakuinya. Mendapatkan maaf dari adiknya saja ia sudah sangat beruntung. Mungkin jika ia menjadi Serena, tak akan pernah ada maaf mengingat perlakuan yang diterima oleh adiknya. Akan tetapi Serena yang mempunyai hati yang lembut memilih untuk memaafkan, hingga mimpi buruk baik yang dialami oleh Serena maupun Diaz ikut terangkat. Sejak ia mendapatkan maaf dari adik kecilnya, Diaz akhirny bisa merasakan tidur lelap tanpa dihantui oleh rasa bersalah.
"Kakak antar, ya?" Tawar Diaz, laki-laki itu berkata sangat lembut seolah jika ia berkata sedikit keras saja adiknya akan kembali terluka. Mengabaikan tatapan kecewa Diaz, Serena langsung mengangguk menyetujui tawaran tersebut.
Langkah keduanya terhenti saat muncul kemudian bertanya lembut, "Anak-anak, kali mau kemana?"
Serena menundukkan kepala dan sedikit mundur untuk bersembunyi di belakang kakaknya, meski itu tak benar-benar ia takukan. "Mau keluar sebentar, bu." Jawab Diaz.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Buang Aku, Ayah!
Ficção GeralSeperti halnya uang. Bahkan ketika lusuh sekalipun kau akan tetap berharga. Sekalipun dibuang oleh keluarganya, Serena menemukan keluarga baru sebagai pelipur lara. Gadis bernama lengkap Serena Latifa tersebut memliki keterbatasan dalam bicaranya. H...