Diaz meradang mendengar cerita yang mengalir dari mulut adiknya yang sampai sekarang masih memejamkan mata di tengah antara dia dan Farah. Ia meraih tangan Serana yang terlipat di atas perut gadis tersebut, posisi gadis itu sekarang seperti posisi saat ia terapi dengan Haris. Ada air mata yang mengalir di kedua sudut matanya. Sementara Farah sudah sesegukan bahkan ketika Serena baru mengeluarkan kalimat pertamanya.
Genggaman Diaz semakin kuat seiring dengan dadanya yang kian sesak. Bagaimana mungkin anak sekecil itu bisa melewati semuanya? Oh Tuhan, ia sudah tidak kuat mendengar semuanya. Tidak ketika nafasnya tercekat di tenggorokan.
"Serena," Panggilnya pelan. Menempelkan tangan yang terasa dingin itu di pipinya. "Hei, Serena." Panggilnya lagi setelah Serena mengakhiri ceritanya karena gadis tersebut tak juga buka mata. Diaz dan Farah di serang panik, dengan sigap laki-laki itu menyentuh pergelangan Serena dengan jari telunjuk dan jari tengahnya. Lalu melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan. Adiknya pingsan!
Segera dia menyambar telepon genggamnya di atas nakas, kemudian mendial nama seseorang yang beberapa hari yang lalu ia temui secara diam-diam. "Halo, Ris, Serena pingsan." Ia langsung memberondong sang lawan bicara tepat saat teleponnya di jawab.
"Lo apain dia?!" Bentak suara di seberang sana.
"Nggak gue apa-apain, Ris. Gue tadi cuma minta dia buat cerita sesuatu. Dia cerita, terus pingsan." Adunya memberitahu kronologis.
Helaan nafa terdengar begitu jelas seolah ada kelegaan di sana. Nggak usah di ganggu, Yaz. Dia tidak bisa dibilang pingsan, lebih tebih tepatnya sedang istirahat. Nanti dia bangun sendiri. Tapi jangan sering seperti itu, Diaz, tubuhnya tidak seperti layak orang pada umumnya. Traumanya yang dialami bukan hanya mengganggu mentalnya, akan tetapi juga mengganggu fisiknya. Gue udah cerita, kan, kalau trauma yang dialami adik Lo sudah parah dan terlambat untuk mendapatkan penanganan. Dia memendam semuanya sendiri, karena Serena tak pernah benar-benar mempercayai lingkungannya. Nggak ada yang pernah tahu sedalam apa dia terluka, Yaz, karena selama ini yang dia tunjukkan adalah senyuman seperti tidak terjadi apa-apa. Itu juga bentuk tidak terkontrol dari tubuhnya karena ia mencoba untuk melawan. Dia tidak benar-benar tahu bagaimana caranya untuk mengekspresikan apa yang dia rasakan. Gue pernah cerita sama Lo kalau adik lo juga berniat untuk mengakhiri hidupnya? Tapi Serena gadis yang kuat, ia melawan sendiri keinginannya untuk tidak melakukan hal demikian."
Diaz memukul-mukul dadanya berharap sesak di dadanya berkurang. "Dia mungkin tidak mengalami bully secara verbal, setidaknya tidak banyak. Akan tetapi orang-orang melakukannya secara tindakan, bukan dalam bentuk kekerasan fisik. Namun dia banyak di jauhi oleh lingkungan. Disabilitas tentu saja menjadi faktor utama. Adik Lo mengalami Posttraumatic Stress Disorder atau lebih seringnya kita dengar dengan PTSD. Lo pernah cerita sama gue tentang ketakutan adik Lo saat bertemu Lo, kan? Itu adalah salah gejala paling jelas yang dia tunjukkan. Dia sering merasa tidak nyaman dan mengalami reaksi tubuh yang berlebihan dan intens saat ada sesuatu yang mengingatkan dia pada hal yang membuatnya trauma. Mimpi buruk, Lo, kita tidak pernah tahu berapa banyak tidur nyaman yang pernah dia jalani atau mungkin tidak pernah benar-benar tidur lelap tanpa bayang-bayang mimpi buruk itu sama sekali. Dia sering mendiskriminasikan dirinya sendiri, menyalahkan apa yang terjadi adalah atas kesalahannya, Diaz. Coba saja lo tanya orang-orang yang mungkin sedikit dekat dengannya, kata 'maaf' mungkin adalah kata yang paling sering di dengar dari adik Lo. Adik lo mengalami semua itu sendiri, Diaz, tanpa pendampingan. Dia datang ke gue saat dia berada di titik dimana semua orang menyerah dengan hidup mereka, tapi adik lo tidak melakukan itu walaupun sebelumnya ia terniat. Selama ini dia mungkin terlihat baik dalam bergaul di lingkungan sosialnya. Namun sebelumnya ia sering menghindari hal itu walaupun tidak terlalu kentara.Tapi percayalah dia sedang mencoba melawan ketakutannya sendiri."

KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Buang Aku, Ayah!
General FictionSeperti halnya uang. Bahkan ketika lusuh sekalipun kau akan tetap berharga. Sekalipun dibuang oleh keluarganya, Serena menemukan keluarga baru sebagai pelipur lara. Gadis bernama lengkap Serena Latifa tersebut memliki keterbatasan dalam bicaranya. H...