Decakan kesal keluar dari bibir laki-laki yang sejak tadi duduk bosan di dalam salah satu outlet pakaian bermerek di sebuah mall besar di tengah pemukiman elit tersebut. Kepalanya sudah ia sandarkan di sofa membuat ia seolah mendongat, saat lagi dan lagi seorang gadis keluar dari bilik ganti di outlet tersebut entah sudah berpa kali ia memutar bola matanya bosan dengan Farah yang tak juga menyetujui pendapatnya tentang pakaian baju yang cocok untuk gadis itu. Padahal Farah mengajaknya untuk menemani dan memilihkan baju yang cocok untuk digunakan di acara pesta seorang teman katanya.
Bagaimana Farah mau menyetujui pilihan Rehan, jika Rehan hampir menyetujui semua pakaian yang ia coba. Jawaban yang diberikan selalu saya, 'bagus atau cocok.' Jadilah Farah lebih baik menentukannya sendiri, daripada mengikuti jawaban asal Rehan. Sebenarnya ia bisa saja pergi ke butik ibunya, namun Farah memilih untuk sekali-kali berbelanja pakaian sembari merefresh otaknya kembali, mencari inspirasi setelah sekian lama vacum dari dunia yang menjadi kegemarannya dulu.
"Ayo, Mas Re!" Seru Farah sedikit berteriak untuk mengagetkan laki-laki yang tengah fokus kepada ponselnya. Farah belum sempat melihat apa yang sedang dilihat Rehan seperti gambar seseorang karena Rehan lebih dulu menutup ponsel tersebut.
Rehan mengangkat alisnya, "sudah milih bajunya?"
"Sudah." Katanya mengangkat satu dress cantik berwarna navy di tangannya. Rehan tak ingat apakah tadi dress navy itu ditunjukkan kepadanya atau tidak. Terhitung sejak dua jam lalu ia memasuki outlet tersebut dan Farah hanya menjatuhkan pilihannya pada satu baju? Ya sudahlah yang penting sekarang Farah sudah selesai dengan urusannya.
Rahan sudah sangat lapar dan cacing-cacing dalam perutnya sudah meronta untuk segera didatangkan makanan. Sebelum Farah memberikan sebuah kartu untuk membayar belanjaannya, Rehan lebih dulu menyodorkan kartunya kepada orang yang berdiri dibalik meja kasir yang tersenyum pada keduanya.
"Mas, aku ngajak Mas Re untuk temenin aku, bukan untuk membayarkan belanjaanku." Protes Farah bibir mencebik.
Rehan hanya tersenyum ringan, dan menerima kantong belanjaan bertuliskan nama brand di sana. "Ayo, sekarang makan. Mas sudah lapar, Far."
Farah hanya mengangguk karena masih sedikit kesal, ia benar-benar tak berniat mengajak Rehan untuk membayarinya. Ia membiarkan Rehan yang menenteng tas berisikan naju yang tadi sudah dipilihnya. Rehan tertawa saat mendengar gerutuan-gerutuan kecil dari mulut Farah yang dilanjutkan bahkan setelah mereka meninggalkan outlet itu. Namun tawa itu berangsung pudar, ketika netranya bertemu dengan netra bening tak jauh dari tempatnya menghentikan langkah.
Farah membelalakkan mata tak percaya ia bisa bertemu dengan adiknya di mall ini, senyumnya terbit, gerutuan-gerutuan kecilnya tadi menguao entah kemana. Ia segera menghampiri Serena yang melihatnya dengan senyum yang terbit dari bibir gadis tersebut.
Serena segera menyalami Farah, sementara Farah ia mencium pipi kanan dan kiri adiknya itu. Hal itu juga dilakukan kepada Ghea yang selalu saja menunjukkan wajah datarnya kepada Farah.
"Kalian sedang apa di sini?" tanya Farah antusias.
Serena menggaruk belakang kepalanya yang tidak gata, "hanya jalan-jalan saja, Kak." Jawabnya santun.
"Kalian sudah makan? Kita baru mau makan. Ayo gabung saja." Ajak Farah.
Sebelum Serena memutuskan, ia terlebih dahulu meminta persetujuan Ghea yang dengan songongnya mengedipkan mata untuk menyetujui undangan tersebut. Gadis ini, kalau sudah mendengar kata makanan saja, pasti sinyalnya kuat. Serena mengangguk sebagai jawaban.
Sedangkan Rehan hanya berdiri melihat interaksi ketika gadis di depannya, lebih tepatnya ia sedang melihat Serena, meniti wajah itu dengan sesama untuk memastikan bahwa tak ada yang kurang. Sebulan ia menghindari gadis itu, tak jarang Serena menghubunginya namun ia memilih untuk tidak mengangkatnya atau sengaja mematikan teleponnya. Beberapa kali Serena mngiriminya pesan singkat tapi ia memilih untuk mengabaikannya. Untung saja sebulan ini ia di sibukkan dengan pekerjaan yang tidak bisa di tinggal dan sempat ke luar negeri untuk mengurus beberapa hal terkait dengan bisnismya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Buang Aku, Ayah!
Aktuelle LiteraturSeperti halnya uang. Bahkan ketika lusuh sekalipun kau akan tetap berharga. Sekalipun dibuang oleh keluarganya, Serena menemukan keluarga baru sebagai pelipur lara. Gadis bernama lengkap Serena Latifa tersebut memliki keterbatasan dalam bicaranya. H...