Double Up. hehe bonus buat kalian.
Selamat membaca!! :)
***
"Boleh saya minta tolong untuk tidak muncul dalam keluarga kami lagi."
Apa lagi yang lebih menyakitkan dari kembali dibuang dengan cara yang seribu kali menyakitkan? Serena seolah kehilangan pijakan. Lalu kata maaf sebelumnya ditujukan atas apa? Baru Serena akan luluh untuk membalas pelukan yang kerap kali membuatnya penasaran. Nmaun permintaan itu tidak terdengar seperti permintaan melainkan perintah mutlak yang tak bisa ia bantah.
Serena masih terdiam sampai pelukan itu terurai. Namun kali ini tak ada air mata setetes pun yang keluar dari mata bening yang menatap dengan tajam itu. "Kembali ke keluarga mana yang Anda maksud, Tuan? Karena sendiriku pun tak merasa kita pernah berada pada satu keluarga yang sama. Maukah kuceritakan satu kisah, Tuan? Tentang manusia yang dianggap seonggok sampah hingga dibuang begitu saja. Anak cacat yang bahkan pada usia yang masih sangat belia hampir dilecehkan dan dijual. Tapi seolah Tuhan ingin menegaskan bahwa ternyata ia bukanlah sampah," Serena menggeleng sambil tersenyum menyakitkan namun matanya tetap kering tanpa ada air mata. "Karena oleh orang yang berbeda, memungutnya ditepi jalan setelah berhasil meloloskan diri dari manusia berhati iblis yang bahkan anak kecil saja tega dijadikan santapan nafsu setan mereka. Mereka orang-orang baik itu memungutnya hingga apa sekarang?" Serena menggantungkan kalimatnya. Merekan setiap inci wajah di depannya.
Dengan senyum merekah akibat sebilah pedang yang tertancap dihatinya ia melanjutkan, "Mereka memoles sampah tersebut yang ternyata menjadi berlian yang sangat berharga."
Wajah Serena berubah datar, "Aku mungkin pernah menumpang di rahim istri Anda, Tuan. Tapi setelah kalian membuangku, aku cukup tahu diri untuk tidak kembali ke tempat yang sama dan akan dibuang lagi." Serena sudah melewati Wisnu namun pada langkah ketiga ia tertahan.
"Aku akan memenuhi semua keinginanmu, tapi kamu harus berjanji untuk tidak mengusik keluargaku lagi." Lagi kata-kata itu menghunus tepat sasaran untuk kesekian kali.
Serena tersenyum menekan segala rasa sakit yang datang dan menekan semakin dalam. "Kalau begitu hanya satu keinginanku tuan. Bisakah aku kembali tinggal bersama Anda dan keluarga Anda? Kita sembunyikan saja identitasku."
Kali ini bukan tubuh Serena yang menegang. Namun tubuh Wisnu. Laki-laki yang Serena akui karismanya bahkan masih menguar bahkan diusianya yang tak lagi muda tersebut berbalik menatap Serena dengan tatapan yang lagi-lagi tak bisa gadis itu terjemahkan.
Wajah datar Serena kembali mengulas senyum, "Tenang saja, Tuan. Aku hanya bercanda. Anda tidak usah tegang. Mari kita buat semuanya menjadi mudah, cukup untuk kita tidak saling mengusik saja maka semuanya akan berjalan seperti sedia kala." Serena benar-benar meninggalkan Wisnu yang kini terpaku di tempatnya.
Serena menghembus nafas berat, ia sangat ingin menangis tapi kenapa air matanya tak juga keluar? Serena hanya mampu mengusap wajahnya saat dalam lift. Saat dentingan lift pertanda ia sudah sampai pada tujuan, Serena langsung menuju pelataran rumah sakit.
***
Jadwal Rehan yang sedikit longgar dari biasanya dimanfaatkan oleh Andara, meminta anaknya tersebut mengantarnya ke rumah sakit. Hingga mau tidak mau sebelum berangkat ke kantor Rehan tanpa bisa protes hanya menuruti keingin sang ibunda ratu. Ia menurunkan Mamanya di di depan pintu utama rumah sakit tersebut, kemudian netranya tak sengaja menangkap sosok gadis yang kemarin sempat mengembalikan warna pada hari kelabunya. Untuk saat ini juga ia ingin sekali mengucapkan terima kasih kepada Andara, sayangnya wanita yang melahirkannya itu telah masuk ke dalam gedung rumah sakit. Ia akan turun dari mobilnya saat suara klakson berasal dari mobil di belakangnya. Mau tidak mau Rehan harus memarkirkan mobilnya terlebih dahulu, meski ia sedikit kesal namun tak mengurangi kadar senyumnya.
Disinilah Rehan Sekarang melihat dua orang gadis yang ditemuinya kemarin. Ada Serena dan Ghea yang mengamit tangan Serena. Namun Serena acuh tak acuh dari tempatnya berdiri dapat terdengar suara Serena yang mengomel dengan raut wajah yang ia yakini pura-pura kesal.
"Tadi pas aku di toilet kamu protes aku berabad-abad. Sekarang kamu?" Serena mencebik, kesal dengan Ghea yang baru saja datang entah toilet negara mana yang menjadi tujuan dari gadis tersebut.
Senyum Rehan semakin lebar seiring dengan langkah kakinya yang semakin mendekat dan semakin jelas pula obrolan kedua gadis tersebut. Ghea yang menyadari kedatangan Rehan langsung menyikut pelan lengan Serena hingga gadis bergamis navy tersebut ikut melihat ke arah Rehan.
"Assalamualaikum, Pak Bos." Serena menyapa lebih dulu saat Rehan akan mengucapkan salam.
"Wa'alaikumussalam." Rehan tersenyum sumringah. "Bagaimana kabarmu?"
Serena yang melihat senyum yang terlalu lebar tersebut mengerutkan dahinya menatap aneh kepada bosnya sejak kemarin. Ghea menyipitkan mata menatap penuh curiga kepada laki-laki yang dikenalnya dengan nama Rehan tersebut. Ia belum sempat mengintrogasi Serena tentang laki-laki yang menatap tak biasa kepada Serena.
"Pak Bos baik-baik saja?" Tanya Serena.
Rehan hanya mengangguk, "Kalian sedang apa di sini?" Tanya Rehan.
"Tadi kami numpang di toilet." Celetuk Ghea tak sepenuhnya bohong. Buktinya tadi ia sempat ke toilet, bukan? Malah sampai harus kena omelan Serena yang semakin lama semakin mirip dengan Umi Fatmah.
Serena memukul lengan yang mengamit lengannya pelan. Kemudian tersenyum kepada Rehan, akan tetapi justru senyum Serena perlahan memudarkan senyum Rehan. Tak ada binar di mata Serena seperti biasa, netra bening itu seolah ada sesuatu yang coba untuk di sembunyikan entah dari siapa.
"Hari ini jadwal check-up, Pak Bos. Ghea menemani saya." Tak ada nada ceria seperti kemarin. Melainkan seolah mencoba untuk tetap biasa. "Kami permisi dulu, Pak Bos." Pamit Serena lalu diiringi salam yang dijawab oleh laki-laki tersebut. Rehan mengikuti Serena dengan tatapan matanya. Lagi-lagi lidah Rehan kelu hanya untuk bertanya ini dan itu atau sekedar basa-basi.
Ada yang salah dengan Serena atau ini hanya perasaanya saja? Ia tak benar-benar mengerti. Namun binar mata bening itu seperti redup, berbanding terbalik dengan senyum yang dari tersungging di bibir gadis itu. Kenapa banyak sekali rahasia pada diri Serena yang menghalanginya untuk tahu lebih dalam. Perasaan Rehan kembali terusik, ia hanya bisa berdo'a semoga gadis itu baik-baik saja.
Baru kemarin ia merasa warna hidupnya kembali, menguapkan kabut masalah yang seperti tak ada usainya. Ia akan kembali ke kantor hari ini, membiarkan Serena untuk kembali mungkin saja gadis itu lelah dan masih butuh istirahat mengingat operasi besar yang gadis itu jalani. Bohong jika hatinya sudah kembali tenang meski ia menekan perasaan penasaran. Semakin jauh ia terlibat dengan Serena semakin rumit pula benang kusut yang harus ia pecahkan. Serena si gadis penuh rahasia. Banyak hal yang ingin ia tanyakan, namun selalu tertahan. Menunggu gadis itu akan bercerita dengan nyaman, kapan itu akan terjadi? Ia tidak yakin karena kemungkinan Serena tidak akan bercerita jauh lebih besar mengingat status mereka yang hanya mantan bawahan dan atasan.
Ia menelan ludah kecewa ketika kenyataan bahwa sampai sekarang ia masih memilih untuk memendam perasaan sedikit lebih lama lagi untuk waktu yang belum ia tentukan kapan keberanian itu akan datang. Sepertinya ia butuh provokasi dari Mamanya agar keberaniannya terisi kembali. Rehan tidak akan menyerah, Serena bisa saja rumit tapi ia akan membuatnya lebih mudah, cukup tertantang dengan kisah cintanya kali ini. Bukankah kata gadis itu ada Allah yang akan senantiasa membantu hamba-Nya yang selalu berusaha?
Benar, Serena pernah mengatakan itu ketika Rehan menceritakan tentang keadaan perusahaan di hari dimana Serena ia ajak keluar, kemudian ia mendapati Serena dalam keadaan kritis. Sebelum ia mendapatkan mimpi buruk.
Saat di kantor, pikiran Rehan sedikit teralihkan karena ia kembali dihadapkan pada berkas yang harus ia teliti satu per satu. Kejadian akhir-akhir ini yang terjadi pada perusahaannya tersebut cukup memberinya pelajaran bahwa ia harus memastikan semua terlebih dahulu. Setelah semua bukti terkumpulkan, Rehan menyerahkan sepernuhnya kepada pengacara perusahaannya, hingga hari ini ia sedkit terbebas dari masalah yang membuat kepalanya hampir pecah.
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Buang Aku, Ayah!
Aktuelle LiteraturSeperti halnya uang. Bahkan ketika lusuh sekalipun kau akan tetap berharga. Sekalipun dibuang oleh keluarganya, Serena menemukan keluarga baru sebagai pelipur lara. Gadis bernama lengkap Serena Latifa tersebut memliki keterbatasan dalam bicaranya. H...