Masalah kantor Rehan berbuntut panjang yang ternyata banyak orang terlibat dalam penggelapan dana perusahaan, ia pikir hanya sebatas itu akan tetapi setelah diusut banyak masala yang baru terungkap. Belum lagi hotel-hotel yang menjadi saingannya melebarkan sayap mereka pada lokasi yang dulu menurut perhitungan yang dilaporkan kepadanya ditolak. Dan sekali lagi orang kepercayaannyalah yang membocorkan hal tersebut dan bekerja sama dengan mereka.
Amel sudah dipindah tugaskan ke Cabang dengan posisi yang memungkinkannya untuk berkarir di sana. Bukan tanpa alasan, hanya dia kandidat yang sangat mungkin untuk bisa ia percayai saat ini. Meski gadis itu sempat menolak tapi Rehan berjanji untuk menariknya kembali jika ia menemukan orang yang tepat. Dan sekarang ia benar-benar memutar otak sendiri meskipun Bita, Sekretarisnya, juga ikut membantunya.
Ketika ia menceritakan permasalahannya kepada papanya berharap diberi masukan atau rekomendasi orang yang berkompeten dan dapat dipercaya, laki-laki itu hanya tertawa dan menyuruhnya untuk mengatasi masalahnya sendiri. Bukannya Rehan tidak mampu, hanya saja merekrut karyawan baru di penghujung tahun seperti ini bukan solusi yang tepat. Belum lagi ia sebelumnya membuka lowongan besar-besaran beberapa bulan lalu. Hal tersebut akan menghabiskan cukup besar biaya dan waktu. Tahu sendiri bahwa karyawan baru membutuhkan beberapa bulan dulu untuk bisa menyesuaikan dan mengetahui jobdesc mereka sebernarnya. Walaupun demikian ia juga sudah meminta Diah, HRD Manager perusahaan untuk mencarikan dan menjaring dengan ketat siapa sekarang yang akan menggantikan posisi beberapa karwayan yang ia pecat. Tentu saja mereka yang mempunyai pengalaman lebih didahulukan dengan pertimbangan akan cepat menyesuaikan.
Selama hampir dua bulan ini ia terus pulang-pergi luar kota untuk memantau langsung jalannya cabang yang sempat bermasalah. Rehan menyugar rambutnya ketika tumpukan berkas yang ada di atas meja di depannya itu berhasil ditandatangani dan diselesaikan. Wajahnya kusut dikarenakan kurang tidur. Keluar dari ruangannya dengan mnenteng jas yang sudah dilepasnya beberapa saat yang lalu.
"Bapak mau pulang?" Tanya Tabita. Sejujurnya ia kasian sekaligus miris dengan kondisi Rehan yang sangat teramat lelah. Berkali-kali ia mengingatkan agar Rehan istirahat yang cukup dan makan tepat waktu. Meski ia bertemu hampir tiap hari dan kadang turut menemani Rehan pergi keluar kota, terlihat jelas tubuh itu mengurus.
"Nggak, Mbak. Mau hilangin penat sebentar, tapi tidak tahu nanti mungkin aku akan ke rumah sebentar. Aku pergi, Mbak. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam." Bita hanya menyahut pelan melihat Bosnya sudah berlalu. Ia sendiri heran kenapa laki-laki itu tidak juga menikah agar ada yang mengurusnya.
Rehan bersandar di sandaran mobilnya, matanya memantau rumah yang terlihat sepi di seberang jalan tempat ia memarkirkan mobil. Sudah lama rasanya ia tidak melihat Serena. Terakhir kali ketika gadis itu masih di rumah sakit namun dalam kondisi tidak sadarkan diri. Ketika Serena akhirnya sadar, ia masih di luar kota, hanya kalimat penuh syukur yang terucap dari mulutnya kala itu, saat Mamanya membertahu perihal tersebut. Matanya kemudian berpindah ke lantai dua, samar-samar ia melihat bayangan seseorang dari jendela kaca. Tak lema setelahnya tirai menghalangi terbuka dan dapat denga jelas ia melihat siapa yang membuka tirai tersebut.
Tanpa berpikir panjang Rehan keluar dari mobilnya mendekati gerbang besi di seberang sana. Setelah menekan bel dua kali, seorang wanita keluar berjalan tertatih ke arah gerbang tersebut.
"Permisi, Bu, saya temannya Serena, Rehan. Saya ingin menemuinya, Serenanya ada?" Rehan memperkenalkan diri sekaligus menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya.
Wanita tersebut terlihat ragu, "sebentar, ya, Tuan. Saya tanya nona dulu, beberapa hari ini nona tidak ingin diganggu dan tidak ingin bertemu siapa-siapa." Jawab wanita itu kemudian mendial nomor majikannya. Ia berbicara sejenak entah kepada siapa, mungkin kepada Fatmah karena beberpa kali ia menyebutkan 'Umi'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Buang Aku, Ayah!
Fiction généraleSeperti halnya uang. Bahkan ketika lusuh sekalipun kau akan tetap berharga. Sekalipun dibuang oleh keluarganya, Serena menemukan keluarga baru sebagai pelipur lara. Gadis bernama lengkap Serena Latifa tersebut memliki keterbatasan dalam bicaranya. H...