Dia Olivia, gadis dengan segala kerapuhannya. Dibenci ibunya sendiri, dibenci kerabat-kerabat orang tuanya. Terlebih dengan jantungnya yang sakit, membuat penderitaannya sempurna.
Hanya mampu bersandar pada bahu Septian untuk mencurahkan kesedihann...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jadi fakboi tuh gak enak. Lu gak pernah bisa ngerasain apa itu jatuh cinta yang sebenernya." -Raven Revandra Sagara.
-oOo-
Bagi sebagian orang mungkin waktu istirahat itu menyenangkan, namun selalu ada saja orang yang menganggap istirahat itu membosankan. Seperti halnya Revan dan tiga orang temannya, Kojek, Zay, dan Langit, yang memilih menghabiskan waktu istirahatnya itu di kelas.
Revan menaikkan kakinya ke atas meja, Zay tengkurap di atas meja, Kojek yang fokus melihat video anime kesukaannya, dan Langit yang sedang memainkan kabel earphone miliknya sambil menyender ke dinding di sampingnya.
"Bagi link dong, uy. Gabut nih," ujar Zay.
"Vidio lu udah ratusan anjir!" ucap Langit memekik.
"Jomblo ya, gitu. Larinya ke sabun," celetuk Revan sambil mendongakkan kepalanya dan memejam.
"Bangsat lu," umpat Zay. Zay mendudukkan tubuhnya, menyandarkan punggunya pada dinding, kemudian menatap Revan. "Gue liat, Olivia mukanya di perban. Kenapa?"
Mendengar itu, Revan langsung menatap temannya itu sambil mengerutkan kening. Revan tidak bertemu dengan perempuan bernama Olivia itu sejak kemarin. Jadi, Revan agak terhenyak mendengar ucapan dari temannya itu.
"Serius?" tanya Revan.
"Mana gue tau." Zay mengedikkan kedua bahunya.
Revan menghela napas malas. Dia bangkit sambil mendecih, kemudian melangkah pergi dari sana, setelah sebelumnya melempar Zay dengan buku miliknya.
"Katanya fakboi, tapi jadi bucin cewek cupu," gumam Zay sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Dengan langkah yang sedikit tergesa-gesa, Revan mencari keberadaan perempuan yang sedang dikhawatirkannya saat ini. Jika seandainya yang diucapkan Zay tadi benar, maka Revan harus tahu dengan apa yang terjadi pada perempuan itu.
Revan mengepalkan kedua tangannya hingga tulang jari-jarinya berbunyi, saat melihat perempuan yang sedari tadi dikhawatirkannya. Perempuan itu terlihat berbincang bersama temannya sambil tersenyum, seolah tidak terjadi apa-apa.
Dengan cepat, Revan mengahmpiri Oliv. Dia memberikan kode kepada Nelly untuk menyingkir dari tempat duduknya. Revan langsung duduk, sesaat setelah gadis bernama Nelly itu berdiri dan melangkah pergi dari sana.