24. Good Bye.

629 40 1
                                        

"Ada kalanya seseorang akan pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada kalanya seseorang akan pergi." -Septian Prawira.

-oOo-

Semua orang yang datang, pasti akan pergi dengan alasan yang berbeda-beda. Dan semua orang yang pergi, belum tentu akan kembali.

Dengan sebuah koper besar di sampingnya, Septian duduk di salah satu bangku yang ada di bandara. Entah sudah ke berapa kalinya laki-laki itu menghela napas dan menghembuskannya secara kasar. Karena hingga saat ini, satu sosok perempuan yang dia kenal penuh kerapuhan, berhasil membuat isi hatinya porak-poranda.

"Kamu tetap rembulanku. Aku bisa melihatmu, aku bisa mengharapkanmu, tapi aku tidak pernah bisa memilikimu," gumam Septian sembari menatap kosong dan membayangkan sosok gadis yang menjadi rembulannya.

Laki-laki itu meraih ponsel yang dia simpan di saku jaketnya bombernya, kemudian memandangi wallpaper ponsel yang terpampang foto gadis berambut sepunggung yang sedang tersenyum. Saat itu, senyuman dari foto Oliv benar-benar bagai senyuman terindah yang pernah Septian lihat.

Hingga akhirnya, suara yang memberitahukan tentang keberangkatan pesawat yang akan dinaikinya, membuat Septian bangkit dan segera menarik kopernya. Dia sempat terdiam beberapa saat, namun kembali melangkahkan kakinya setelah menghela napas panjang dan putus asa.

"Aku mohon! Jangan tinggalin aku!"

Suara nyaring yang masuk ke dalam Indra pendengarannya itu, berhasil membuat Septian menghentikan langkahnya. Meski ragu, laki-laki berbalut jaket bomber warna hitam itu segera membalikkan badan dan melihat siapa yang memanggilnya.

Benar saja, suara itu benar-benar dari gadis yang selama ini membuatnya jatuh hati. Dan saat ini, Septian seperti kehilangan kendali atas seluruh tubuhnya yang diam membeku seperti sebuah patung. Hingga saat Oliv menghampirinya, laki-laki itu tetap tak bergerak barang seinci pun.

"Kenapa sampe harus pergi? Sebenci itu kamu sama aku? Apa kamu bener-bener gak bisa maafin aku?" tanya Oliv bertubi-tubi.

Waktu seolah berhenti bagi Septian. Di tengah lalu-lalang manusia, Septian merasa sepi dan hanya ada mereka berdua saat itu. Bibirnya seolah terkunci rapat, dan suaranya benar-benar tertahan di kerongkongannya.

Septian tidak tahu, dari mana perempuan itu mengetahui tentang kepergiannya. Akan tetapi, hal itu tidak menjadi masalah baginya. Yang menjadi masalah, apakah dia sanggup untuk pergi dan meninggalkan pujaan hatinya itu? Karena hingga detik ini, Septian masih yakin bahwa Oliv masih terus membuatnya jatuh hati setiap detiknya.

Bruk!

Gadis itu tiba-tiba saja memeluknya dengan sangat erat, memeluk lehernya hingga Septian sedikit sulit bernapas.  Beberapa saat kemudian, Septian merasakan sesuatu membuat dadanya basah. Akan tetapi, dia masih tidak bergerak dan hanya diam seperti sebuah patung di sana.

I'am BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang