28. Love and Heat.

472 31 0
                                    

"Karena sampe kapan pun, gue akan selalu ada di belakang kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Karena sampe kapan pun, gue akan selalu ada di belakang kalian." Langit.

-oOo-

14 bulan kemudian.

Ada yang lebih menyakitkan dari patah hati? Mencintai dalam diam, berkorban perasaan, dan merelakan seseorang yang bahkan tidak tahu tentang perasaan kita sendiri.

Dengan air matanya yang mengalir, Langit menggenggam tangan seorang gadis remaja yang terbaring tak sadarkan diri. Dia menundukkan kepalanya, menangis tanpa suara dan menahan sakit yang luar biasa melanda hatinya.

Alat-alat itu tertancap pada gadis yang belum sadar sejak satu tahun lalu, alat-alat itu tertancap pada tubuhnya untuk menunjang kehidupannya. Hanya setitik keyakinan yang membuat Langit masih berusaha menolong gadis itu hidup. Sisanya? Entahlah, Langit sendiri tidak yakin apa gadis di depannya akan bisa sadar kembali atau tidak.

"Liv, lo gak kangen Revan? Lo gak kangen sama nyokap lo? Lo gak kangen negara kita? Ayo bangun, udah satu taun lebih tidur di sini. Kalo bisa, gue mau kita tuker posisi, biar lo bisa idup normal lagi." Langit semakin mengeratkan genggaman tangannya, membiarkan air matanya yang juga semakin deras keluar.

Seperti yang dikatakan Langit, Oliv belum sadarkan diri sejak satu tahun yang lalu. Banyak hal yang gadis itu lewatkan, sekolahnya, kelulusannya, hari-harinya, dan banyak juga yang dia tinggalkan untuk orang-orang tercintanya.

Kini, Langit sudah lulus dari sekolah menengah atas. Dia tidak mau kuliah, dia kehilangan arah hidup, tidak punya tujuan lain, kecuali memohon pada Yang Kuasa agar gadis di depannya segera sadar. Tapi sayangnya, Langit harus tetap bersabar untuk menunggu gadis itu sadar kembali.

"Lo harus bangun, Liv. Bukannya lo kangen Revan? Pasti, sekarang dia juga udah lulus sekolah sama kayak gue. Buat kali ini aja, tolong lo dengerin gue. Bangun ....." Air mata Langit semakin bercucuran, membasahi tangan pucat yang digenggamnya. "Gue gak mau lagi kehilangan orang yang gue sayang."

Sesuatu seperti berbisik di telinganya, hembusan angin itu seolah membuatnya sadar akan sesuatu. Langit mengangkat kepalanya, mengusap air mata yang kini mulai berhenti secara tiba-tiba itu.

Perlahan, Langit merogoh saku celananya, mengambil ponsel pintar miliknya, kemudian menghubungi seseorang dengan segera.

"Bibi, siapkn pesawat buat pulang ke Indonesia. Aku harus nemuin Tante Salsa."

-oOo-

Sebuah mobil sport warna putih melintas di jalanan malam yang sepi kala itu. Mobil yang sejak setahun lalu tersimpan di garasi, kini kembali keluar dan berlari di jalan dengan keadaannya yang masih bagus.

I'am BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang