Selamat hari jumat. Maljumnya gimana? Tamat Qur'an berapa kali?
Langsung aja, ya. Hapy Reading."Tak semua rasa harus dibalas sama." -Septian Prawira.
-oOo-
Tidak semua hal bisa kita gapai. Terkadang, ada sesuatu yang berbanding terbalik dengan harapan, tidak sesuai ekpektasi, bukannya bahagia, malah menyakiti. Namun, begitulah kehidupan, tak semuanya bisa kita dapatkan.
"Jadi, sekarang kalian pacaran?"
Suara berat dari seseorang, membuat dua orang yang baru saja menjadi sepasang kekasih langsung terperanjat, lebih tepatnya hanya si gadis yang terperanjat kaget, karena si laki-laki tampak biasa saja.
Terlihat dengan jelas sorot kekecawaan di mata Septian saat itu. Entah kebetulan atau memang sengaja datang, Septian memergoki pujaan hatinya sedang bersama dengan laki-laki lain, bersama dalam artian sudah menjalin hubungan asmara.
"Ian, aku bisa jelasin." Oliv bangkit, hendak meraih tangan Septian, namun dengan cepat laki-laki itu menghindar dan mundur satu langkah. "Ian ...."
Terlihat bibir Septian mengukir senyum yang begitu getir. Sebuah tatapan tersakiti, terlihat jelas dalam penglihatan Oliv. Dirinya merasa menjadi manusia paling jahat, karena telah menyakiti laki-laki yang benar-benar tulus padanya.
Ya, tanpa Oliv sadari, selama ini dia memang menyakiti laki-laki itu secara tidak langsung.
Lagi-lagi, Oliv hendak meraih tangan Septian, namun dengan cepat juga laki-laki itu menghindar dan kembali mundur selangkah. Tentu saja rasa sakit yang dialami Septian ini sungguh pedih, bagai disayat-sayat pisau tumpul, lalu lukanya disiram air garam.
"Ian ...," panggil Oliv parau. Matanya mulai berkaca-kaca, hatinya bagai ditusuk-tusuk beribu jarum melihat laki-laki yang senantiasa ada untuknya kini tersakiti. "Maaf Ian ...."
Menghela napas panjang, Septian menundukkan kepalanya. Dari awal, dia tidak pernah memaksa agar gadis itu bisa menjadi miliknya, namun dia tidak pernah menyangka rasanya sesakit itu.
Salah satu dari banyaknya patah hati terberat, adalah saat kita benar-benar ingin orang merelakan orang yang kita cinta bersama orang lain, tetapi pada akhirnya hati kita tetap tak merelakannya.
"Kamu rembulanku, Liv. Sekarang, atau pun nanti, kamu tetap rembulanku." Septian tersenyum, namun sorot matanya seolah berkata 'aku tersakiti'.
"Ian ... aku ... minta maaf ...," lirihnya dengan suara yang terus memelan di akhir.
"No. Aku sadar, not all love must be together. Terkadang, ada kalanya kita harus merelakan seseorang untuk berbahagia, meski ... that is not with us."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Broken
Teen FictionDia Olivia, gadis dengan segala kerapuhannya. Dibenci ibunya sendiri, dibenci kerabat-kerabat orang tuanya. Terlebih dengan jantungnya yang sakit, membuat penderitaannya sempurna. Hanya mampu bersandar pada bahu Septian untuk mencurahkan kesedihann...