32. Reality II

657 44 0
                                    

"Aku lelah, dan aku menyerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku lelah, dan aku menyerah. Pergi dan larilah, aku tidak akan mengejarmu lagi." Oliv.

-oOo-

Akan ada saatnya, kamu masih mencintainya, namun kamu akan memilih pergi dari dia, memilih untuk berhenti mengejarnya, dan memilih untuk tidak lagi berniat kembali bersamanya.

"Olivia, kan?"

Oliv mengerutkan keningnya ketika seorang perempuan tiba-tiba saja menyapanya. Dia sedikit mengerutkan kening, mencoba untuk mengingat apa dia mengenal perempuan yang ada di depannya itu. Akan tetapi, sepertinya Oliv lupa atau mungkin tidak mengenali.

Dilihat dari manapun, gadis yang menyapanya itu seumuran dengannya. Dengan sebuah gaun warna merah, sepatu hak tinggi, dan kacamata hitam yang menambah kesan elegan. Jangan lupakan tas mewah berwarna merah yang dibawa perempuan itu.

"Kamu model?" tanya Oliv.

"Kok tau?" Gadis itu terkekeh.

"Keliatan," jawab Oliv sembari tersenyum.

Gadis di depannya itu juga ikut tersenyum. Rambut kecoklatannya menjuntai, membuat penampilannya begitu mempesona. Sekali lirik saja, Oliv langsung merasa insecure. Dia perempuan, tapi tidak pernah tampil semenawan gadis di depannya itu.

Perlahan orang yang mengaku sebagai model itu melepas kacamatanya. Dan hal itu membuat Oliv sadar bahwa gadis di depannya itu siapa.

"Dia cewek yang suka Septian, kan?" gumam Oliv sembari menunduk, berusaha mengingat apa benar gadis itu adalah Mey.

"Ikut gue bentar, yuk." Mey langsung menarik tangan Oliv begitu saja, membuat Oliv membulatkan mata karena terkejut.

Tanpa melepaskan tangan gadis itu, Mey terus menariknya dan berlari kecil. Terpaksa Oliv harus mengikutinya. Keduanya berlari di pinggir jalan, dan Oliv hanya menurut tanpa mengatakan apa pun. Sampai akhirnya, mereka sampai di sebuah lahan kosong yang sepertinya adalah bekas taman bermain.

Mey duduk di sebuah kursi besi tua yang sudah berkarat, kemudian Oliv juga ikut duduk. Gadis itu masih diam, tidak mengatakan apa pun, masih kebingungan dengan apa yang akan dilakukan Mey terhadapnya. Akan tetapi, sepertinya Mey tidak akan berbuat jahat padanya.

"Kalo kamu ke sini buat ungkapin perasaan kamu, kenapa kamu harus pergi?" Air mata Mey menetes begitu saja.

Di depan gadis itu, Septian menghela napasnya dengan sangat putus asa. Dia menatap kedua bola mata gadis di depannya dengan berkaca-kaca, sembari menahan sesuatu yang benar-benar meremat dadanya. Dia baru saja menyatakan bahwa dia mencintai gadis itu, tapi dia juga mengatakan bahwa ia akan pergi selamanya.

I'am BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang