"Hati yang kecewa, sulit untuk kembali biasa." Revan.
-oOo-
Hal-hal yang sulit dikembalikan di antaranya, hati yang terlanjur patah, kepercayaan yang terlanjur hilang, dan perasaan yang terlanjur dikecewakan.
Di jalan raya yang ramai dengan lalu lalang kendaraan, seorang laki-laki memacu kendaraannya dengan sangat kencang, menembus angin dan membelah jalan. Semua kendaraan di salipnya, lampu merah diterobos, rambu-rambu tidak dipedulikan. Jalan siang itu, seolah adalah miliknya sendiri.
"Kenapa? Kenapa sulit cuma buat ngelupain lo?" ucap Revan sembari terus menarik pedal gasnya semakin dalam.
Tanpa sadar, dia melamun di atas motor dengan kecepatan tinggi itu. Pikirannya kosong, namun tangannya masih menarik gas semakin dalam. Hingga beberapa saat kemudian, ada beberapa orang yang mengejarnya menggunakan sepeda motor.
"Apaan dah?" gumam Revan kebingungan, karena ada tiga motor yang mengejar dan menendang-nendangnya.
"Berhenti lo anjing!"
"Turun!"
"Apaan sih, gak jelas bet," ketus Revan sembari menyisikan sepeda motornya.
Tanpa basa-basi, Revan langsung turun dari motornya. Dia menatap 5 orang yang mengejarnya barusan dengan bingung. Tanpa rasa takut sedikit pun, Revan berdiri dengan kedua tangan yang dia masukkan ke dalam saku celana. Dan beberapa orang di sana, menghampirinya dengan tangan yang terkepal.
"Ouh ngajak ribut." Revan mengangguk sembari tersenyum menyeringai.
-oOo-
"Kamu bisa gak jangan bikin masalah? Liat mama kamu, dia nangis karena tau kamu masuk ke sini. Kamu udah gede, harusnya otak itu dipake mikir."
Revan hanya menunduk dan memasang kedua telinga yang panas mendengar ocehan papanya. Dia menghela napas sangat dalam, mencoba menahan emosi yang bergejolak di hatinya. Sungguh, saat ini Revan tidak butuh dimarahi, dia hanya butuh seseorang yang bisa membuat suasana hatinya kembali membaik.
Karena perkelahian tadi, Revan jadi masuk kantor polisi dan ditahan. Terdapat beberapa memar dan luka di wajahnya, tapi hal itu sepertinya bukan apa-apa bagi Revan.
"Papa udah capek sama kamu. Disuruh kuliah gak mau, pakean kayak berandal. Mau jadi apa sih kamu ini?"
"Udahlah, Pa. Revan capek, marah-marah mulu kerjaannya," sela Revan karena kesal. Omelan papanya ternyata jauh lebih membuat telinga sakit dibanding omelan mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Broken
Teen FictionDia Olivia, gadis dengan segala kerapuhannya. Dibenci ibunya sendiri, dibenci kerabat-kerabat orang tuanya. Terlebih dengan jantungnya yang sakit, membuat penderitaannya sempurna. Hanya mampu bersandar pada bahu Septian untuk mencurahkan kesedihann...