20. Broken L.

595 41 1
                                        

Ada yang kangen? Setelah lama Author tertidur, akhirnya bangkit lagi. Akwkwkwk. Dunia pervampiran lagi kacau bos. Akwkkw.

Langsung aja. Happy Reading.

"Kenangan adalah hal yang sulit untuk dilupakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenangan adalah hal yang sulit untuk dilupakan." Langit Arnanto.

-oOo-

Masa lalu terkadang memang indah, memang menyenangkan. Namun, masa lalu bukanlah untuk diulang, melainkan dijadikan pelajaran agar lebih baik di masa depan.

Dengan balutan kemeja kotak-kotak warna merah dan celana bahan warna hitam, Langit bersandar pada punggung sofa yang sedang didudukinya. Dia hanya diam, menyaksikan interaksi dua perempuan yang sedang berpelukan dan menangis.

Siapa pun tidak pernah menyangka, jika Lisa yang seperti sangat membenci Oliv ternyata memeluknya dengan sangat erat, seolah takut kehilangan anak itu. Terus meminta maaf dan meneteskan air mata, mengucapkan kata-kata yang membuat hati Oliv tersentuh.

Tanpa ada satu pun yang sadar, diam-diam Langit merasakan ada sesuatu yang menusuk dadanya. Rasanya, sungguh sakit saat mendengar cerita dari ibu temannya tadi.

"Kamu diculik, terus papa kamu sendirian datang dan ditembak tiga kali. Sejak saat itu, semua orang nyalahin kamu atas kematian papa kamu."

Ucapan itu terngiang di kepalanya, membuatnya meremat tangannya sendiri hingga memerah. Perasaannya saja atau bukan, tapi Langit merasa benar-benar marah pada semua orang yang menyalahkan Oliv atas kecelakaan tak terduga itu.

Sosok Revan yang duduk di sampingnya, mengerutkan kening ketika melihat tangan Langit yang mengepal erat itu. Dia memicingkan mata, memperhatikan ekspresi temannya yang seperti menahan amarah.

Hingga akhirnya, tepukan di pundaknya membuat Langit mengerjap beberapa kali. Dia menggelengkan kepalanya cepat, lalu menggosok matanya sambil melihat Oliv yang masih dipeluk tantenya itu. Setelahnya, Langit menoleh dan melihat siapa orang yang menepuk pundaknya barusan.

"Eh? Ada apa, Om?" Langit tersenyum ramah.

"Ikut bentar," ucap Julian sembari melangkah pergi.

Menghela napas panjang dua kali, kemudian Langit mengikuti langkah ayah dari teman baiknya itu. Dia terus mengekorinya, tanpa mengatakan apa pun. Hanya mengikuti sampai akhirnya mereka sampai di depan rumah.

"Gimana? Udah ada tempatnya?" tanya Julian.

"Semuanya udah siap. Orang yang nanganinnya juga udah ada."

I'am BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang