"Berapa lama aku pergi? Hingga kini sifatmu tidak kukenali."
-oOo-
Dunia terlalu cepat berubah, selalu ada banyak hal yang berganti secara tiba-tiba, tanpa alasan pasti, dan tanpa adanya prediksi.
Brak!
Pintu terbuka begitu saja, di dorong dengan sangat keras oleh seorang laki-laki yang sedari tadi berlarian di lorong rumah sakit. Dia tercengang, terdiam, membeku di tempatnya ketika melihat sosok seorang gadis duduk di atas bangsal. Gadis yang selama setahun lebih ini tak sadarkan diri, kini kembali membuka mata dan membuat hatinya menghangat.
Perlahan, Langit melangkahkan kakinya, mendekat ke arah gadis itu. Sungguh, saat ini dia ingin memeluk gadis itu, ingin mendekapnya dan tidak mau melepaskannya. Tetapi, mengingat bagaimana kondisinya dan beberapa tulang rusuknya yang dipatahkan saat operasi, membuat laki-laki berjas hitam itu mengurungkan niatnya.
"Langit masih sakit ...," lirih Oliv sembari memegang dadanya.
Tak mampu menjawab, Langit hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Perasaan sedih dan senang bercampur di hatinya, dia tidak khawatir karena tahu bahwa itu hal yang wajar. Semua suaranya seolah tertahan di ujung tenggorokannya, membuatnya tidak bisa mengatakan apa pun.
Perlahan, Oliv mencoba turun dari atas bangsal. Akan tetapi, dengan segera pula Langit menahannya dan menggelengkan kepala. Tatapan laki-laki itu seolah memohon, matanya berkaca-kaca, dan entah kenapa Oliv merasa bahwa dia sedang menahan kesedihan yang mendalam.
Menghela napas sedalam mungkin, Langit mencoba menenangkan dirinya yang senang, sedih, sekaligus terkejut. Dia mendudukkan dirinya setelah menarik sebuah kursi, kemudian menatap gadis di hadapannya dengan sangat dalam.
"Aku mau pulang," ucap Oliv dengan matanya yang menatap datar ke arah Langit.
Tatapan gadis itu membuat seisi hati Langit porak-poranda. Sebuah tatapan mata tanpa mengartikan apa-apa, tetapi adalah hal yang selalu dia rindukan. Dia tidak ingin lagi kehilangan apa pun, dia sudah tidak mau lagi kehilangan siapa pun. Cukup Amanda, cukup sahabatnya, jangan lagi orang-orang yang dia sayang. Karena selama ini, Langit telah mengalami banyak penderitaan.
"Tapi ... lo masih harus dirawat," ucap Langit.
Oliv menggeleng dengan kedua pipi yang mengembung. "Aku ... mau pulang," ucapnya, membuat Langit mengangguk tanpa mampu menolak.
-oOo-
"Mau ke mana, Bang?"
Langkah kaki Revan langsung terhenti, dia membalikkan tubuhnya dan tersenyum pada seorang wanita yang telah menjadi ibunya. Akan tetapi, senyumannya yang begitu hambar dan getir, mampu membuat hati Lisa bergetar dan ingin menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Broken
Teen FictionDia Olivia, gadis dengan segala kerapuhannya. Dibenci ibunya sendiri, dibenci kerabat-kerabat orang tuanya. Terlebih dengan jantungnya yang sakit, membuat penderitaannya sempurna. Hanya mampu bersandar pada bahu Septian untuk mencurahkan kesedihann...