Hai-hai. Setiap hari author upnya pagi-pagi. Hahah. Jangan lupa follow dulu sebelum baca, biar kita makin deket, meski gak jadian. Asekkk. Hahaha.
Jika ada typo, ingatkan, ya. Jangan lupa di komen. Haha.
Happy Reading.
"Manusia adalah makhluk paling egois. Bahkan, seringkali manusia egois pada dirinya sendiri." -Olivia Anatasya.
-oOo-
Kamu mungkit kuat untuk menjalani masalahmu sendiri, tapi bukankah lebih baik untuk menjalaninya bersama seseorang?
Mulai dari pagi, di kelas, di kantin, hingga sekarang di luar sekolah, laki-laki yang biasanya terlihat ceria itu kini agak murung. Wajahnya terlihat sendu, seperti tak bersemangat, membuat gadis yang ditempelinya sedari pagi diam-diam memperhatikannya.
Sore itu, Revan membawa Oliv ke sebuah taman mini. Entahlah, dia hanya butuh gadis yang lebih pendek darinya itu. Pikirannya sedang kacau, Revan kesulitan untuk memahami apa yang diinginkan hatinya sendiri.
"Gue mau berubah," ucap Revan, memecah keheningan antara mereka berdua.
Mendengar ucapan Revan, Oliv yang sedang memperhatikan seorang anak kecil langsung menoleh padanya. Gadis itu menatapnya, memiringkan kepalanya, memicingkan mata, seperti menelisik sesuatu di dalam dirinya.
"Berubah gimana? Jadi siluman kera?" tanya Oliv.
Menghela napasnya pasrah, rasanya Revan ingin mencekik gadis itu. Dia sedang serius, benar, Revan sedang tidak ingin bercanda.
"Liv, gue serius," ucap Revan.
Keduanya berkontak mata, menatap netra legam masing-masing. Cukup lama keduanya berdiam diri seperti itu, seolah waktu berhenti berputar untuk mereka berdua.
Dipandangan Revan, mata Oliv terlihat begitu bening, mengkilat, polos, seolah tidak ada apapun yang tersimpan, seolah dia tak memiliki perasaan seperti anak TK yang hanya peduli pada permennya. Gadis itu selalu terlihat lugu di mata Revan, meski terkadang menyebalkan.
"Kamu abis jatoh dari tangga? Tabrakan? Ada yang mukul kepala kamu? Atau ... kamu kepleset di toilet?"
Mengusap wajahnya frustasi, Revan merasa semakin kesal, karena perempuan di depannya itu malah memborbardirnya dengan peratanyaan random yang tidak jelas. Dia pusing, Oliv selalu menyebalkan, bahkan tidak bisa mengerti bahwa sekarang dia benar-benar serius.
Hey Revan! Mungkin menceritakan apa yang kamu inginkan, bukanlah hal yang tepat untuk gadis itu. Mungkin pikiran gadis itu masih seperti anak SD yang jatuh cinta pada permen kapas.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Broken
Teen FictionDia Olivia, gadis dengan segala kerapuhannya. Dibenci ibunya sendiri, dibenci kerabat-kerabat orang tuanya. Terlebih dengan jantungnya yang sakit, membuat penderitaannya sempurna. Hanya mampu bersandar pada bahu Septian untuk mencurahkan kesedihann...