15. Painfull.

655 55 17
                                    

Update ni. Ahha. Pulang ulangan, langsung update, ye kan. Haiyuk gaskn.

Happy Reading.

"Kehidupan seperti jalan raya, selalu ada tanjakan dan selalu ada turunan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kehidupan seperti jalan raya, selalu ada tanjakan dan selalu ada turunan." -Olivia Anatasya.

-oOo-

Jika bisa memlih, tentu saja semua orang akan memilih untuk hidup yang bahagia, berkecukupan, tidak punya masalah, tidak melelahkan, dan selalu menyenangkan. Tapi, hidup tidak semudah itu. Semua kehidupan harus selalu ada perjuangan.

Perempuan yang selalu tampil natural tanpa make up itu, kini sedang bertopang dagu sembari mencurat-coret bukunya. Sudah beberapa hari dia tidak bertemu dengan orang yang menjadi kekasihnya, membuat Oliv merasa ada sesuatu yang hilang darinya.

Beberapa kali Oliv menghubungi pacarnya itu, tapi sepertinya ponsel laki-laki yang dihubunginya mati. Menanyakan pada teman-teman terdekatnya, mereka juga tidak mengetahui di mana keberadaan Revan. Hanya satu yang belum Oliv lakukan, menghubungi keluarga pacarnya itu. Namun, sepertinya Oliv tidak berani untuk melakukan hal itu.

"Olivia Anatasya?"

Oliv mengangkat kepalanya ketika mendengar seseorang memanggilnya. Di penglihatannya, terlihat seorang laki-laki berdiri sembari memegangi buku absen di depan kelasnya. Dengan cepat, Oliv langsung mengangkat tangannya.

Laki-laki yang memanggil namanya itu melangkah menghampiri. Oliv hanya diam, sedikit mengerutkan keningnya ketika orang yang dia kenali sebagai ketua kelasnya, Sandi, itu menghampirinya.

"Ikut gue," ucap Sandi.

Tanpa mengatakan apa pun, Oliv langsung bangkit dan mengikuti langkah laki-laki itu. Dia mengekorinya hingga mereka sampai di ruangan TU.

"Masuk aja," suruh Sandi.

Perasaan Oliv mulai tidak enak, dia menghela napasnya sangat panjang. Oliv mengetuk pintu, kemudian dipersilakan masuk oleh orang yang bekerja di bagian TU sekolahnya itu.

Mempersilahkan Oliv duduk, kemudian pria dengan kemeja satin warna biru itu langsung menyodorkan sebuah amplop berwarna putih kepadanya. Pria itu tidak mengatakan apa pun, hanya menatap Oliv dengan datar.

"I-ini apa, Pak?" tanya Oliv.

"Bilang ke orang tua kamu, kamu harus segera membayar uang SPP. Sudah telat 4 bulan."

Mendengar itu, Oliv hanya mengangguk kecil, dengan canggung tentunya. Dia menghela napas pasrah, mengambil amplop putih itu dan segera pergi dari sana.

I'am BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang