"Dalam sebuah perasaan selalu ada pengorbanan, ada yang berkorban, dan ada yang dikorbankan." -Septian Prawira.
-oOo-
Ada saatnya untuk berhenti mengharapkan sesuatu yang tidak pasti. Bukan karena perjuanganmu akan sia-sia, tapi karena sadar diri itu perlu agar hati tidak selalu tersakiti.
Buah
Buaghh
Dugh.
"Kyaaa!!!"
"Arghhh!!!"
Bagai orang kesetanan, Septian menghajar sekitar 6 orang teman sekolahnya yang dia kenal sebagai bagian dari anggota karate. Hanya cukup melawan Septian seorang, semua anak-anak karate itu terkapar tak berdaya di atas matras tempat latihan mereka.
Septian membuka head band warna hitam polos yang dipakainya, kemudian melemparkannya ke sembarang arah. Laki-laki yang sekarang baju seragamnya agak kusut itu menghela napas, kemudian menghembuskannya ke udara. Dia melirik satu per satu orang-orang yang sudah dikalahkannya.
"Jadi, ini yang namanya anak-anak karate yang jago berantem itu?" ucap Septian sembari menyeka setetes darah dari sudut bibirnya. "Gak pantes!"
Bugh
"Akhhh!" rintih salah satunya yang lagi-lagi wajahnya ditendang oleh Septian.
Merasa belum puas, Septian ingin mencari lawan yang sepadan dengannya. Sosok yang terkenal santai dan cool, kini seolah berubah menjadi monster. Septian yang sekarang berbeda, lebih dingin, kejam, dan sulit untuk didekati. Dia tidak akan segan-segan menghajar siapa pun yang menyentuhmya.
"Septian!"
Mendengar suara yang memanggil namanya, Septian menoleh dan menatap sosok perempuan pendek yang menghampirinya. Tatapannya yang selalu lembut dan penuh kasih sayang pada gadis itu, kini berubah menjadi tajam dan sangat dingin.
Oliv berdiri di depannya, menatap wajahnya yang terdapat beberapa lebam. Gadis itu juga melihat sekelilingnya, memperhatikan beberapa siswa yang merintih kesakitan sembari memegangi bagian tubuh mereka. Dan hanya dengan melihat itu saja, Oliv tahu bahwa Septian yang melakukannya.
"Kamu kenapa?" tanya Oliv.
Menghela napasnya dalam, kemudian Septian mengangkat sebelah alisnya. "Gue? Kenapa?"
Dari nada suaranya saja, ini bukanlah Septian yang Oliv kenal. Dari dulu, Septian tidak pernah memakai kata gue saat berbicara dengannya. Terlebih, nada suaranya juga terdengar sarkas dan sangat tidak bersahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Broken
Teen FictionDia Olivia, gadis dengan segala kerapuhannya. Dibenci ibunya sendiri, dibenci kerabat-kerabat orang tuanya. Terlebih dengan jantungnya yang sakit, membuat penderitaannya sempurna. Hanya mampu bersandar pada bahu Septian untuk mencurahkan kesedihann...