CHAPTER 9

238 9 0
                                    

"ANJING! DIEM ANJING! " Axel mengejar Banu yang sedang berlari memutari sofa.

"Jangan kejar eneng dong sayang! Neng takut kalau abang mau cium tubuh neng! " Banu masih tertawa. Dia tertawa puas ketika berhasil membuat temannya itu marah.

"ANJIR DIEM! " dia melempar kemoceng ke arah Banu. Tapi, dia langsung menghindar.

"Tolong-tolong ada orang yang mau perkosa gue! " Sepertinya perkelahian akan segera di mulai. Untuk saja besok hari minggu jadi, setelah berkelahi mereka akan berbaring di ranjang rumah sakit. Tapi, nggak mungkin deh! Mereka kan kuat!

"BANU TUKANG CIUMIN ORANG UDAH DIEM!GUE UDAH CAPEK NGEJAR LO! " Axel berhenti mengejar Banu. Banu juga ikut berhenti. Mereka berdua terengah-engah. Memnyandarkan tubuh ke dinding. Mereka mengatur nafas dan saling tawa satu sama lain.

"Capek gue bang! " Masih sempat saja ni bocah.

"Udah diem najis anjing! " Axel sudah mulai bosan.

"Capek juga gue jing! " Emang mereka berdua hewan? Mereka kan manusia. Tapi, kok manggil-manggil anjing?

"Gara-gara lo gue nggak jadi ke rumahnya Rani" Axel berbicara dengan nada pasrah.

"Biarin aja! " Banu mengulurkan lidahnya. Dia mengejek Axel yang masih di kuasai emosi.

"Lagian lo sih syirik amat! Lo iri? Jangan-jangan lo juga suka sama Rani?" Wajah Banu langsung memerah. Dia kebingungan harus jawab apa.

"Tukan bener lo suka sama Rani! Kenapa sih lo suka sama orang yang gue suka? Kenapa lo suka nggak dari dulu aja? Lagian kita kan sekelas. Tapi, gue juga heran sama diri gue sendiri kenapa gue suka sama dia baru tadi ya? Heran gue? " Banu melempar kemoceng sambil berdecak kesal.

"Kalau gue suka sejak dulu dia udah milik gue sekarang! Lagian lo sih kenapa pakek suka sama dia! " Tu mulai deh mereka berdua.

"Udahlah seharusnya lo itu ngalah sama gue! Gue kan adik lo. Jadi yang besar harus ngalah! " Axel merasa bangga dengan apa yang dia ucapkan.

"Enak aja! Nggak bisa lah. Gue harus bisa dapetin kiki. Gue nggak mau kalah sama lo!" Adu mulut level setengah sudah di mulai.

"Udah buat gue aja! Mendingan lo sama Bella aja! " Banu langsung membulatkan mata.

"Ya kali gue jadian sama saudara! Lo gila ya? " Apa salahnya?

"Kan beda orang tua! " Banu langsung menggeleng cepat.

"Gue nggak mau! " Debatan mulu ni dia orang apa nggak capek?

"Yaudah siapa takut! " Axel memalingkan muka.

Sedangkan Banu terkekeh kecil. "Gue nggak takut karena gue punya Tuhan yang selalu jagain gue dan Rani!" Dia mengangkat kedua tangannya. Seperti orang yang sedang berdoa.

"Yaelah lagi kayak gini masih aja lo sebut-sebut nama Tuhan. Awas kalau marah habis lo! " Banu langsung menurunkan kedua tangannya.

"Ya! Gue kan cuma mau _ ahhh pokoknya Rani akan jadi milik gue. Titik. " Tenaga mereka sudah mulai terkumpul kini adu mulut level satu akan segera dimulai beberapa detik lagi.

"Rani milik gue! Lo cari yang lain aja. Di sekolah kan masih banyak cewek yang lebih cantik dari kiki! " Tu bener apa yang di bilang saudara lo!

"Gue nggak mau yang terlalu cantik! " Axel mengerutkan kedua alisnya.

"Emang kenapa? Kan itu selera lo. Lagian lo kalau ketemu cewek cantik aja langsung minta coli! " Tukan mulai deh.

"Ya maka dari itu gue nggak nyari yang cantik atau seksi. Kalau pacaran sama mereka bisa habis uang gue. Apa lagi matanya pasti jelalatan. Ada cowok aja langsung di lirik! Dasar murahan! " Bener juga yang dia bicarakan.

"Gampang lah! Entar lo beliin kacamata buat pacar lo. Kacamata itu akan berubah warna ketika ada cowok ganteng yang lewat. Kayak gue!" Enteng bener kalau ngomong.

"Yaelah! Lo sama gue masih cakepan gue! " Dia juga membanggakan diri.

"Kagak lah! Lo sama pantat gue aja masih cakepan pantat gue! " Ya kali pantat di sebut-sebut!

"Gue cium mau lo? " Emang deh ngedengerin debat mereka itu bikin telinga pecah.

"Udah diem anjing! " Axel merasa jijik.

"Tukan nggak mau! Sebel gue sama lo. Kita putus! " Mulai deh mulai.

"Etdah bocah gila! Lagian sejak kapan gue pacaran sama lo? Ogah gue. Najis!" Axel menekan kata terakhirnya najis.

"Abang selalu nggak nganggep aku! Abang jahat! " Banu mulai mengusik ketenangan billar.

"Capek gue ngomong sama lo! Gue mau tidur! " Axel sudah mengaku kalah dengan perdebatan ini. Dia berjalan menuju kamarnya dan meninggalkan Arbani di sana.

"LO NGGAK MAU TIDUR SAMA GUE? " nggak ada hentinya.

"NAJIS ANJING! TIDUR SANA DI KAMAR LO SENDIRI! " billar membalas pertanyaan yang tak masuk akal itu.

"KESEPIAN GUE! " mereka masih ngelanjutin perdebatan ini.

"Ciuman SANA SAMA GULING KAN PANJANG! " Panjang? Wkwkwk

"NGGAK ADA SUARANYA! " buset ribet amat ni! Mau tidur aja masih berdebat.

"LO KAN PUNYA HP!" apalagi yang akan mereka bicarakan?

"NGGAK NIKMAT KALAU NGGAK SAMA LO! " wkwkwk

"SEKALI LAGI LO NGOMONG GUE USIR LO DARI RUMAH GUE! NAJIS ANJIR! " Axel berteriak untuk yang terakhir kalinya. Dia masuk ke kamar dan mengganti baju.

                          *****
                     👋👋👋👋

Hay semua!

Kesan untuk bab ini!

Jangan lupa vote dan comment sebanyak-banyaknya!

Salam: natasha Nur s

PSIKOPAT[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang