CHAPTER 25

71 9 0
                                    

Dorrrr

Suara tembakan polisi terdengar jelas. Tampaknya mereka sudah datang. Anggota kelompok ini sudah di amankan oleh anggota kepolisian.

"Anjir suara apa tu? " Banu kaget.

"Pistol"

"Angkat tangan semua"

"Polisi nggk ada sopan santun" Banu kaget yang kedua kalinya.

"Kurang ajar kamu" Salah satu pemimpinnya melotot ke arah kami.

"Biasa aja dong pak" Bella mengibas rambut panjang dan hitamnya itu.

"Sekarang kalian ikut kami ke kantor"

"Heh gue yang udah ngelaporin masalah ini. Ngapain kami ikut? Mendingan daripada lo ngintrogasi kami tangkep tu orang" Axel mengangkat jari telunjuknya. Polisi itu memutar bola matanya. Sasaran sudah ada di depan mata.

"Makasih atas kerjasama nya " Polisi itu menjabatkan tangan kepada Axel.

"Akhhhhh" Billar menjerit. "Sakit anjing" Axel memegang erat tangan nya itu. Lagi-lagi darah keluar dengan lancar.

"Kamu nggak papa? "

"Ga" Jawab Axel sambil berjalan ke depan.

"Mendingan kamu segera keluar . Disana udah ada ambulan"

"Ogah" Axel menjawab dengan santai.

Sekelompok psikopat berandal itu berjalan keluar dengan santai.senyum membingkai dengan cerah. Rasa bangga kini sudah nampan jelas. Tujuan nya untuk ngehancurin kelompok ini sudah berhasil.

"Gue aja yang nyetir" Dinda menatap kakak kandungnya itu.

"Udah gue aja" Dinda tersenyum.

Mobil mereka sudah berjalan di atas aspal. Jalanan tampak ramai.belum ada Sepulu menit ada mobil polisi yang mengejar kami. Sebagai pelajaran yang sopan akhirnya Billar memutuskan untuk menghentikan mobil nya itu di tepi jalan.

Kami semua turun dan berjalan menghampiri para polisi itu. Mereka akan mengintrogasi kami. Biasa lah fens berat! Wkwkwk

"Selamat malam saudara Axel"Polisi itu mengangkat telapak tangannya. Menandakan hormat.

"Apa? Mau apa lagi? Udah untung gue bantu nangkep tu buronan. Mah minta tandatangan gue?" Axel langsung mencerocos.

"Bukan.kedatangan kami kemari untuk meminta laporan sama anda" Polisi itu masih bersikap sangat sopan.

"Apa lagi sih? Badan gue udah sakit semua. Gue mau pulang istirahat. Capek gue" Nada suara nya berubah meninggi.

"Hanya sebentar"

"Roni udah lo tangkep kan? Dia itu ketua dari geng itu. Dan dia udah ngebunuh bokap temen gue. Kalau nggak percaya tanya aja sama dia"

"Kalau boleh_"

"Bapak polisi yang terhormat penjelasan  itu nggak cukup? " Bella tersenyum lebar.

"Maaf saya hanya ingin mengintrogasi saudara Axel" Mereka bertiga mendengus kesal.

"Eh pak. Kalau bapak mau ngi trogasi kakak saya mendingan dateng aja ke rumah. Kami semua itu capek. Paham nggan sih?" Sekelompok psikopat berandal dan tiga orang polisi. Mereka semua menjadi sorotan para mata yang melewatinya.

" Maaf untuk lebih jelasnya kalian semua ikut saya ke kantor"

"Bapak tuli? Kita itu udah capek. Mau mandi, makan sama istirahat. Katanya anak pelajar nggak boleh pulang terlalu malam. Tapi, apa buktinya ini malah suruh ke kantor segala" Ucapan Banu ada benarnya juga.

"Kalian ini masih kecil udah berani sama orang tua" Salah satu polisi membuka pintu mobil nya itu.

"Mangkanya kalau udah tua jangan ngeyel. Entar ngomel-ngomel kenak serangan jantung. Mati deh. Kasian keluarga lo" Banu,Dinda dan Bella menahan tawa. Tawa nya hampir lepas ketika mendengar ucapan temannya itu.

Aduh-aduh baru tau kalau ada anak yang berani ngelawan polisi!

"Jaga omongan kalian" Polisi itu mengambil nafas panjang. Mengatur emosi yang sedang menerjangnya itu.

"Tukan.udah di bilangin kalau udah tua itu diem aja. Entar pas ngomong keluar nafasnya nggam balik lagi. Syukur lah udara yang masuk dan lo hirup itu sekarang udah bebas" Axel mengucapkan itu dengan lancar dan santai.

"Kurang ajar kalian" Kekerasan sudah mulai terjadi.

"Polisi macam apa kalian? Polisi yang cuma bisa main kasar" Bella melangkagkan kaki kedepan. Mendekatkan diri dengan para polisi itu.

"Katanya polisi. Tapi, apa yang kalian perbuat? Kekerasan doang. Lagian ini salah lo sendiri. Udah di bilang kami capek masih aja ngeyel" Tawa lepas dari mulut temannya itu. Bukan Banu kalau tidak tertawa dengan terbahak-bahak.

"UDAH CUKUP" Suara itu sangat nyaring. Membuat orang yang berjalan menoleh kearah kami.

"Biasa aja dong. Entar kena serangan jantung lagi" Dinda berkata dengan senyum yang membingkai di wajahnya itu.

"Udah sekarang kalian pulang. Istirahat. Dan saudara Axel jangan lupa obatin tanganya takut infeksi"

"Siapa nya gue lo? Nyuruh-nyuruh gue. Lo itu bukan orang tua gue" Axel menjawab dengan mengangkat jari-jari nya itu.

"Emang orang tua kalian di mana? " Kenapa polisi itu kepo banget ya?

"Kepo banget deh jadi posisi" Banu melirik dengan tatapan yang sangat jijik.

"Kalian ini masih SMA udah berani sama orang tua"

"Maka dari itu kalau bapak udah tau kami ngelawan kenapa masih di ladenin sih?" Bella mengerutkan keningnya.

"Kami hanya sekedar mencari informasi dari kalian"

"Di mana-mana cari itu ya nyari. Bukan nanya langsung sama orang nya. Inima bukan nyari namanya" Betul juga itu yang di ucapin sama Banu.

Keempat polisi itu mengambil nafas panjang lalu membuangnya dengan perlahan. Mengontrol diri supaya tidak terbawa oleh emosi.

"Buat kalian makasih atas semua yang kalian lakukan. Makasih udah bantu pihak kepolisian" Mereka menjatuhkan sebagian tubuhnya dengan seksama.

"Udah? Kalau udah gue mau pulang?" Axel memasukan tangan kanannya ke dalam saku.

"Udah.sekarang kalian boleh pulang dan istirahat"

"Daritadi ngapa. Biar nggak ngebuang tenaga" Mereka berbalik badan dengan santai.melangkahkan kaki dengan alunan yang sama. 

                              ******
                          👋👋👋👋

Hay semua!

Kesan untuk bab ini!

Jangan lupa tinggalin kewajiban kalian ya. Vote dan spam comment sebanyak-banyaknya!

Salam:natasha Nur s

PSIKOPAT[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang