CHAPTER 10

246 11 0
                                    

Hari ini adalah hari minggu yang sangat melelahkan. Para psikopat berandal itu kini sedang membersihkan area rumah. Setiap dia minggu sekali mereka akan selalu membersihkan semua debu-debu yang kegesitan nempel di sisi-sisi rumah. Dasar debu jelalatan!

"Capek gue! "  Banu mulai mengeluh. Lengan panjangnya itu mengusap keringat yang menetes di bagian keningnya.

"Dari tadi lo ngeluh aja! Budek kuping gue!" Dinda memasang wajah kesal. Dia sudah capek dengerin eluhan temenya itu.

"Yaelah! Bikinin minum dong buat gue! " Tukan! Jangan ngeluh dong!

"Gue mau tanya boleh? " Dia mengangguk. "Setiap hari yang nyuci piring, masak, nyapu dan lainnya kan elo yang ngelakuin?"  juga mengangguk. "La terus kenapa lo minta bikinin minum? " Dinda mengerutkan kedua alisku.

Banu tampaknya begitu sangat kesal. "Gue ambil minum sendiri deh! " Banu menaruh cangkul dan mencuci kaki di kran depan. Setelah itu dia masuk kedalam rumah dan berjalan menuju dapur.

Tak menunggu waktu lama dia sudah ada di dapur. Dan untungnya juga dia sudah di sambut dengan temannya itu. Teman yang suka dia usikin dan juga teman adu mulut. Kalian pasti tau kan? Siapa lagi kalau bukan billar.

Axel tertawa terbahak-bahak. Banu merasa bingung pada temannya ini. Ada yang salah? Batinnya bertanya-tanya. Banu tetap melanjutkan tujuan awalnya yaitu mengambil minum. Dia tak menghiraukan teman gila nya itu.

"Lo jelek banget! " Axel menepuk pundak kirinya. Banu hanya memasang wajah datar.

"Lagian wajah pas-pasan aja sok-sokan mau ngebersihin halaman rumah. Udah jelek tambah jelek aja lo!" Tawa Axel semakin meledak.

"Berisik anjing! " Telinganya sudah memanas. Dia memberontakkan meja yang tak bersalah itu.

"Santai aja bro! Emang lo udah cuci kaki? Udah gue pel ni dapur! " Axel menatap temannya itu dari atas sampai bawah.

"Emang gue anak kecil harus di bilangin? Gue nggak bego kayak lo!" Jari telunjuknya tertuju pada Axel

"Gue sih oh aja! " Axel meninggalkan Banu disana.

"Punya temen nggak ada sopan-sopannya sama yang lebih tua!" Banu mengoceh sendiri sambil menuangkan air di gelas. Tapi, tanpa dia sadari kalau orang yang di katain nggak ada sopan-sopannya itu telah mendengar apa yang dia ucapkan.

Pertandingan ronde satu akan segera di mulai! Teng.. Teng..

"Oh gitu? " Suara Axel cukup membuat bani tersedak air minum.

"Lo nggak lihat gue lagi minum? " Dia menghapus air yang ada di sekitar wajahnya itu.

"Lo nggak lihat juga kalau gue punya mata?" Banu mengangguk singkat. "Lo tau kan kalau gue punya mata? " Dia masih mengangguk singkat. "Lo juga udah taukan mata di gunakan untuk apa? " Dia masih mengangguk. Tapi, kini wajahnya mulai kesal dengan temannya itu. "Mata untuk melihat, jadi ngapain tadi lo nanya? " Dia berdecak kesal.

Banu berjalan mengembalikan botol minum itu. "Gue kaget anjing! " Tukan ni orang suka ngegas.

"Lo demen banget ngotot! Pakek matanya melotot juga. Kalau mata lo copot mampus lo! " Axel tersenyum ejek.

"Mana ada? " Dia mengangkat sedikit wajahnya.

Axel menglengkan kepala. "Lo mau mata lo copot? Sini gue siap! " Jari-jari nya sudah di geretakkan oleh Axel. Kebiasaannya sebelum menghabisi korban. Kini korban selanjutnya adalah temannya sendiri.

"Najis! " Banu mengibas tangan kannannya. Dia berjalan meninggalkan billar sendiri.

Axel tampak begitu kesal. Sampai akhirnya dia melemparkan kemocing yang dia bawa. Tepat! Sasaran sudah tepat. Kemocing itu mengenai kepala bagian belakangnya. Banu langsung menoleh dengan sorot mata yang berkobar-kobar. Dia menghampiri Axel yang tampak sangat sangat bangga dengan apa yang dia lakukan. Banu memasang wajah datar ketika mereka berdua saling bertatapan.

Tuk!!

Kemoceng itu patah. Dia memotong kemoceng itu dengan kedua tangannya. Dia menjadikan beberapa bagian. Rontokan kemoceng itu membuat Axel  marah. Dia memasang wajah yang sangat penuh dengan amarah.

"Rumah ini udah gue bersihin. Tapi, ngapain lo buat kotoran disini! " Axel menatap lantai yang tertempel dengan kotoran itu.

"Salah siapa coba? Lagian lo sih usil banget sama gue. Gue cium mampus lo ntar! " Setiap Banu berkata seperti itu wajah Axel langsung berubah menjadi ngeri.

"Sana sama burung yang ada di depan! " Awas Banu, burungnya entar bisa hamil! Wkwkwk

"Nggak mau gue. Entar habis kepatuk lagi. Kan sakit! " Dia mengacak rambutnya sendiri.

"Biarin aja! " Pertarungan sudah mulai memasuki ronde dua.

"Hancur masa depan gue! " Banu tersenyum.

"Kan masa depan lo, bukan masa depan gue. Jadi gue sih b aja! " Banu mulai tampak kesal. Sangat kesal. Sudah beberapa kali dia sudah di buat marah sama temannya itu.

"Harga diri bro! Masak gue harus ciuman sama burung? Nggak seru! " Tawa Axel meledak seketika.

"Katanya lo suka ciuman sama yang ada suaranya! Kan burung juga ada suaranya! " Bener tu apa yang di omongin sama Axel.

"Gue maunya manusia bukan hewan. Apa lagi burung.kalah gue sama dia, bisa hancur tu masa depan gue! " Mereka berdua tertawa terbahak-bahak. Mereka sudah lupa apa yang harus mereka kerjakan. Semua masalah sudah di anggap beres! Tentu saja mereka kan nggak pernah ambil pusing. Wkwk
 
                           ******

Hay semua!
 
Kesan untuk bab ini!

Jangan lupa vote dan comment sebanyak-banyaknya!

Salam: natasha Nur s

PSIKOPAT[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang