CHAPTER 41

35 3 0
                                    

20.30

Gubrak

"Suara apaan tu? " Cowok yang sedang mengaduk kopi itu bertanya kepada cewek yang ada di depannya itu.

"Entah" Salah satu cewek menjawab sambil mengangkat kedua pundaknya.

"Coba lo lihat" Cowok itu memutar bola mata. Dia berjalan mencari sumber suara dengan langkah kaki yang sangat kaku.

Prankkk

Cowok yang berjalan sambil membawa secangkir kopi itu berhenti kenagkahkan kaki. Gelas yang ia genggam terjatuh ke lantai dan membuat beberapa serpihan kaca.

"Sebenarnya ada apa sih? " Seorang gadis yang menghampiri temannya itu. Lebih baik di sebut dengan adik kandung cowok itu.

"Kakak" Dinda.Ya benar dia adalah adik kandung nya.

"Kakak kenapa kak? Kakak bangun" Cewek itu menepuk-nepuk kedua pipi kakaknya itu.

"Kenapa? Ada apa sebenarnya? Apa yang terjadi? " Air matanya mulai nenetes.

"Lebih baik sekarang dia bawa ke rumah sakit saja" Banu langsung menelfon ambulan.

"Kakak bangun. Kakak bangun kakak. Jangan bikin semua khawatir. Kak bangun" Air mata cewek itu semakin deras.

Sudah wajar kedekatan Axel dan Dinda sangat dekat. Mereka sangat akur. Dimana pun mereka selalu bersama. Axel sudah hafal menganai adik nya itu. Sangat hafal. Mereka sejak kecil selalu bersama. Umur mereka pun hanya berbeda beberapa bulan.

"Kenapa Axel? " Seorang cewek bertubuh tinggi itu menghampiri mereka sambil bertanya dengan santai. Cewek itu tidak menampakan wajah khawatir kepada temannya itu. Dia terlihat biasa saja.

Ada nggak temen kalian yang kayak gitu?

"Dia pingsan" Banu menjawab. Sejak tadi dia mondar-mandir ke sana dan kesini. Dia berjalan menuju pintu dan kembali lagi ke tempat asalnya. Tampaknya dia sangat khawatir sama apa yang terjadi kepada temannya itu.

"Kak bangun dong kak. Jangan bikin kami yang ada di sini khawatir" Dinda tampak begitu sedih dan malang. Wajar dia sangat khawatir sama keadaan kakak nya sekarang.

"Lo tenangin diri lo" Bella mulai mendekatinya.

"Gimana gue mau tenang? Kakak gue pingsan entah kenapa. Pikiran gue kacau" Cewek itu mengacak rambutnya sendiri.

"Iya gue tau kalau lo khawatir sama kakak lo. Apa dengan cara gini kakak lo bisa sadar? Sekarang tenangin diri lo" Bella memeluk temannya itu. Dibalik sifat Bella yang dingin itu ada rasa peduli terhadap temanya itu. Tapi sayangnya sifat itu hanya di tunjukkan kepada temannya. Selain itu tidak.

"Gue khawatir banget sama dia" Suaranya berubah menjadi serak.

"Jangan nangis. Kalau lo nangis suasananya akan semakin kacau. Tenangkan diri lo. Jangan membuat kami semakin panik" Bella meyakinkan temannya itu.

Dimana pun mereka berempat adalah saudara. Orang tua mereka adalah adik kakak. Mereka saling kenal sejak kecil. Saling melengkapi hari-hari mereka sendiri tampa ada orang tua yang mendampinginya. Mereka di tinggal orang tuanya sejak umur enam tahun. Mereka di asuh oleh orang yang sama.

Mereka sangatlah dekat. Kemanapun mereka pergi akan selalu bersama. Melewati semua bersama . Bahagia dan sedih pun bersama.

Tapi, kalau di lihat dari keseharian meraka berempat, mereka kayak nggak pernah ngerasain sedih deh. Setiap hari mereka selalu tertawa . Bahkan seperti tak ada beban!

"Kakak gue baik-baik aja kan? " Bella tersenyum dan mengangguk. Dia berusaha meyakinkan temannya itu.

"Sekarang lo tenangin diri lo ya" Dinda mengangguk singkat.

"Eh daripada lo mondar-mandir nggan jelas mendingan lo ambil minyak kayu putih di ruang bawah" Banu langsung memutarkan bola mata.

"Ogah" Jawaban yang singkat.

"Kalau nggak mau sekarang juga lo beresin serpihan gelas ini. Harus di pel" Banu hanya meliriknya dengan tajam.

"Nggak"

Tukan situasi udah kayak gini masih aja mereka berdebat. Dasar!

"Lo itu rajin masak tapi, di suruh bersih-beraih susah amat deh. Bingung gue sama lo" Berdekatan sudah di mulai!

"Biarin aja. Udah untung gue masakin buat lo. Coba kalau nggk? Kelaperan lo. Jadi lo harus berterima kasih pada gue" Cowok itu tersenyum bangga.

"Idih.lagian siapa yang nyuruh lo jadi ibu rumah tangga? Nggak ada kan. Lo masak juga nggak ada yang nyuruh. Jadi, buat apa gue berterima kasih sama lo? Nggak gue bener" Sepertinya keduanya nggak mau sampek kalah adu mulut!

"Untung-untung gue masak. Cowok tampan, suka masak dan ramah senyum seperti gue itu jarang di temuin" Bener banget tu!

"Bodo amat lah. Bener aja langka orang cowok bisanya cuma nyakitin perasaan perempuan. Udah sayang tapi ninggalin tanpa sebab. Dasar cowok brensek" Ni juga bener kok!

Cowok sekarang cuma manfaatin cewek ya. Bener nggk?

Eh eh ini kok jadi debat sih. Gimana dengan temen lo yang masih nggak sadarkan diri itu?

Satu menit kemudian ambulan pun datang. Mereka langsung membolong Axel dan memasukkan ya ke dalam ambulan. Mereka langsung membunyikan sirinenya dengan kencang dan berjalan dengan cepat.

******
👋👋👋👋

Hay semua!

Bosen nggk baca ceritanya? Maaf ya kalau masih banyak typo:)

Do'ain semoga cepet selesai ya ceritanya.

Jangan lupa vote dan comment setelah membaca:)

Makasih:)

Salam:natasha nur s

PSIKOPAT[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang