CHAPTER 20

91 9 3
                                    

Hay ada yang nunggu kelanjutan ceritanya?

Makasih udah memenuhi target!

Untuk sekarang target pembaca 80 setelah itu saya akan up!
__________________________

Bel pulang sekolah udah berbunyi. Kini semua beranjak dari tempat duduk dan berjalan untuk keluar dari kelas maupun area sekolah.jam ini adalah jam yang di tunggu oleh semua siswa maupun guru.

Beberapa menit berlalu. Sekolah sudah tampak sepi. Kini hanya tinggal para psikopat berandal itu dan di tambah dengan cewek berkacamata.

"Lagian lo ngapain nolongin gue tadi?"cewek itu mengompres kedua lengan nya Axel yang memar.

" Gue kan yang salah. Gue jadi nggak enak sama lo! "Ngomel terus! Wkwk

" Gue nggak mau lo kenapa-napa!" Perhatian banget sih

"Gue nggak mau lo sakit gara-gara lo nolongin gue! " Udah ya Ran cukup.

"Gue nggak mau lo kayak gitu lagi. Tangan lo bengkak gara-gara nolongin gue. Makasih ya. Emang kanapa lo mau nolongin gue? " Asal Rani tau sejak tadi Axel menahan tawa.

"Udah ngomelnya? " Rani mengangguk. "Gue nolongin lo karena gue nggak tega lihat lo. Lo kan nggak salah. Lagian lo kan nggak pernah kayak gitu! " Rani tersenyum.

"Sekali lagi makasih ya! " Axel menganggukan kepala.

"Masih sakit? " Tangan mungilnya itu mengusapkan kain yang basah ke tangan Axel yang bengkak.

Axel menggeleng cepat. Rani berdiri berjalan menuju dapur. Sejak pulang sekolah dia disana. Untuk menembus kesalahan nya dia mengobati lengan tangannya.

"Lo mau pulang? " Axel kemasang jaket ke tubuhnya.

Rani mengangguk dan membuka tas sekolahnya. Dia memasukkan tangan tangannya dan meraih sebuah kotak kecil. Tanganya mengulur dan memberikannya dengan billar.

"Gue punya sesuatu buat lo! " Axel menerimanya dengan senang hati.

"Sebagai? " Axel mengocok-ngocok kotak itu.

Rani tersenyum. "Buka nanti setelah gue pulang" Jawabnya sambil memasang sepatu bagian kanannya.

"Udah? Ayo gue antar! " Axel berjalan menuju pintu sambil memainkan kunci motornya.

"Tangan lo kan masih sakit. Gue pulang sendiri aja" Axel berputar. Dia berjalan sambil meraih tangan kaki itu.

Axel menarik tubuhnya sampai di depan sepeda motor. Dia memasangkan helm kepada gadis yang mampu membuat hatinya luluh.

"DINDA KAKAK PERGI SEBENTAR. LO MAU NITIP APA? " Sebelum pergi dia akan berpamitan pada adiknya itu.

"GUE NGGAK NITIP APA-APA! " hendak berjalan tiba-tiba ada suara yang memberhentikan perjalanan nya.

"AXEL GUE AMA BELLA NITIP BUAH MELON!" "setelah mendengar hal itu Axel menjalankan sepeda motornya.

Tiga menit berlalu.

"Tangan lo nggak sakit? " Wajahnya begitu dekat dengan Axel.

"Udah nggak kok" Rani tersenyum. Axel juga tersenyum ketika melihat pantulan dari kaca spion.

"Makasih ya! " Axel mengerutkan keningnya.

"Buat? " Wajahnya mendekat kembali.

"Makasih buat kehadiran lo di sisih gue. Sejak hari itu gue merasakan kalau gue suka sama lo. Gue harap lo jangan pergi " Semua kata-kata yang keluar dari mulutnya langsung membuat kedua pipinya menjdi memerah. Rani tersenyum malu.

Axel terkekeh ketika melihat Rani yang sedang manahan malu. Dia sangat bahagia ketika dia melihat senyumnya yang begitu hangat untuk di pandang.

"Lo cuma berdua sama nyokap lo?" Rani tersenyum dan mengangguk.

"Kalau boleh tau di mana bokap lo?"wajahnya berubah menjadi suram.

" Bokap gue udah nggak ada" Axel merasa bersalah.

"Sebab? " Axel masih bertanya-tanya.

"Kata polisi akibat pembunuhan" Otak jenisnya mulai berkerja.

"Gue tau siapa yang bunuh bokap lo?" Rani langsung membulatkan mata.

"Maksut lo? "

"Secepatnya gue sama yang lain akan ngasih tau lo soal pembunuh yang udah ngebunuh bokap lo! "

"Lo mau? "

"Lo tau gue kan? " Rani menganggukan kapala. "Temen gue banyak. Jadi gue bisa minta tolong sama mereka. Lo tenang aja. Tapi, jangan bilang ke siapapun tentang masalah ini! " Rani mengangguk mengerti.

                             ******
                        👋👋👋👋
Hay semua!

Kesan untuk beb ini!

Jangan lupa vote dan spam comment sebanyak-banyaknya!

Salam: natasha Nur s

PSIKOPAT[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang