CHAPTER 2

851 40 2
                                    

        Gue akan turutin semua apa yang lo
                Mau! Tapi, tolong lepasin gue

"Lepasin gue" Percuma meskipun suara cewek itu habis dia nggak akan mereka lepasin. Btw Linda  ini adalah korban yang ke seratus dari para korban yang sudah merengut nyawa.

Kelompok psikopat ini sering di sebut dengan kelompok brandal. Sekali lagi brandal. Mereka bukan hanya membunuh tapi mereka juga sering memalak orang yang tak bersalah. Berandal sudah terkenal di telinga para polisi. Sudah beberapa kali mereka melakukan aksi dan sudah di ketahui oleh polisi. Tapi, apa yang kelompok itu lakukan? Mereka akan membunuh seseorang yang menggangu aksinya itu. Mereka juga sudah membunuh dua orang polisi. Itulah akibatnya jika  mereka semua mengganggu aksinya itu. Semua orang, polisi maupun orang tua mereka sudah angkat tangan untuk mengatasi aksi mereka semua. Mereka sudah tak sanggup lagi untuk mengurus anak-anaknya itu. Tak hanya di luar sana, nama mereka juga sudah terkenal di telinga para guru dan siswa yang sekolah di sana.

Sekelompok brandal itu sudah memecahkan rekor di sekolahan itu. Sudah berkali-kali di panggil guru BK tapi, namanya aja psikopat dia malah melawan dan memukul guru BK itu. Semua guru juga sudah angkat tangan sama mereka semua.

Kembali ke cerita!

"BRISIK LO ANJING! " hentakan itu membuat air matanya kembali menetes.

"Gue kan udah bilang sama lo! Jangan beraninya lo nangis teriak telinga gue sakit" Cewek itu memasang wajah jengkel. Nggak ada kapoknya bener tu bocah!

"Daripada lo merengek kayak anak kecil lebih baik sekarang lo milih yang mana? " Kedua tanganya mengulur ke depan wajah cewek itu. Cewek itu merasa bingung apa yang sedang di lakuin arbani sekarang.

Cewek itu masih manatap dan berfikir sebentar. Tapi, apa yang dia sangka dia menendang dengan wadah yang di lapisi oleh kaca. Dia melakukan salah terbesar. Pemikiran nya cukup bagus. Tapi, sebagus apapun dan sekuat apapun yang dia lakuin hanya akan terbuang sia-sia.
Barusaja dia melakukan kesalahan yang sangat besar. Dia sudah membuat psikopat yang menahan lapar itu mencapai puncak level amarah yang sangat tinggi.

Banu bertepuk tangan. Dia langsung berdiri dan menjambak rambut cewek itu. Cewek itu tengkurap menahan sakit. Banu menyeret perempuan itu dengan langkah kaki yang cukup cepat. Cewek itu menjerit kesakitan. Wajah yang mulus dan putih itu sekarang sudah hilang. Kini terganti dengan air mata, keringat dan tentu saja darah yang mengalir akibat goresan tanah yang nggak rata.

Cowok itu langsung menendang Linda ke lantai. Pemandangan yang luar biasa itu membuat senyuman terukir di wajah Arbani. Sosok Banu yang kerap di sapa ini suka sekali melihat  darah. Apalagi seperti sekarang ini. Pemandangan yang cukup membuat hatinya senang.

"Mau ngelawan? " Banu mendekatkan wajahnya kepada cewek itu. Dia menggeleng dengan singkat. Nafas nya ter teratur. Kini dia baru sadar bertapa bahanya dirinya sekarang.

"Wajah cantik lo lebih bagus kayak gini!" Banu menendang bagian perut cewek itu.

Dia sudah merasa bosan. Dia melangkahkan kaki meninggalkan cewek yang berhati iblis itu. Dia rasa kebosanannya sudah hilang. Kini dia akan serahkan pada billar.

" Udah? "Dindamengerutkan kedua alisnya. Banu tersenyum dan mengenggeleng cepat.

" Mana Axel? "Setelah mendengar kalau ada yah menyebut namanya, cowok bertubuh kekar itu terbangun dari tidurnya.

" Bosen gue! Sekarang terserah lo mau apain dia! "Kini bergantian dengan Axel. Banu melepas sepatu dan membuangnya ke sembarang arah. Tubuhnya dilontarkan pada badan sofa. Seperti biasah untuk mengusir kebosanannya dia akan memilih untuk tidur.

Cowok bertubuh tinggi, putih dan berambut panjang itu langsung melepaskan jaket hitamnya ke bagian sofa yang sempat dia tumpangi. Dengan semangat dia langsung memutar seluruh otot tangan dan kepala.

" Nggak ada yang ikut? "Sebenarnya dia bisa menghabiskan nyawa korban dengan sekejap. Tapi setelah dia pikir nggak akan seru sebelum menyiksa para korban.

" Gue! "Seorang gadis berambut panjang menggunung rambutnya ke atas kepala.

Dia berjalan mendekati cowok itu. Setelah itu mereka berdua berjalan dengan berdampingan menuju ruangan bawah tanah yang pengap dan berdebu itu. Ruangan itu akan di buka ketika mereka sedang menghabisi makannya.

" Lo aja dulu! Gue masih ngerasa ngantuk!" Axel mempersilahkan cewek yang menemaninya ini. Ya tentu saja dia Dinda.sebelum dia beraksi dia menuju almari yang banyak sekali barang-barang yang sangat berbahaya.

Dia masih diam dan mematung di depan sana. Mengetukkan jari-jari di dagunya. Dia masih berfikir mau mengmbil barang berharga yang mana. Disana ada pisau kecil, besar dan berkilau di bagian ujungnya. Senar gitar, garbu, paku, gunting, palu, kawat dan besi yang sudah berkarat.

Setelah beberapa lama dia berfikir dkhirnya dia mengambil garbu dan palu. Kalian tau kenapa Dinda memilih benda itu? Karena mulut cewek berhati iblis itu lebih baik di hancurin. Lebih tepatnya di ratain sekalian.

" Hay"cewek itu mengangkat kepala. Memberanikan menatap cewek itu.

"Lo cantik! Tapi lebih cantik kalau lo mati" Dinda memukulkan lalu itu ke kepala cewek yang sudah tak berdaya itu.

Linda langsung melayang dan tak menyadarkan diri. Larez langsung tersenyum bangga. "Tukan bener apa yang gue bilang, lo lebih cantik kalau udah mati!" Detak nadinya sudah tak ada lagi. Nafas nya kini juga sudah hilang.

"Gini dari tadi kan enak! Kami kan nggak buang tenaga buat ngabisin lo" Dinda berjalan mendekati tubuh Axel yang sedang tidur di sofa kecil.

"Bangun woy! " Dinda memukul-mukul pundak Axel. Dia terbangun dan mengucek matanya pelan.

"Korban udah habis " Dia langsung tersenyum.

"Bagus lo! " Tangan kanannya mengacak rambut panjang ku.

                         *****
                     👋👋👋👋

Hay semua!

Saran untuk bab ini!

Jangan lupa vote dan spam comment sebanyak-banyaknya!

Salam: natasha Nur s

PSIKOPAT[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang