CHAPTER 40

40 4 0
                                    

"Axel " Cowok itu sudah menyangka kalau namanya akan di panggil.

Cowok itu memutar badan dan menatap dengan tatapan yang sangat jijik pada guru yang ada di depannya itu.

"Apa? Mau minta tanda tangan. Dari kemarin manggil terus" Dengan pede nya bocah ini mengeluarkan Kata-kata yang tak wajar itu.

"Kamu tau ini udah jam berapa? " Axel mengangguk paham.

"Terus ngapain kamah terlambat? " Axel tersenyum kecil.

"Suka-suka gue dong mau berangkat jam berapa. Emang lo nyokap gue yang selalu nyeramahin gue? " Guru itu mengepalkan kedua tangannya.

"Kamu itu sudah beberapa kali ngelanggar peraturan.tapi, saya heran kenapa kamu masih sekolah disini? "

"Eh nyonya pelanggaran itu di buat untuk di langgar bukan untuk di taatin. Kalau semua turutin tata tertib buat apa pemerintah gaji guru BK kayak lo? " Cowok itu menjawab dengan santai.

"Sekarang juga kamu keluar dari sini" Guru itu menunjuk ke arah pintu.

"Peka banget sih lo. Gue sengaja berangkat telat supaya gue nggak ikut pelajaran lo. Makasih ya " Dengan santai cowok itu memutar badan dan melangkah ke menuju pintu.

Dia melangkahkan kaki dengan santai. Saat dia hampir sampai di pintu cowok itu menatap cewek berkacamata itu sambil tersenyum lebar. Cewek itu juga membalas senyuman yang sangat manis itu.

Kayak apa sih manisnya?

Axel berhenti sejenak. Kepalanya memutar ke kanan dan ke kiri . Dia masih berfikir mau kemana tujuan selanjunya. Cowok itu tersenyum. Setelah itu dia melanjutkan langkah kakinya itu.

"La la la la.... " Dia menyanyi sambil memetikkan jari-jarinya.

"Eh kamu " Siapa lagi ni?

Axel memutar badan. "Apa? " Axel memandang cowok yang sudah beruban dengan jijik.

"Mau kemana kamu? Sekarang kamu masuk ke kelas " Dia membulatkan mata. Axel tertawa kecil.

"Udah tua melotot juga copot nanti tu mata lo" Cowok itu tertawa terbahak-bahak.

"Kurang ajar kamu"

"Males lah" Axel berjalan dan meninggalkan peria yang sudah beruban itu.

"Eh tunggu" Sebenarnya Axel mendengar ucapan peria itu namun dia menghiraukan nya.

Dasar murid laknat wkwkwk

"PANGGILAN KEPADA AXEL KELAS IPS 2 HARAP KE KANTOR BARAT SEGERA" Ternyata peria itu besar juga nyalinya.

Dengan santai Axel melangkah kan kaki menuju ruangan Bk dengan santai. Sedikitpun nyalinya tak tergores. Tak ada rasa takut maupun kerinding sedikitpun.

"Hay bro" Axel menyapa guru itu setelah berada di depan itu. Guru itu hanya memasang wajah datar.

"Duduk"

"Tanpa bapak suruh gue juga mau duduk kok" Axel duduk dikursi dengan kedua kaki di angkat.

"Sekarang tatap bapak"Axel menaikkan satu alisnya. Cowok itu melihat nya dengan jijik.

" Ngapain? Gue itu nggak ngefens sama lo. Jadi ngapain gue natap muka lo yang sudah keriput itu? Nggak ada gunanya"guru itu hanya menggelengkan kepala.

"Kamu tau sudah berapa banyak melanggar peraturan? "

"Ya kagak lah. Lagian kurang kerjaan banget ngitungin pelanggaran . Nggak guna" Guru itu masih menahan emosinya. Dia masih sabar. Begitu pula dengan memurid nya itu . Dia juga masih menahan emosinya.

"Pelanggaran kamu udah banyak. Poin kamu udah lebih dari lima puluh. Kamu taukan kalau udah lebih lima puluh akan di keluarkan? "

"Tau dan gue nggak peduli kalau gue di keluarin dari sekolah" Emang tujuan Axel. Dia sengaja melanggar semua aturan disini supaya dia di kekeluarkan dari sekolah dan keputusannya pun sudah bulat.

"Oke kalau itu keputusan kamu. Saya harap orang tua kamu bisa datang besok di sekolahan " Pria itu memberikan undangan.

"Ini? " Axel mengangkat undangan itu lalu menyobek nya tepat di depan peria itu.

"Undangan ini nggak penting. Lagian orang tua gue nggak ada di Indonesia. Mereka ada di luar negeri. Jadi nggak usah ngasih Undang-Undang kayak gini deh" Axel menepukkan kedua tangannya.

"Kalau gitu nenek sama kakek kamu suruh ke sini besok" Axel langsung tertawa terbahak-bahak.

"Bapak beneran mau manggil nenek sama kakek saya? Yakin? " Pria itu menganggukan kepala.

"Kebetulan banget bapak kan udah tua jadi besok gue bilang ke kakek gue suruh mecat bapak. Jadi bapak nggak usah kerja tinggal tidur di rumah yantai" Bapak itu sudah melakukan kesalahan besar.

"Terserah kamu mau bilang apa yang penting saya udah ngingetin kamu" Pria itu pergi dan meninggalkan muridnya itu.

"Katanya guru tapi kok nggak ada sopan santunnya" Axel memutar kursi yang menompa tubuh nya itu.

Pria itu menoleh. "Apa sih mau kamu? " Suaranya agak meninggi.

"Katanya sesama manusia harus saling sopan santun. Tapi, kenapa bapak nyelonong pergi aja? Ini guru yang wajib di conto? "

"Assalamualaikum "

"Ternyata guru itu sama kayak murid ya? Harus di ingetin. Mangkanya kalau jadi guru itu jangan ngerasa sok bener" Axel berdiri dan berjalan meninggalkan guru itu.

"Kamu yang nggak ada sopan santun nya" Udah deh bapak diem aja bakal kalah ngomong sama ni orang!

"Emang gue nggak sopan. Siapa yang bilang kalau di sini gue anak yang sopan? Nggak ada kan? Semua udah tau kalau gue itu anak yang kurang ajar. Jadi sekarang bapak diem dan jangan gangguin gue lagi" Axel berjalan. Tapi, langkah kaki nya terhenti ketika dia mengingat seuatu.

"Eh inget besok lo harus beresin semua barang-barang lo yang ada di sini.lo nggak akan kerja di sini lagi. Inget itu" Axel mengangkat ujung mulutnya. Menyimpulkan senyum jahat.

Tu kan bener bapak bakal kalah kalah ngomong sama murid bapak ini. Cuma buang-buang tenaga!

******
👋👋👋👋

Hay semua!

Ada yang nunggu kelanjutan cerita ini nggak?

Kesan untuk bab ini;)

Jangan lupa vote dan comment ya, nggk boleh boong:(

Makasih;)

Salam:natasha Nur s

PSIKOPAT[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang